2. The Visit

1.6K 283 27
                                    

Setelah merenungkan nasihat Jisoo sepanjang malam, Jennie memutuskan bahwa dia akan melakukannya dan mengunjungi Jeon Alinsky.

Wanita itu menelan ludah saat menatap gedung yang menjulang tinggi di hadapannya, membuatnya merasa rendah. Gedung itu berdiri tegak dan merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak terbesar di New York.

Jennie menghela napas dan melangkah masuk, perutnya terasa mual karena gugup.

Para karyawan banyak yang sedang berlalu lalang, sepatu mereka berbunyi klik saat mereka berjalan, kepala mereka terangkat tinggi dalam setelan yang disesuaikan rapi dengan koper di tangan. Beberapa diantara mereka yang melewatinya hanya memandang Jennie sekilas, membuat wanita itu menelan ludah saat menatap celana jins lusuhnya yang lapang, dan kaus oblong yang tertutup dibalik sweter abu-abu berkerudung.

Jennie menghela nafas dan berjalan menuju wanita berambut gelap di belakang meja yang diyakininya sebagai resepsionis. Saat melihat Jennie, senyum wanita itu turun dari wajahnya, bibirnya ditarik membentuk garis tipis.

"Ada yang bisa Saya bantu?" ucapnya dengan nada berpura-pura ramah, memberikan Jennie rasa ketidaknyamanan —sekali lagi.

"Apa ada Jeon Alinsky disini?" Tanya Jennie dengan nada yang sama –tidak menyenangkan.

Wanita itu mengangkat alis. "Ya, dia pemilik gedung ini. Apakah Anda mempunyai janji dengannya?" Tanya wanita itu dengan tajam.

Jennie menghela napas. "Bisakah kau memberitahuku di lantai berapa ruangannya?"

"Apakah Anda sudah membuat janji?" tanya wanita itu menekan, meluruskan postur tubuhnya yang sudah tegap.

Jennie mengusap pelipisnya dan menghela napas. "Begini Nona, kau tahu dia dilantai berapa atau tidak?" bentak Jennie dengan gigi terkatup.

Wanita itu terperangah selama beberapa detik sebelum ia menyerah. "Tuan Alinsky ada di lantai sepuluh." jawabnya dengan tegas.

Jennie menyeringai sambil menatap cepolan dibelakang kepala wanita itu. "Gaya rambut yang bagus." serunya sambil menunjuk gaya rambut sang resepsionis.

Bibir wanita itu sedikit melengkung, merapikan rambutnya. "Oh, terima kasih." ujarnya, suaranya masih tidak ramah.

"Ya, itu adalah gaya rambut favorit nenekku!" Jennie menyeringai lalu berjalan pergi, mendengar umpatan wanita itu dari belakang.

♥ ♥ ♥


Saat Jennie memasuki lift, lift itu penuh dengan orang-orang bisnis, kesunyian yang hampir memekakkan telinga, dan yang lebih buruk lagi, dia berada tepat di depan sehingga dia tahu mereka akan memiliki pandangan skeptis padanya.

Melompat kaget ketika ponselnya berdering, Jennie menggumamkan kutukan pelan saat ia dengan canggung mengobrak-abrik tas untuk mencari barang yang mengganggunya. Wanita itu menghela nafas ketika nama Jisoo muncul di layar.

"Ya, ada apa?" jawab Jennie dengan berbisik.

"Apa kau sudah sampai?" tanya Jisoo, yang entah kenapa juga ikut memelankan suaranya.

Jennie dengan gugup menatap sekeliling dan tersenyum kaku. "Ya, aku sudah sampai dan sedang dalam perjalanan untuk menemuinya."

"Don't be nervous, okay? Pastikan dirimu dalam keadaan tenang saat memasuki ruangannya, paham? Kau harus memberitahunya tentang bayinya hari ini juga."

Semua mata tertuju pada Jennie, menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Membuat wanita bermata kucing itu ingin menenggelamkan dirinya melalui lantai sekarang juga.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang