Part 6

133 7 2
                                    

Happy Reading........

































Keadaan kembali hening, mereka larut dalam pemikiran masing-masing. Hingga

Kriukk.. Kriukk.. (Anggap aja suara perut)

Divia otomatis memegangi perutnya yang baru saja berbunyi lumayan keras. Ia benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan lapar lebih lama. Saat tadi berangkat ke sekolah ia belum sempat sarapan. Dan saat di kantin tadi, sebuah kejadian buruk malah menimpanya.

Ia sangat malu sekarang, karena Elang menatapnya seakan meminta jawaban atas apa yang baru saja di dengar cowok itu.

Ah, perut! Malu maluin. Batin Divia.

Dalam hati Elang tersenyum. Karena keasyikan mengobrol ia jadi melupakan waktu istirahat mereka. Dan Elang yakin, suara yang baru saja ia dengar adalah suara yang dihasilkan dari perut Divia. Elang jadi merasa kasihan karena membuat gadis ini kelaparan.

Elang beranjak kemudian berjalan keluar meninggalkan Divia. Nampaknya cowok itu ingin menghubungi seseorang, terbukti saat sebelum keluar ia menempelkan benda pipih berwarna gold pada telinganya.

Selang beberapa menit kemudian Elang kembali masuk, lalu duduk di tempat semula.

"Kak Elang habis ngapain?" tanya Divia.

"Cari makan" jawab Elang.

Dahi Divia berkerut, apa maksud dari ucapan kakak kelas nya itu?

Elang yang menyadari ada kerutan di dahi Divia tersenyum tipis, kemudian berdiri dan menghampiri gadis itu.

"Temen gue yang bakal bawain" ucap Elang lalu mengelus kepala Divia. Divia melongo namun tetap mengangguk.

"Lo laper kan?" tanya Elang kemudian duduk di tempat semula.

"Iya Kak" jawab Divia lalu tersenyum, Elang balas tersenyum.

"Maaf ya Kak, aku udah ngerepotin Kakak dari tadi" kata Divia tak enak.

"Gak papa" jawab Elang.

"Aku juga mau ngucapin terimakasih sama Kakak" balas Divia.

"Untuk?" tanya Elang dengan satu alis terangkat.

"Semuanya. Mulai dari Kakak yang gendong aku kesini, ngobatin luka aku sama beliin aku makanan. Makasih banyak ya Kak" kata Divia kemudian tersenyum membuat mata nya menyipit lucu.

"Hmm, udah jadi kewajiban gue" sahut Elang tanpa sadar.

"Hah? Maksud Kakak?" tanya Divia yang terkejut dengan kata-kata Elang.

"Apa?" tanya Elang balik. Ia merutuki dirinya sendiri yang salah berbicara.

"Nggak papa Kak" jawab Divia.

Kemudian keadaan hening, mereka larut dalam pemikiran masing-masing. Divia dengan rasa penasaran nya dan Elang yang bersikap biasa saja.

Pintu UKS terbuka, menampilkan teman-teman Divia juga Elang.

"Divia, lo gak papa kan? Kaki lo oke kan?" tanya Riri beruntun begitu masuk.

"Ya ampun, kaki lo merah? Pasti sakit ya, Vi? Panas perih juga tuh kayaknya, ya kan Vi?" timpal Shasha heboh.

"Dasar kaleng rombeng, nanya satu-satu kek!" sahut Rina jengah. Riri dan Shasha cengengesan.

Elang dkk tak habis fikir dengan dua gadis itu yang bertanya sangat cepat tanpa jeda. Apa mereka tak bernafas saat tadi bertanya?

ELANG [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang