Maaf lama update. Lagi sibuk sama tugas yang mintanya dibanting.
Ternyata, bahagia memang bukan milikku.
-Alle
***Alle melihat wajah Albar dari balik kaca jendela mobil. Papanya itu sama sekali tidak telat menjemputnya, malah sepertinya Albar sudah menunggu sejak lama sebelum bel pulang berkumandang.
Apa apa sebenarnya?
Alle berjalan ke arah mobil berwarna hitam yang sangat bisa dibilang mahal itu. Ia kemudian membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya.
Albar tidak mengatakan apa pun. Lelaki yang berusia kepala empat itu hanya menatap Alle di kaca bagian bangku depan dengan tatapan seperti biasa.
Alle memutuskan untuk diam. Sudah Alle duga, beginilah suasana kalau Alatha sedang tidak ada di dalam mobil.
Dua detik kemudian, mobil itu pun melaju dengan kecepatan standar. Alle mencoba menutup kedua matanya rapat-rapat. Hendak tidur karena rasa kantuk menyerang nya di siang bolong. Sepuluh menit Alle tertidur dalam posisi duduk di bangku mobil
Hingga suara berat milik Albar membuat Alle terbangun dan mengucek-ngucek matanya. Ia masih sedikit tidak sadar. Tapi tunggu...
"Pa, udah sampe?" tanya Alle masih dengan mata yang lesu. Matanya kini terlihat lebih merah.
Albar tidak menyahut sama sekali. Terlihat bahwa ini adalah sebuah jebakan untuk Alle. Artinya, Alle berhasil dijebak lagi.
"Turun!" perintah Albar dengan cepat.
Alle tersentak, ia melihat daerah di sekitar mobil hitam mahal itu dihentikan oleh sang pengendara, Albar. Ada sesuatu yang membingungkan.
Ini bukan daerah sekitar rumahnya! Alle sama sekali tidak mengenali tempat ini. Sangat terasa asing.
"Papa, ini di mana?!" tanya Alle terkejut. Tidak ada satu pun orang di sana. Tampaknya ini tempat yang selalu sepi dan jarang dilalu lalangi oleh manusia dan pengendara lainnya.
Albar tersenyum picik. Ia mengangkat satu sudut bibirnya yang tampak sedikit hitam karena merokok.
"Anak gampang ditipu. Bodoh sekali kamu," ucap Albar masih sempat membuat Alle semakin berdebar ketakutan.
"Papa... jangan becanda, Pa. Papa mau ngerjain aku? Aku belum ulang tahun, Pa. Ayo, kita pulang!" ucap Alle dengan nada bergetar. Mata yang tampak takut. Suasana hati yang khawatir terhadap dirinya sendiri.
"SAYA BILANG TURUN! SIAPA JUGA YANG MAU SUPRISE-IN KAMU? GAK ADA WAKTU!" teriak Albar kali ini dengan mata yang memelotot seperti ingin keluar dari tempatnya. Ia kemudian terus mendorong tubuh Alle, membuat gadis itu terdesak.
Akbar sengaja mematikan AC mobil. Agar cewek itu kepanasan dan segera keluar dari mobil. Awalnya, Alle juga heran. Padahal biasanya, jika Alatha sekolah, Albar selalu menghidupkan Air Conditioner agar tidak sampai kepanasan dan gerah.
Alle sangat terdesak. Albar sengaja sedikit berdiri dari tempat duduknya sambil terus memaksa Alle keluar. Dengan cepat, Albar membuka pintu mobilnya. Alle masih bertahan di posisi nya, ia sangat takut dengan tempat yang sepi dan hanya banyak pepohonan.
Albar membuka dengan paksa pintu mobil di tempat Alle berada. Tepatnya, di belakang bangku nya tadi. Albar dengan kadar membuat Alle hampir terjatuh. Untungnya, lututnya tidak sampai tergores di atas tanah berlumpur itu.
"Papa... jangan tinggalin Alle di sini, Pa," Alle melihat ke arah sekitar. Benar-benar sepi dan sepertinya rawan penculikan. "Pa... Papa," ucap Alle terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
Fiksi Remaja"Tuhan, kata Mama dan Papa, Alle tidak pernah diinginkan untuk ada di antara keluarga ini, kata mereka, Alle seharusnya tidak menjadi bagian mereka. Bahkan, kata mereka Alle tidak pantas untuk hidup. Alle terlalu merepotkan, ya?" "Alle pengin pulang...