28) Tragedi

46 2 0
                                    

Fufa pov

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Romeo, cepatlah kembali. Aku tidak ingin menikah dengan nya."

Itu suara si Fikri yang lagi meranin tokoh utama yaitu Juliet, adegan nya lagi dirumah si Juleha ehh maksudnya si Juliet.

Btw dia pinter juga niruin suara ceweknya, lumayan.

"Nona muda, tuan memanggil anda untuk makan malam bersama tuan Count Paris."

Kalo yang itu Ninda, temen sekelas kita jadi pembantu ceritanya.

Sebenernya gue pen tawa deh denger si Fikri dipanggil 'nona muda'.

Adegan demi adegan terlewati kita sampai diadegan puncak nya.

"Ini tidak mungkin. Juliet tidak mungkin meninggal. Ia tidak akan meninggalkanku. Ia hanya kelelahan karena menunggu ku..."

Suara Ar tentu aja jadi Romeo dia. Kayaknya seneng bat dah.

Dia juga pinter niruin suara cowok, debes lah buat dia.

"Jika seperti ini, aku akan meminum racun ini untuk menjemput Juliet disana. Akan aku bawa cinta putih ini, tak ada gunanya aku hidup tanpa Juliet..."

"Romeo... Kekasihku... Mengapa kamu meninggalkanku. Aku tidak bisa hidup tanpa mu. Aku akan menyusul mu kesana... Aakkkhh!!"

"JULIET!!!"

"Cut!! Oke, bagus." teriak kak Arges.

Kita semua tepuk tangan dengan latihan ini yang semakin lama semakin bagus.

"Oke, selamat sekarang akting kalian jauh lebih bagus dari sebelumnya, semoga hari ke hari semakin bagus dan sampai pentas nanti." harap kak Arges.

Kita semua langsung pergi setelah latihan itu berakhir. Seperti biasa gue pulang bareng Ar.

"Ar, pulangnya bisa ke mini market dulu gak?" tanya gue Ar ngangguk setuju.

"Kebetulan gua juga mau beli 'durex'." balesnya, sial. Ngomongnya tuh.

"Sial lo! Buat apaan tuh?!"

"Oh, ternyata lu tau itu apa?!" goda Ar langsung tanya gue dengan wajahnya yang dibuat-buat bego.

"Ya tau lah, orang suka ada iklan nya waktu tengah malam mungkin berharap waktu jam segitu anak-anak masih tidur, nyata nya enggak." jelas gue.

"Oh, kirain lu suka make." gue langsung noyor tuh pala nya si Ar.

"Ogeb, ya kagak lah." akhirnya setelah noyor palanya kita langsung jalan.

Saat ditengah jalan tiba-tiba Ar berhentiin motornya padahal ini masih jauh menurut gue.

Tadinya gue mau nanya namun saat gue liat kedepan ada beberapa orang yang tubuhnya tinggi-tinggi.

Siapa mereka? Kenapa ngehalangin jalan kita?

"Ar..." lirih gue remes pundak dia.

"Turun." ucap Ar ngomongnya dingin banget.

Gue hanya nurut apa yang dia bilang. Dia juga sama turun dari motor. Gue lepas helm gue.

Cinta Sahabat [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang