Woyy, kangen aku atau kangen Akash? Wkwk... becanda Bakwan goreng:)
Happy reading
***
Seperti yang telah dilalui sebelum-sebelumnya. Alle kini berada di Labolatorium IPA. Ia bersama dengan beberapa calon peserta Olimpiade sedang belajar dengan teliti di dalam ruangan tersebut.
Ini sudah perintah dari Guru Pembimbing untuk mereka. Sebanyak 11 orang dilatih di dalamnya. Sebanyak 4 kelas dari kelas dua belas terdapat dua orang sebagai calon peserta. Itu yang membuat nyali Alle ciut, meskipun kelasnya paling unggul tapi itu tak bisa menutup kemungkinan untuk Alle gagal. Lagi-lagi hanya Alle yang bisa menyemangati dirinya sendiri.
Alle mulai mencermati ketikan-ketikan dibuku yang tebalnya hampir empat ratus halaman itu.
Suasana sangat hening, bisa dibilang tidak ada suara sedikitpun. Alle semakin takut jika dirinya nanti gagal. Tetapi, kembali lagi. Alle harus berusaha, ia akan berusaha semaksimal yang dia mampu.
Alle mulai mencoret-coret kertas di depan nya. Ia mulai menguji dirinya sendiri, disuguhkan dengan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang sekarang mulai ia pahami satu persatu.
"Kalian boleh tanya sama Bapak atau Ibu guru yang ada di depan sini apabila kalian kurang ngerti terpaut soal, ya," ucap guru itu membuat semua murid yang ber-gender wanita dan laki-laki itu mengangguk serempak.
Beberapa belas menit berjalan biasa saja untuk Alle. Namun beberapa menit kemudian ia mulai merasa soal semakin lama semakin sulit. Jawaban harus dipikirkan matang-matang.
Terkadang Alle juga butuh menanyakan soal yang dirasanya sulit pada guru. Barulah akhirnya, Alle merasa soalnya dapat ia pahami.
Alle akhirnya dapat menyelesaikan soal-soal pelatihannya. Ia lalu menyimpannya di dalam tasnya untuk dijadikan acuan dalam menghadapi soal-soal selanjutnya.
Alle bergegas berdiri, ia takut ketinggalam pelajaran yang sekarang pasti sudah berlangsung di dalam kelasnya. Sebelumnya, ia meminta izin kepada tiga orang Bapak/ Ibu guru Pembimbing.
"Memangnya kamu sudah merasa soalnya bisa dipahami?" tanya Guru berambut pirang.
Alle mengangguk meyakinkan. "Sudah, Bu. Boleh saya ke kelas?" tanya Alle lagi sambil membawa buku-buku nya di tangan.
Akhirnya, Alle diberi izin oleh Ibu guru. Ia segera berjalan ke arah kelas-nya dengan sedikit terburu-buru.
Antara pelajaran kelas atau pelatihan olimpede? Itu memang pilihan yang amat sulit. Sebenarnya, guru Mapel tidak masalah, karena alasan-nya jelas dan tujuannya sangat bermanfaat bagi Alle sendiri.
***
Alle tergesa-gesa berlari ketika jam 2, ia memutuskan untuk keluar dari kelas yang sama sekali tidak ada manusia lagi di dalamnya. Ia berlari kerena ada les tambahan hari ini.Ketika kakinya menginjak tepat di depan pintu tujuan. Tidak ada siapa pun di sana, ruangan yang dipenuhi dengan dua AC itu kosong melompong. Sunyi.
Tidak mungkin guru sengaja mengerjainya. Itu artinya, Alle salah dengar? Karena sependengaran Alle pulang sekolah adalah waktu pelatihan kedua mereka.
Alle menghembus napas lemas. Lalu untuk apa ia lari-lari ke sini hanya untuk melihat kondisi ruangan yang tidak berpenghuni?
Alle memutuskan untuk duduk sebentar di bangku kayu tepat di depan ruangan itu. Hanya sekadar untuk menetralkan kondisi tubuhnya yang masih lelah.
Alle melihat handphonenya. Tidak ada pesan apa pun dari Albar. Bodoh, mana mungkin Papa-nya itu repot-repot menghubungi Alle karena khawatir akan kenapa Alle belum pulang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
Teen Fiction"Tuhan, kata Mama dan Papa, Alle tidak pernah diinginkan untuk ada di antara keluarga ini, kata mereka, Alle seharusnya tidak menjadi bagian mereka. Bahkan, kata mereka Alle tidak pantas untuk hidup. Alle terlalu merepotkan, ya?" "Alle pengin pulang...