48) Reuni II

15 1 2
                                    

"Di putusin ceweknya? Jadi mojok sendirian?"

Suga menatap wanita itu sekilas. Kembali melempar kerikil ke sebuah kolam berisi ikan.

"Woah! Ternyata sekolahan kita sekarang punya kolam ikan?"

Semangatnya. Menghampiri kolam ikan tersebut. Berjongkok di tepian kolam ikan. Suga yang melihatnya meringis. Takut-takut wanita itu tercebur.

"Hati-hati, kecebur." peringat Suga.

Seakan tak mendengar wanita itu masih sibuk menikmati kolam ikan tersebut.

Keadaan hening. Suga menatap wanita itu. Rasa rindu tiba-tiba menjalar diseluruh tubuhnya.

Rasa ingin memeluk begitu membuncah. Lupakan rasa kecemburuan. Suga bangkit. Berjalan pada wanita itu. Menarik lengannya. Sampai mereka berpelukan.

"Gue kangen sama lo, Aresta."

Wanita itu tersenyum. Membalas pelukan Suga. Tampak serasi di bawah sinar rembulan. Ditemani seseorang yang menatap mereka dari jauh.

"Gua juga sama." balas Ar.

Pelukan terlepas. Suga menatap Aresta dengan tajam.

"Terus, kemana aja 10 tahun ini? Liat gue. Gue udah kerja. Bangun usaha kecil-kecilan buat siapa? Buat lo. Buat nungguin lo. Lo bilang 8 tahun. Tapi mana buktinya?"

Suga melepaskan kedua lengannya dipundak Aresta. Dia berjalan membelakangi wanita itu.

"Gue kira lo udah lupa sama komitmen kita, janji kita dulu. Gue kira lo udah lupain gue dan semua orang."

Membalikan tubuhnya. Suga menatap Aresta dengan lekat. Menunjuk wanita itu.

"Lo. Gue kira lo udah berubah."

Aresta tersenyum menatap Suga. Pria itu tidak berubah. Masih cemburuan dan sekarang sedikit tempramental.

"Gua kuliah. Emang mau 8 taun di sana, tapi ada seseorang yang buat gue susah untuk pergi."

"Siapa?" tanya Suga.

"Cowok tadi? Si perebut calon istri orang?" sambungnya sarkas.

"Iya. Kenapa? Gua gak bisa pergi karena dia. Dia butuh gua dan Elena." jawab Ar tegas.

Suga terbelalak.

"Sebegitu pentingnya dia buat lo?"

Suga harap jawabannya tidak.

"Iya." jawab Ar serius.

Kembali mata Suga terbelalak. Dia tidak percaya. Benarkah wanita di hadapannya kini adalah Aresta. Wanita yang dulunya gadis slengekan dan tak pernah peka itu.

Berbeda. Kini dia berbeda. Dia bukan Aresta yang dulu. Berubah. Aresta sekarang berubah menurut Suga.

"Lo denger sendiri 'kan?"

Suara itu. Suga menatap orang itu dengan tajam. Kekesalannya memuncak.

Ziv menghampiri Aresta. Menggandeng pundak wanita itu.

"Lo dengerkan Ar bilang apa? Gue penting buat dia."

"Diem lo!" teriak Suga.

"Kenapa? Emang bener 'kan?"

"DIEM ANJING!"

"SUGA!" lerai Ar dengan berteriak.

"Lu udah dewasa. Kita udah tua. Gak perlu pake anjing-anjingan segala." sambung Ar.

Aresta langsung menarik tangan Ziv pergi dari tempat tersebut meninggalkan Suga yang masih tak percaya dengan tindakan Ar tadi.

"Lo. . . Berubah."

Cinta Sahabat [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang