| Bagian Sembilan

3.9K 323 5
                                    

Setidaknya, Mama masih mau menuliskan nama ku walau hanya di atas kertas.
-Alle

Alle segera mengambil notes itu. Ia hendak segera keluar dari sini, namun sebuah laptop yang menyala di depan Alatha menyita perhatian Alle.

Alle hanya bisa membaca tiga kata yang berjajar rapi di MS. Word itu, karena di kata ke empat. Alatha mengerjapkan matanya beberapa kali, itu tanda nya gadis itu sudah bangun dari tidurnya.

Alle gelagapan, dia belum mempersiapkan apa pun jika Alatha bangun. Alatha menatap Alle kini.

"Le, ngapain?" tanya Alatha dengan mata yang sepertinya masih butuh banyak waktu tidur. Gadis itu kelihatan masih sangat mengantuk.

Alle segera mengangkat notes itu setinggi bahu nya dengan wajah yang sedikit canggung. "Ngambil ini." jawab nya ragu lalu dengan terburu-buru keluar dari kamar Alatha.

***

Kini saatnya Alle memulai pekerjaannya. Yaitu mencatat rumus-rumus Matematika sebagai persiapan ujian besok.

Alle mulai membuka buku paket nya. Kemudian berganti dengan buku yang ia pinjam di perpustakaan dua hari yang lalu.

Alle mencerna setiap angka yang ada di situ. Ia mengerti sekali tentang materi kali ini, itu membuat Alle cukup percaya diri bahwa ia siap untuk menghadapi ujian mendatang besok.

***

Seperti yang telah dipersiapkan matang-matang oleh Alle. Alle kini dihadapkan dengan dua lembar kertas yang dihantarkan di bagian atas untuk menyatukan kedua lembar nya.

Setiap lembar nya berisi kan lima belas soal. Jadi, total semua pertanyaan adalah tiga puluh soal.

Alle mengikat rambutnya dengan tinggi,  karena rambut bergelombang yang panjang miliknya sedikit menghalangi matanya ketika sedang mengerjakan ujian itu.

Kalian bisa bayangkan, kan, ujian harian saja tiga puluh soal. Bagaimana jika ujian akhir? Atau... Ujian kelulusan?

Semakin lama, soal nya semakin sulit. Alle menetralkan diri nya dengan meminum air mineral dari dalam kantong samping tas-nya.

Ketika Alle merasa diri nya sudah sedikit tenang. Ia kini sudah kembali melanjutkan jawaban yang sempat terhenti dan belum selesai dijawab.

***
Akash menatap jam dinding yang kini sedang menunjukan pukul setengah dua siang. Sebentar lagi waktu nya pulang.

Akash sangat tidak suka ketika waktunya harus pulang. Karena, dia akan melihat hal yang sama setiap harinya.

Dia merasa tidak tenang di rumah nya. Tidak ingin melihat, namun penasaran. Tidak tega, namun hanya bisa terkunci.

Akash merasa setiap hari semakin berat untuknya.

Kemudian, ada Elang yang kini terlihat lebih pucat dari biasanya. Gema yang berada di samping Akash lantas bertanya pada Elang, tidak biasanya lelaki yang terlalu serius itu hari ini.

"Lang, itu muka kenapa?" tanya Gema yang baru saja menyadari.

Elang hanya menggeleng ragu. "Nggak! Nggak mungkin!" ucap Elang terlihat sangat panik.

Gema dan Akash saling bertatap pandang, mereka sama-sama menyatykan alis mereka terkejut dengan sikap Elang sekarang.

"Kenapa, sih? Muka lo pucat banget, Lang," kata Gema meyakinkan.

Berbeda dengan jawaban sebelumnya, Elang kini menatap kedua sahabatnya yang masih melihat ke arah nya.

"Sialan, Gem. Hantu Lab. Ipa yang ke dua barusan bilang," kata Elang menggantung. Ia merasa tidak tega terhadap diri nya sendiri kalau harus mengakui nya terang-terangan.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang