Part 15

92 5 6
                                    

Berlanjut........





...HAPPY READING...


























"Kamu baik-baik aja kan sayang? Gak ada luka serius kan? Mana yang sakit mana, bilang sama Ibu?"

Pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut Amira yang terkejut melihat kondisi putrinya. Begitu masuk ke ruangan Divia, wanita itu langsung meluncurkan seribu pertanyaan kepada putrinya.

Divia tersenyum,  "Divia baik-baik aja kok Bu, nggak ada luka serius juga alhamdulillah".

Amira bernafas lega, "Syukurlah sayang, Ibu bener-bener khawatir banget waktu Elang bilang kalian lagi di RS".

"Kak Elang nelpon Ibu?" tanya Divia.

"Iya sayang" jawab Amira.

"Kak Elang bilang apa aja?" tanya Divia kepo.

Amira terkekeh, "Udah deh jangan kepo. Sekarang kamu istirahat dulu, Ibu mau keluar nemuin nak Elang".

Divia mendengus, "Yaudah Divia tidur aja".

Cup

Amira mengecup kening Divia lama kemudian tersenyum.

"Selamat malam sayang"

"Malam"

Setelah Divia memejamkan matanya, Amira langsung keluar menemui Elang dkk juga teman Divia.

"Loh kok Tante keluar?" heran Riri saat melihat Amira keluar dari ruangan Divia.

"Tante mau nanya sesuatu sama kalian" ucap Amira.

"Apa Tante?" tanya Rina.

"Kalian tau siapa yang bikin Divia jadi kayak gini?" tanya Amira.

Teman Divia saling pandang kemudian menggeleng pertanda tidak tahu. Lalu pandangan Amira jatuh pada Elang dkk yang hanya diam saja.

"Kalian tau?" tanya Amira lagi.

Baru saja Effan akan bersuara, Elang lebih dulu membuatnya diam.

"Kakak kelas kita Tante" jawab Elang.

Amira terkejut, "Kakak kelas kalian maksudnya?"

"Iya Tante. Dia itu terobsesi sama Elang, makanya dia selalu bully siapa pun cewek yang deket sama Elang. Termasuk, Divia" ujar Effan seraya memelankan nama Divia.

Amira tersenyum kecut, "Divia itu anak yang baik, dia gak suka cari masalah sama siapa pun. Tapi sekarang kenapa jadi seperti ini?"

Wanita paruh baya yang masih cantik itu menangis membayangkan nasib putrinya yang menjadi korban bullying di sekolah nya.

"Maafin Elang, Tante" ucap Elang.

Semua ini memang kesalahannya karena tidak bisa menjaga Divia dari wanita ular sialan itu. Elang tidak tega melihat wanita ini menangis, rasanya ia seperti melihat Mama nya sendiri.

Amira tersenyum, "Nak Elang nggak usah minta maaf sama Tante, karena nak Elang nggak salah disini".

"Tapi Divia jadi kayak gini itu salah Elang Tante" ucap Elang.

ELANG [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang