47) Reuni I

14 1 0
                                    

Semuanya terdiam tak ada yang membuka suaranya satu pun. Sampai salah satu dari mereka beranjak. Aresta.

"Bentarlah, gua mau boker." izinnya.

"Laknad punya adik." sindir Andika.

Ar pergi meninggalkan ruang tamu rumahnya. Dia tidak peka akan temannya itu yang meminta penjelasan atas ucapan seorang pria tadi. Ziv.

"Diminum dulu, Fa." tawar Arges.

Fufa hanya mengangguk dan tersenyum. Benar. Orang yang tadi terkejut adalah Fufa. Dia datang membawa sebuah buket bunga. Tanda selamat datang untuk Ar.

"Kak. Izin ke kamar Ar ya."

"Oh iya, silahkan. Kalian 'kan udah lama gak ketemu."

Fufa hanya tersenyum. Dia bangkit dan berjalan ke lantai dua. Sampai di depan kamar. Fufa mengetuknya sampai ada suara menyuruhnya masuk.

Di sana. Ar sedang membaringkan tubuhnya di kasur. Fufa mendekat, duduk di samping Ar.

"Kangen."

Ar tersenyum. Dia bangkit dan memeluk Fufa. Mereka melepas pelukan yang erat itu.

"Delapan tahun, huh?" sindir Fufa.

"Hehe, maaf. Gua ingkar janji ya?"

"Gue sih gak papa. Tapi soal Suga—"

"Hn. Gua tau. Dia pasti kecewa sama gua. Tapi gua bisa jelasin kok. Kalem aja."

Mereka terdiam. Ar fokus pada ponselnya. Sedangkan Fufa dia melamunkan sesuatu.

"Cowok tadi. . . Siapa?"

"Oh, itu—"

'Tok tok tok'

"Sorry. Gue ganggau gak?"

Ziv. Menyembulkan kepalanya. Ar tersenyum. Dia melambai agar mengajak pria itu masuk.

"Jalan-jalan yuk? Gue udah lama gak ke sini. Lupa sama jalanan di Indonesia." ajaknya.

"Boleh aja. Gua juga udah lama gak ketemu sama yang lain. Gua bakal ajak lu ketemu temen-temen gua. Semoga masih ada."

"Oke, siap. Fa, lu ikut?" ajak Ar, lanjutnya.

"Gimana ya. Sorry nih, tapi lo ingetkan Ar malam ini ada reuni di sekolah. Lo ingetkan?"

Ar terdiam. Dia melihat sesuatu di ponselnya. Benar juga. Malam nanti reuni sekolahnya.

"Inget. Gua udah lu daftarinkan?" tanya Ar.

"Udah, kalem aja."

"Oh iya, gua mau nambah satu boleh?" Ar melihat ke arah Ziv yang sedang berdiri sejak tadi.

Fufa tersenyum. "Boleh kok. Kalem aja."

"Thanks ya." ujar Ziv.

"Santai. Temen Ar temen gue juga."

"Sorry, tapi gue bukan temennya. Gue pacarnya."

"Dih! Dahlah." ucap Ar.

Dia bangkit. Memasuki kamar mandi. Fufa merasa canggung dengan keberadaan Ziv.

"Boleh gue tanya." ujar Fufa.

Ziv mengangguk. Dia menduduki dirinya di kursi belajar. Menatap Fufa datar.

"Lo jadian sama Ar?" sambungnya bertanya.

"Kalo iya?"

"Gak juga. Tapi bukannya gue mau bikin hubungan kalian hancur. Lo tau kan Ar udah—"

Cinta Sahabat [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang