49) Akhir?

39 3 2
                                    

Suga melepas jas yang dipakainya tadi. Dia terduduk di sofa kamarnya. Menghela nafas lalu memijat tulang hidungnya.

Waktu berlalu begitu cepat. Semuanya berubah termasuk orang dicintainya. Suga benar-benar tidak percaya akan hal itu.

Dia menatap ke atas meja nakas samping ranjangnya. Di sana ada dua buah foto dengan figura cantik. Di dalamnya terdapat dua orang.

Dua remaja yang memakai seragam. Satu bergaya tersenyum menatap ke arah kamera. Sedangkan satunya bergaya memanyunkan bibirnya dan menjulingkan matanya. Nampak mengejek.

Suga berjalan dan duduk di atas ranjangnya. Dia mengambil foto tersebut. Mengusap pada wajah seorang gadis yang berpose mengejek tadi.

Sangat menggemaskan. Itu dulu. Sekarang tidak. Dia berubah. Bukan dirinya lagi yang dulu. Suga menyimpan kembali dengan asal.

Dia meremat rambutnya frustrasi. Semuanya benar-benar berubah. Suga sendirian sekarang. Dia benar-benar sendirian.

Menidurkan tubuhnya dengan kaki menjuntai ke bawah. Suga menatap langit-langit kamarnya. Kenapa semua terjadi padanya?

"Lo. . . Kenapa berubah?"

.

.

.

.

"Gimana?"

"Sip. Semuanya beres."

Ar mengangguk senang. Semoga semuanya lancar. Dia menatap kembali dua buah kue ulang tahun yang dihias dengan indah itu.

Dia harus berterima kasih pada temannya yang saat ini berbisnis di kue. Ara.

"Oke, karena semuanya beres gue akan ajak Suga ke sini."

Semuanya mengangguk. "Perlu gue anter?"

Ar menatap Ziv, lalu menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Gua bisa kok. Yang ada nanti Suga kagak mau ngikut kalo ada lu."

"Bener tuh, mending lo di sini aja bro." timpal Alzar.

Ziv mengangguk. Dia kembali menatap Ar lalu memeluk wanita itu.

"Gue gak tau tapi entah kenapa gue kayak akan kehilangan lo. . . Selamanya."

Ar terdiam. Detik berikutnya dia tersenyum. Menatap Ziv. "Gak akan. Gua akan selalu jadi sahabat dekat lu. Gua gak akan ke mana-mana kok."

Semuanya menatap Ar dan Ziv yang sejak tadi mereka berbicara dengan berbisik. "Udah belum mesra-mesraannya? Kasian yang ulang tahun."

Ar menatap Rizky. Dia terkekeh kecil. "Ya udah. Gua pamit dulu ya. Baik-baik lu pada."

"Anjing omongan lo kek mau mati aja." ujar Alzar.

"Iya Ar, dahlah sana jangan pake pamitan segala." lanjut Fikri.

Ar tersenyum. Dia kembali menatap Ziv. Menepuk pundak lebar itu lalu berjalan pergi menjauhi mereka. Ar menaiki sepeda motornya menyalakan mesin motornya.

Sekali lagi menatap teman-temannya, lalu melambaikan tangannya. Ar juga entah kenapa ingin saja melambaikan tangannya kepada teman-temannya itu.

Teman-teman yang sudah menemaninya sejak dulu. Semuanya selalu bersama. Ar terkadang selalu menangis setiap mengenang masa lalu.

Motor itu perlahan menjauh dari pandangan teman-temannya. Ar mengendarainya dengan kecepatan normal. Dia hari ini senang karena Suga sedang berulang tahun.

Rencananya dia akan membuat kejutan untuk orang yang dicintainya dan sebenarnya kejadian kemarin pun sudah direncanakan olehnya dan teman-temannya.

Cinta Sahabat [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang