9. You?!

1.4K 276 26
                                    

Jennie dengan malas membuka matanya setelah mendengar bisikan orang-orang yang tidak bisa dipahami otaknya. Dia merasa lelah dan lemah –tenaganya terkuras. Dia meringis ketika cahaya di ruangan itu menusuk matanya –ruangan yang tidak dikenalnya.

"Dia bangun." dia mendengar seseorang berseru.

Jennie menghela napas lalu membuka mata sepenuhnya, ada wajah khawatir yang tengah menatapnya. Jisoo ada disana bersama seorang dokter. Wajah Jennie berkerut bingung untuk beberapa saat, tetapi matanya langsung melebar ketika kesadarannya menyingsing.

Dia pingsan! Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering ketika kesadarannya kembali, pikirannya hanya tertuju pada satu hal saat ini.

"A –apa bayinya baik-baik saja?" tanyanya sedikit parau.

Jisoo segera datang ke sisinya dan menggenggam tangannya, tersenyum hangat.

"Bayinya baik-baik saja." Jawab Jisoo dengan sedikit meremas tangan Jennie.

Jennie menghela napas lega dan menutup matanya rapat-rapat, sebuah tangisan terbentuk di tenggorokannya.

"Jadi apa yang terjadi?" Tanya Jennie.

Dokter itu berdehem dan melangkah maju.

"Bukan tidak mungkin seorang wanita pingsan dalam masa kehamilan. Namun, Anda pingsan cukup lama dan itu tidak wajar. Tekanan darahmu sangat rendah dan mungkin itu yang membuatmu pingsan. Saya telah meresepkan beberapa obat yang akan membantu, tetapi jika Anda kembali merasa tidak enak badan, disarankan untuk mengunjungi saya secepatnya." dokter memberikan penjelasan dengan tingkat profesionalisme tertinggi.

Jennie menggunakan ujung lidahnya untuk membasahi bibirnya. "Jadi, jika saya pingsan lagi, mungkin ini akan serius?" tanyanya putus asa.

Dokter mengangguk.

"Aku yakin semuanya akan baik-baik saja, Jane." Jisoo menghibur, memeluk Jennie yang mulai berkaca-kaca.

"Ini bisa jadi bukan apa-apa jadi tolong jangan stres. Anda boleh pergi kalau sudah selesai." dokter tersenyum lalu meninggalkan ruangan.

Jennie mendengus. "Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi di kemudian hari?"

"Tapi bagaimana jika tidak terjadi apa-apa?" Jisoo menantang, mengangkat alis. "Kau harus berpikir positif tentang bayimu, Sayang."

Jennie tersenyum, merasa lebih baik. "Terima kasih untuk semuanya, Chu."

Jisoo menghela nafas dan mengipasi wajah Jennie. "Tidak perlu berterima kasih padaku. Kau harus berterima kasih kepada Dewa Yunani yang membawamu kesini." dia menyeringai.

Jennie mengernyit. "Dewa Yunani cenderung menderita, Chu." serunya.

Jisoo tertawa terbahak-bahak, kepalanya terlempar ke belakang karena tertawa.

"Dari mana kau mendengar perkataan konyol seperti itu?" tanyanya dengan gemetar, nada tawa masih terlihat jelas.

"Film." Jennie tersenyum.

Jisoo mendengus. "Memang benar."

"Jadi, bagaimana bisa kau tahu aku ada disini?" Jennie bertanya dengan heran.

"Aku mendapat telepon dari orang yang membawamu kesini. Tapi, bagaimana dia mendapatkan nomorku?" Jisoo mengangkat bahu.

"Dimana dia?"

"Di luar, kurasa. Tidak yakin, tapi kau berhutang banyak padanya."

"Aku tahu."

"Berpakaianlah agar kita bisa pergi." Seru Jisoo, beranjak dari tempat tidur.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang