Part 2

187 15 6
                                    

Rintik hujan menemani pembelajaran kali ini. Semua tampak fokus dengan pelajaran masing-masing.

Seharusnya mereka melaksanakan upacara bendera hari ini. Namun karena bumi sedang turun hujan, mereka tidak melaksanakan kewajiban itu.

Semua fokus dengan materi yang di sampaikan guru masing-masing. Meneliti, menelaah, menyimak dan mendengarkan apa yang di sampaikan adalah kegiatan mereka sekarang.

*****

Bel istirahat berbunyi nyaring, menyelamatkan mereka dari jerat pelajaran yang menyiksa otak.

"Baiklah semuanya, pelajaran Bapak cukup kan sekian. Kalian bisa istirahat sekarang, selamat siang" ucap seorang guru lalu keluar.

"Siang Pak" jawab mereka kompak.

"Lang, nanti malam jadi kan?" tanya seorang cowok bernama Effan Bayu Pradipta. Yang di tanya hanya berdehem sebagai jawaban.

"Emang mau kemana?" tanya satu lagi cowok bernama Adrian Raditya Wijaya.

"Biasa" sahut cowok bernama Dimas Anggi Widyatmaja.

"Beneran, Lang?" tanya Adrian memastikan. Cowok dengan nama lengkap Devanno Raellangga Adhitama itu mengangguk singkat.

"Tempat biasa kan?" tanya Effan.

Lagi dan lagi, Elang hanya mengangguk membuat teman-temannya memandang horor ke arah nya. Ia yang merasa di perhatikan seperti itu jadi bingung. Apa dia berbuat salah?

"Kenapa?" tanya cowok yang akrab di sapa Elang itu akhirnya. Jangan lupakan nada bicaranya yang tak berintonasi juga wajah datar nya.

"Lo kalo di tanya jawab kek Lang, ngomong gak bayar juga. Males banget kayaknya!" protes Effan.

"Tau, heran gue. Punya mulut tapi cuma ngangguk sama dehem doang, lama-lama gue jual juga tu mulut!" sahut Dimas mencibir.

Yang lain hanya diam dan menyaksikan tingkah mereka. Sudah tau teman mereka ini berbicara jika di perlukan saja, lalu apa ini? Sepertinya mereka belum mengerti. Pikir yang lain.

Sedangkan orang yang mereka debat kan hanya menatap tajam dua temannya itu, kemudian pergi diikuti yang lain.

"Kebiasaan di tinggal kan kita?" celetuk Effan sedih kemudian menyusul temannya.

"Lah kambing, ngapa gue juga di tinggal?" heran Dimas kemudian menyusul yang lain.

*****

Keadaan kantin mendadak ramai, saat segerombolan cowok masuk dengan gaya cool nya masing-masing. Mereka kemudian berjalan ke meja yang sudah di klaim milik mereka. Letaknya pun strategis, karena berada di pojok.

Bruukk

Baru saja beberapa langkah mereka berjalan, mereka di kejutkan saat seorang gadis jatuh tepat di depan mereka. Gadis itu meringis seraya memegangi lututnya yang sakit.

"Divia, lo nggak papa?" tanya salah satu temannya. Yang lain dengan sigap membantu gadis bernama Divia itu berdiri.

"Aku nggak papa" jawab Divia.

ELANG [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang