Part 7

149 6 4
                                    

Hai hai, apa kabar semuanya? Baik-baik pasti yah,,hehe

Maaf nih aku baru bisa up setelah sekian lama. Klo kalian tanya aku ada kesibukan apa? Jawabannya nggak ada,hehe..

Aku nggak sibuk apa-apa, cuma males aja gitu buka aplikasi warna Orange ini.. Hihi..

Kangen banget deh sama readers yg baik hati dan tidak sombong yg udah vote sama komen cerita aku.. Lope lope💜💜

Karena aku udah lama nggak up, aku usahain bakal double up. Insyaallah, itu juga kalo aku mau..hehe

Oke deh, bacot nya jangan lama lama. Langsung aja yah...

Happy Reading..................













Saar ini Divia tengah menunggu angkot yang akan membawa nya pulang. Teman-temannya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu, setelah terjadi sedikit perdebatan diantara mereka. Rina memaksa Divia untuk mengantarkan gadis itu pulang, namun dengan keras Divia menolaknya. Dengan alasan tak ingin merepotkan Rina. Karena selama ini ia sudah banyak merepotkan sahabatnya itu.

Divia melirik jam tangan berwarna putih yang melingkar cantik di tangannya. Sekarang sudah pukul 04:40 sore, namun angkot yang ia tunggu tak kunjung datang. Seharusnya Divia sekarang tengah memanjakan kasur tercinta nya, namun karena sebuah hal ia jadi pulang sedikit terlambat.

"Duh, angkot nya mana sih?! Dari tadi nggak ada satu pun yang lewat? Mana udah mau hujan lagi" ujar Divia cemas kemudian memandang langit yang berubah gelap.

Gadis dengan rambut tergerai indah itu menggigit jarinya cemas, seraya terus melirik ke arah jalan berharap ada angkot lewat yang akan membawa nya pulang. Namun kendaraan beroda empat itu masih belum memunculkan penampakan nya, apakah memang tidak akan muncul?

Byuuurrr

Hujan turun dengan deras membuat Divia terkejut. Dengan cepat Divia berlari ke halte yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Divia benar-benar sangat takut bercampur khawatir sekarang. Di rumah, Ibunya pasti sudah menunggu nya pulang.

"Yah, malah hujan lagi!" keluh Divia.

Sekarang Divia hanya bisa berdo'a, berharap hujan cepat reda dan ia cepat pulang.

*****

Divia memutuskan untuk pulang walaupun ia hanya berjalan kaki. Ia takut Ibunya mencemaskan dirinya yang belum pulang. Hujannya sudah reda sejak setengah jam yang lalu. Dan sejak setengah jam itu pula, Divia sudah meninggalkan halte.

Samar-samar Divia mendengar suara motor yang mendekat ke arah nya. Dalam hati ia berdo'a semoga orang itu bukan orang jahat yang akan berbuat macam-macam padanya.

Divia mengeratkan pegangan pada tas yang ia pakai, kala motor itu berhenti tepat di sampingnya. Divia ikut berhenti dengan pandangan menunduk. Ia tak berani menoleh ke samping untuk memastikan siapa yang menghentikan langkahnya.

"Divia?"

Merasa namanya terpanggil, Divia mendongak kemudian menatap seseorang yang tengah menatapnya heran. Divia bernafas lega mengetahui siapa orang itu.

"Kak Effan"

"Lo ngapain disini?" tanya Effan.

Ya, orang bermotor itu adalah Effan Bayu Pradipta. Sahabat Elang sekaligus kakak kelas Divia. Beruntung sekali Divia, karena bukan orang jahat yang ada di sampingnya.

ELANG [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang