| Bagian Dua Belas

3.4K 292 7
                                    

Aku takut tiap kali menatap mata mu, Mama.
-Alle

***
"Pulang sekolah beli gulali, mau nggak?"

Alle memberhentikan kegiatan menulisnya saat itu juga. Ia kemudian beralih melihat Akash.

"Saya gak suka manis," ucap Alle.

Suatu pergerakan yang tak disangka, Alle kira Akash akan membujuknya dengan berbagai  omong kosong belaka. Tetapi ia sadar setelahnya, Akash bukan tipe orang seperti itu.  Bahkan jauh.

Akash beranjak berdiri mendengar jawaban Alle. "Sama, sih. Ya udah kalau nggak mau." ujar nya santai lalu pergi dari hadapan Alle saat itu juga. Tanpa penjelasan apa pun.

***
Alle menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa lelah setelah piket pulang sekolah tadi. Alle meneteskan sedikit minyak kayu putih ke bagian dahi nya, lalu sedikit mencium aroma yang sangat ia suka.

Tapi, rasa tenang Alle ketika mencium aroma wangi tersebut mendadak terhenti ketika pintu terdobrak keras.

Satu langkah setelah batas pintu, sudah ada Vania yang kini meletakkan tangannya di atas dada. Wanita paruh baya itu kini berjalan mendekati Alle. Jujur saja, Alle takut melihat wajah Vania yang tampak ingin melakukan sesuatu padanya. Semoga saja firasat nya salah.

Alle sontak langsung terduduk, pergerakan Alle yang tiba-tiba itu membuat Vania mengangkat satu alisnya .

"Kenapa?" tanya Vania. "Saya cuman mau ketemu kamu aja," ucap Vania.

Alle menggeleng, itu sama sekali tidak benar. Ia yakin sekali Vania kini tengah merencanakan sesuatu untuknya.

Vania duduk di tepi kasur. Membuat kaki panjang Alle semakin bergetar tak karuan. Ia menatap Vania takut-takut.

"Kamu percaya, kan, saya cuman mau ketemu kamu aja?" kini Vania menoleh pada Alle, menatap Alle dengan penuh rasa tidak suka.

Alle hanya diam, ia tidak mengangguk namun juga tidak menggeleng. Tapi, ia mengatakan dengan keras "Mama mau apa lagi?" ucap Alle disertai rasa waspada.

Vania seorang Mama, seharusnya bersama dengan seorang Mama hati setiap anak nya merasa tenang dan aman. Namun, wanita di dekatnya ini adalah Mama seorang Alle Rinai Zaeline, jauh dari kata Mama yang menenangkan dan menyenangkan.

Vania tertawa renyah, tentu tawa palsu yang selalu ia tunjukan tiap kali bersama Alle. "Kamu selalu tahu saya ingin apa," ucap Vania menatap Alle tajam, ia menanamkan pisau di bola matanya tiap kali matanya melihat manik mata Alle yang berwarna kecoklatan.

Bibir Alle bergetar hebat, begitu juga dengan jantungnya yang berpacu cepat. Rasa khawatir terhadap diri nya sendiri menghantui Alle. Ia benar-benar tidak mau jika Vania menyakitinya secara fisik lagi.

"Mama..." lirih Alle, kali ini seluruh tubuhnya ikut bergetar.

Vania semakin mendekati Alle. "Kamu tau, kan, saya tidak pernah senang dengan adanya kamu?" Vania melemparkan pertanyaan yang tentu saja Alle sangat hapal jawabannya. Jawabannya selalu sama. Itu-itu saja setiap harinya, tidak akan mungkin pernah berubah.

Alle menunduk. "Tau," jawabnya pelan.

"Bagus. Saya cuman ingin kesadaran kamu aja," balas Vania yang kini merapikan rambut panjangnya. Bibir merah Vania yang dilapisi lipstik membuatnya semakin merasa cantik ketika melihat pantulan dirinya di kaca kamar Alle.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang