| Bagian Tujuh

4.4K 387 14
                                    

Note: siapkan hati paling kuat untuk membaca part kali ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan.

Tolong biarkan saya memeluk kamu. Bukan karena kurang ajar, lancang, atau murah. Amarah saya tidak terkontrol saat ini.
-Alle

***


Alle berjalan cepat ke arah koridor, sepertinya hari ini Alle datang terlambat karena semalaman tidak tidur. Ia begadang untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah nya yang cukup menguras pikirannya.

Belum lagi soal-soal dan catatan tentang materi yang ada cukup sulit untuk dipahami, ini karena pelajaran yang tiap hari terus berjalan ke arah yang mulai rumit.

Alle lalu berhenti tepat di depan pintu kelas nya. Ia melihat sudah ada Guru yang tengah menjelaskan materi untuk minggu ini kepada seluruh murid.

Guru tadi melihat Alle karena tengah diberi kode oleh salah satu teman sekelas Alle. Ia mengode Guru itu lewat gerakan mata, hingga mata menyorot kejam Guru tadi menatap pada Alle.

Sial sekali, kebetulan Guru yang tengah mengajar termasuk salah satu diantara sepuluh guru kiler yang ada di SMA Bayu Dharma.

"Saya gak mau banyak basa-basi. Kamu siram semua bunga dari halaman depan sampai ke parkiran belakang." ucap Guru tadi dengan nada yang tidak enak dicerna oleh masing-masing telinga.

Alle lalu pasrah dan segera melangkah sungkan menuju bangku nya, di sana sudah ada Retha yang menatapnya iba. Alle meletakan tas ransel nya di atas bangku kayu itu, lalu melangkahkan kaki ke arah pintu luar.

***
Satu tangan Alle kini mengambil alat penyiram bunga berwarna hijau tua yang sekarang sudah ia pegang.

Alle berjalan ke arah kamar mandi untuk segera mengambil ember. Setelah sampai di tempat yang memang ingin dituju, Alle segera mengambil ember any terdapat di samping dinding kamar mandi khusus perempuan.

SMA Bayu Dharma memang memiliki banyak fasilitas dan banyak ruangan. Salah satu yang menjadi keunggulan adalah, mereka mempunyai tiga ruangan Lab untuk penelitian, dua perpustakaan, empat kamar mandi yaitu dua untuk siswi dan dua lagi untuk siswa, juga dua buah ruangan komputer.

Alle menghidupkan keran air lalu menunggu ember itu terisi penuh. Lalu setelah tujuannya selesai, ia segera mengisi alat penyiram bunga juga.

***

Alle mulai menyiram satu persatu bunga, ia menyiramnya dari parkiran khusus pengguna sepeda di bagian paling belakang sekolah.

Lalu berlanjut ke pot-pot berikutnya,  melewati beberapa kelas.

Hingga kedua kaki Alle yang memakai kaus kaki kusam setinggi lutut menginjak bagian depan kelas Alatha.

Alle sempat melihat keadaan Alatha di dalam, gadis itu tidak menyadari keberadaannya. Alle segera menyiram bunga yang ada di sana, moncong alat itu ia dekat kan ke pot bunga berwarna cokelat hingga air yang ada di dalam nya mulai keluar setetes demi setetes, hingga deras.

Kedua mata Alatha yang tadi nya fokus ke buku tulis cukup tebal, tak sengaja melihat Alle yang tengah berjalan sambil menyirami jajaran bunga hijau ketika ia mengembalikan T-Pex milik teman di samping meja nya.

Kedua mata Alatha melempar tatapan heran, apa yang Alle lakukan saat ini? Batin diri nya dalam hati.

Alatha lekas berdiri. "Bu, saya izin keluar sebentar, boleh?" tanya Alatha sopan.

Guru tadi mengangguk, ia kemudian fokus pada laptop miliknya, lalu sedikit membenarkan kaca mata nya yang sedikit berposisi tidak tepat.

Alatha segera berjalan ke arah luar. Ia menyentuu bahu Alle.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang