| Bagian Delapan Belas

2.8K 204 2
                                    

Pada hakikatnya, kenyataan yang ditutupi memang selalu pahit.

***
Akash kembali teringat akan kejadian itu. Kejadian di mana manusia yang sering ia lihat di suatu tempat kembali tersakiti oleh makhluk lain.

Selama bertahun-tahun di sini, Akash tidak pernah keluar rumah sekali pun kecuali ingin pergi ke sekolah. Biasanya, jika bahan masakannya atau kebutuhan kamar mandinya habis, pun, Akash akan melewati jalan lain.

Jalan di mana dia tidak akan mengetahuinya. Sekitar enam tahun Akash di sini, ia sudah mengetahui rupanya. Mengetahui seperti apa sebenarnya yang terjadi di sana.

Tapi, lagi-lagi, Akash tidak ingin mengingat itu.

Kali ini, Akash membuka laptop kesayangannya. Laptop yang sudah berdebu karena sudah sekitar satu setengah tahun yang lalu terakhir ia gunakan. Laptop ini pernah sangat membawa dunia Akash menjadi indah. Dikarenakan, tulisan blog itu. Diksi indah dan tersirat suatu pesan di balik setiap kata.

Lagi-lagi, Akash merasa dunianya selalu penuh dengan teka-teki. Begitu pun juga dengan yang ada di isi kepala kalian, kan?

Akash tidak tahu ia akan mencari apa di dalam laptop ini, padahal sudah jelas penulis favoritnya telah tiada.

Entahlah, dia hanya bermaksud mengotak-ngatik. Akash membuka sebuah situs blog, bermaksud ingin menuliskan sesuatu di sana. Tapi Akash masih takut, nyalinya masih belum cukup kuat untuk mengumbar kata-kata yang ia punya. Juga, mengumbar kejadian-kejadian dan teka-teki dalam hidupnya.

"Huft, gue gak bisa," ucap Akash tidak tahu harus mengetik apa. Oke, mungkin ada baiknya Akash hanya menuliskan semua tentang dia dan kehidupannya hanya di lapak Microsoft.

Walaupun mungkin, nantinya, itu semua akan kembali berdebu. Atau bisa juga... akan menjadi penyebab seseorang menangis?

Biarkan takdir yang berbicara, ya.

***

Selesai menjemur baju yang sangat menumpuk sekali, Alle bermaksud duduk santai di halaman belakang rumahnya yang dipenuhi dengan pohon-pohon kecil, rumput, dan bunga di mana-mana.

Alle duduk di rerumputan itu, menghirup udara yang sedikit lebih baik dari pada apa pun hari ini. Alatha kemudian datang dari arah belakang, ikut duduk bersama Alle tepatnya di samping gadis itu.

"Le, yang tadi sama kamu siapa?" Satu tngan Alatha sengaja mencabuti rumput kecil di bawah kakinya berpijak.

Alle mengangkat satu alisnya. "Laki-laki?"

Alatha mengangguk sebagai jawaban.

"Akash," jawab Alle langsung. "Kamu tadi ngelihat aku pas dia halangi langkah ku?" tanya Alle mendadak ingin menanyakan hal itu. Teringatnya saja.

"Iya, pas tadi kamu sama Retha, aku nggak sengaja lihat," jawab Alatha seadanya.

"Kamu udah kenal dia lama?" tanya Alatha kali ini.

"Gak terlalu lama juga," jawab Alle. Hanya itu.

"Aku ramal, dia suka kamu, Le," ucap Alatha sambil tertawa geli, matanya mendadak sipit baik ketika tersenyum dan tertawa.

"Kamu itu sebenarnya mau ngejar cita-cita mu yang dulu sampai sekarang, atau mau pindah haluan jadi peramal ajaib?" tanya Alle atas sebuah lelucon Alatha.

"Mau jadi dua-duanya aja," ucap Alatha kali ini tertawa lebih keras, padahal kedengarannya sangat garing. Tapi, ia berhenti tertawa dan memasang ekspresi wajah yang serius. "Tapi serius, Le, kalau ramalan aku benar, gimana, tuh?" tanya Alatha.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang