Part 1.

15.2K 799 20
                                    

Lalisa POV_

Pertama kali dalam hidupku menginjakkan kaki di negara yang baru bagiku. Beberapa orang berkata jika Korea Selatan adalah negara yang cukup romantis meski Paris tetap menjadi kota teromantis bagiku. Sebelumnya aku tinggal bersama Ibuku di Paris, orang tuaku berpisah cukup lama. Mommy kelahiran Paris sedangkan Ayah adalah orang Korea, namun aku lahir dan besar di Paris, dan kali ini aku terpaksa memutuskan untuk tinggal bersama Ayah setelah Mommy menikah lagi dengan pria pilihannya. Aku bukan tidak merestui mereka, hanya saja aku tidak ingin tinggal bersama orang lain yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupku.

Mommy mempermasalahkan hal itu pada awalnya, tidak mengijinkan aku untuk tinggal sendiri apalagi umurku yang masih 18 tahun. Kami bahkan sempat berdebat hebat, aku mengatakan padanya jika aku akan pergi jauh dari pandangannya jika ia tidak mengijinkanku untuk pergi dari rumah. Pada akhirnya Mommy memberi ijin padaku dengan syarat aku harus tinggal bersama dengan Ayahku.

Sejujurnya aku tidak begitu dekat dengannya, mungkin karena selama tiga tahun ini kami tidak tinggal bersama. Tapi aku tidak punya pilihan lagi. Aku lebih baik tinggal bersama Ayahku yang berprofesi sebagai jurnalis di Korea Selatan daripada harus hidup bersama dengan orang lain di rumahku.

Duduk disebelahnya membuatku cukup canggung, kami sudah lama tidak berkomunikasi dan ini kali pertama bagiku duduk disampingnya setelah tiga tahun berlalu.

"Mau mampir kesuatu tempat sebelum sampai rumah?" Tanyanya tiba-tiba membuatku hanya menggeleng dan tetap menatap bangunan yang ada di luar kaca mobil.

"Apa kau tidak lapar?"

Sekali lagi aku menggeleng tidak mengeluarkan suara. Biarkan saja dia menganggapku dingin, faktanya aku merasa canggung dengannya.

"Aku yakin kau lapar. Kita mampir ke restoran dulu. Kau ingin makan apa? Makanan korea? Japanese atau makanan biasa seperti di Paris?"

"Tidak. Aku lelah." Jawabku singkat, berusaha menghentikan berbagai pertanyaan yang muncul dari mulutnya. Sebagai sosok Ayah dia cukup cerewet menurutku.

"Baiklah. Jika sudah sampai rumah jangan lupa menelfon ibumu."

"Hmm." Gumamku menanggapi.

"Aku sudah mengurus sekolahmu disini, besok kau sudah boleh pergi ke sekolah jika kau mau."

"Ya."

"Tidak bertanya dimana sekolahmu?"

"Mommy sudah memberitahuku."

Pria itu mengangguk tidak kembali berbicara. Segala keperluanku untuk tinggal di Korea memang sudah diurus oleh Mommy dan Ayahku, termasuk tempat sekolahku yang baru. Mereka benar-benar peduli terhadapku meski aku tidak pernah peduli terhadap kehidupan mereka.

Suasana hening, tidak ada yang berbicara di dalam taxi, yang terdengar hanyalah suara kendaraan dan klakson mobil yang terdengar memuakkan bagiku. Ternyata Korea begitu padat, jauh lebih padat dari Paris.

Bahkan hampir satu jam kami terjebak kemacetan. Beberapa menit kemudian akhirnya kami sampai di kediaman Ayahku. Aku berdiri di depan gedung bertingkat dengan membawa satu koper.

"Chaaa ayo masuk." Ia mengajakku untuk mengikutinya setelah mengambil koper di dalam bagasi. Lalu mengambil alih koper yang berada ditanganku untuk kemudian ia bawa.

Pandanganku menatap menyeluruh, menatap beberapa perabotan yang tidak begitu banyak. Sudah bisa kutebak jika Ayahku adalah pribadi yang simpel.

"Mungkin tidak sebesar tempat tinggalmu di Paris, tapi apartemen ini memiliki dua kamar. Kau bisa menempati kamarmu di atas, aku sudah membereskannya untukmu."

Stay With Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang