Part 22.

2.8K 374 18
                                    

Jungkook masih duduk di kursi tamu apartemen Lisa, dia menolak untuk pergi. Sudah hampir 20 menit gadis itu tidak keluar dari kamarnya. Ya, sejak tadi Lisa mengurung diri di kamarnya sendiri setelah meminta Jungkook untuk pergi. Namun Jungkook tidak bisa pergi begitu saja, dia tidak bisa meninggalkan Lisa dalam keadaan seperti ini karena ia tidak tahu menahu mengapa mood gadisnya begitu buruk hari ini. Jungkook sudah meminta ijin pada Jaewook untuk berada di apartemennya sampai malam tiba dan Jaewook memperbolehkannya.

Helaan nafas keluar dari mulutnya. Jungkook memundurkan dirinya lantas menyenderkan tubuhnya. Dia tidak tahu harus bagaimana, jika ia mengetuk pintu gadisnya jelas saja Lisa akan merasa terganggu, yang ada akan semakin marah.

Jungkook sudah hampir putus asa, dia akhirnya berselancar diinternet, mencari cara bagaimana menghadapi kekasih yang sedang merajuk. Jungkook menemukan satu tips membuat kekasihnya berhenti merajuk, yaitu dengan candaan.

Dia menelan ludah sendiri ketika membaca artikel tersebut, pasalnya dia bukanlah orang yang lucu. Bagaimana dia harus membuat Lisa tertawa lucu. Katrna merasa frustasi sendiri, Jungkook mengacak rambutnya.

"Ahhh, aku tidak bisa." Gumamnya sembari menutup mata.

"Tapi jika tidak dicoba, kami tidak akan berbaikan."

Dengan segala keberanian, Jungkook mendekati pintu kamar Lisa. Mengetuknya pelan tapi tidak ada respon disana, dia akhirnya menarik nafasnya. Memberanikan diri membuat candaan yang menurutnya pasti akan memalukan.

"Sayang, masih tidak ingin membuka pintu?"

Masih belum ada sahutan dari Lisa.

"Sayang, hari ini tanggal merah kan, yang lain libur bekerja tapi aku sekalipun tidak pernah berlibur memikirkan tentangmu."

Jungkook menahan malu sendiri, dia tidak percaya akan melakukan sesuatu yang aneh dan bodoh seperti ini. Dia tidak bisa lagi melanjutkan kalimat-kalimat lainnya dilayar ponselnya, yang menurutnya sangat menggelikan.

"Ck. Ini menggelikan."

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, lantas muncul presensi Lisa yang sedang berdiri sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Jungkook terdiam sembari menahan rasa malu.

"Aku-- lupakan tentang tadi, kuharap kau tidak mendengarnya."

"Kau bilang kau tidak pernah berhenti memikirkan aku kan, itu hanya bualan semata. Aku tahu." Balas Lisa dingin.

Jungkook tertegun, dia menyentuh telapak tangan Lisa membawanya ke depan dadanya sembari menatap hangat mata kecoklatannya.

"Aku tidak pernah membual tentang perasaanku Lisa."

Lisa menghela nafas lalu melewati Jungkook begitu saja yang masih berdiri didepan pintunya. Gadis itu menuju dapur mengambil air putih lalu kembali lagi ke ruang tamu. Ia mendudukan diri disana, sembari melipat tangannya. Jungkook hanya tersenyum, gadisnya terlihat imut ketika marah seperti itu. Ia lantas berlutut didepan kekasihnya, mengambil jemari lentik gadisnya.

"Sekarang coba katakan ada apa? Kita sudah baik-baik saja tiga hari yang lalu, lantas mengapa sekarang seakan enggan denganku hmm?"

Tidak bisa dipungkiri oleh Lisa jika mata Jungkook begitu bersih memancarkan ketulusan.

"Aku hanya sedikit kesal."

"Mengapa?"

"Berjanji tidak akan marah jika aku mengatakannya?"

Jungkook terdiam sebentar, sepertinya ini adalah masalah serius yang dihadapi kekasihnya sendiri.

"Baiklah, aku berjanji."

Stay With Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang