Chapter 9

47.4K 5K 215
                                    

Hai pembaca baru maupun pembaca lamaaa, dimohonkan untuk menekan bintang dibawah, saya selaku Author sangat merasa tertekan melihat jumlah vote berbanding dengan viewers.

Kalian bisa lihat sendiri, tolong berikan vote sebentar untuk cerita ini ya❤.

Happy Reading❤
.
.

Suasana canggung tercipta di ruang tengah Apartemennya Harvy, kedua insan manusia ini tengah duduk berhadapan namun tak ada percakapan yang terjadi.

Setelah tadi Milky selesai membereskan keperluannya di kamar 1 lagi, Harvy memanggilnya dan memintanya untuk duduk di depannya.

"Ehem, jadi begini Milky, aku akan pergi menghadiri Tender sekarang dan kamu harus tetap berada di Apartemen,"

"Jangan melangkahkan kakimu keluar dari pintu jika tidak ada hal penting, aku sudah save nomerku di ponselmu dan pastikan ponselmu selalu menyala" terang Harvy tenang.

Milky mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oke Pak" jawab Milky.

Harvy mengerutkan dahinya dan menatap Milky dengan tatapan tidak suka.

"Kita tidak sedang berada di kantor, panggil aku dengan namaku" ucap Harvy dengan sedikit gerutuan.

Milky ingin menyemburkan tawanya saat mendengar nada protesan di suara Harvy.

Apa dia kesal karena aku tak memanggil namanya? Pft kekanakan sekali-Batin Milky.

"Oke Pak—Harvy maksudku"

Harvy tersenyum puas kemudian berdiri, Milky juga ikutan berdiri dan mereka berdua berjalan menuju pintu Aprtemen.

"Ingat, jangan keluar jika tidak ada hal penting" peringat Harvy lagi.

Milky menganggukan kepalanya dan merapikan dasi Harvy sebentar.

"Oke Harvy" jawab Milky tenang dan menepuk bahu Harvy sebentar.

Harvy sendiri tidak mempermasalahkan apa yang Milky lakukan.

Dia mengelus kepala Milky sebentar kemudian keluar dari Apartemennya, Milky menutup pintu Apart kemudian melangkah menuju dapur.

Sepertinya memasak beberapa menu makan malam adalah kegiatan bagus.
.
.

H

arvy duduk dengan tenang di dalam ballroom sebuah Hotel, Tender kali ini harus dimenangkannya dan jika dia berhasil maka keuntungan Perusahaanya akan semakin baik.

"Kali ini kita mendapat sebuah lahan yang luas dan memiliki tanah subur yang bahkan sudah jarang ada di Jakarta, Tanah yang dimiliki oleh seorang Petani tua yang sudah renta, jika seperti ini kami menargetkan harga untuk tanah tersebut adalah 1 Miliar Rupiah"

Harvy masih tenang dang memutar pelan gelas berisi winenya,tatapannya terlihat yakin dan percaya diri, 1 Miliar bukanlah harga yang mahal bagi Putra Bungsu Keluarga ICO.

Disaat seperti ini tak ada satupun yang berani untuk mengangkat tangan mereka, karena 1 Miliar bukanlah harga yang murah bagi Pengusaha yang masih merintis seperti mereka.

"Apa tidak ada yang berani mengajukan harga banding?" tanya sang pembawa Tender.

Seorang Pria tampan mengangkat tangannya.

"1 Miliar 200 juta Rupiah" ucapnya tenang dan tak lupa dengan senyum formalnya.

Mereka semua menatap tak percaya pada Pria itu, terlebih Harvy yang kini menatapnya tajam.

My Alter Ceo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang