7. We Meet Again?

1.4K 256 13
                                    

Tidak seperti biasanya. Kali ini Jennie bangun lebih dulu dari alarmnya. Tanpa membuang waktu ia segera mandi meskipun rasa mual merembes ke seluruh tubuhnya. Sebelumnya wanita itu telah memilih setelan terbaiknya —celana hitam lengkap dengan blazer senada.

 Sebelumnya wanita itu telah memilih setelan terbaiknya —celana hitam lengkap dengan blazer senada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mandi, Jennie menari bersama celananya, harus berusaha keras dalam memakainya. Dia menggeliat saat menyadari bahwa ia telah menjadi sedikit gemuk, dan ada sedikit tonjolan di perutnya. Jennie ingin menangisi kenyataan tentang pertambahan berat badannya yang begitu cepat, tidak bisa membayangkan seperti apa penampilannya di bulan-bulan kehamilan selanjutnya.

Sambil menghela napas, Jennie meraih heels nya. Kemudian bergerak ke dapur dan menuangkan segelas jus buah untuk dirinya sendiri, memberikan tubuhnya sedikit nutrisi sebelum keluar dari apartemennya.

Saat berjalan di sepanjang koridor kecil itu, Jennie menggumamkan kutukan rendah ketika ia merasakan ponselnya berdering keras di tasnya, lupa untuk mengaktifkan mode getar. Waniat itu berhenti dan tanpa tenaga mengobrak-abrik tasnya.

"Halo," jawabnya malas.

"Jane, kau sudah bangun, bagus. Kau sedang dalam perjalanan? Sekarang jam 7 dan kau harus sampai di sana jam 8." oceh Jisoo.

"Ya, aku baru saja meninggalkan apartemen," dia meyakinkan dengan lesu.

"Bagus, semua barangmu sudah lengkap?"

Jennie tersenyum. "Yes, Mom." ejeknya.

Jisoo terkikik. "Ok, semoga berhasil sayang."

"Terima kasih untuk semuanya, Chu."

"Itulah gunanya teman, bukan?" seru Jisoo tajam.

Jennie tersenyum. "Baiklah, aku akan meneleponmu nanti dan memberitahumu bagaimana semuanya berjalan."

"Baiklah, selamat tinggal." Seru Jisoo sebelum sambungan terputus.

♥ ♥ ♥

"Taksi!" teriak Jennie, mengibaskan tangan kanannya untuk memberhentikan taksi yang lewat. Dia mendengus dan melirik arlojinya.

7:25 pagi.

Wanita itu telah berdiri disana selama hampir setengah jam dan belum mendapatkan satu taksi pun, situasi seperti itu selalu terjadi pada hari-hari ketika dia terburu-buru. Disaat dia sedang dalam keadaan santai dan tidak terburu-buru, maka ribuan taksi selalu ada di sekelilingnya.

Bicara tentang nasib buruk!

Jennie sudah mulai merasa tidak nyaman, berdiri begitu lama. Memejamkan matanya, membisikkan sebuah doa kecil, memohon agar Tuhan bekerja sama dengannya.

Seolah dikabulkan, lima menit kemudian sebuah taksi akhirnya berhenti didepannya. Membisikkan ucapan terima kasih kecil kepada Tuhan sebelum masuk, Jennie menghela napas lega saat pantatnya menyentuh kelembutan kursi mobil.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang