Prologue

4.4K 317 13
                                    

"Jangan pernah melakukan sesuatu yang bodoh secara permanen, hanya karena kau sedang kesal untuk sementara."

-unknown.



♥ ♥ ♥

"I need this."

Jennie menelan ludah saat ia menatap lautan tubuh yang sedang menari diiringi musik keras yang menerkam gendang telinganya. Keringat, campuran parfum yang dikombinasikan dengan aroma kuat minuman keras memenuhi indera penciumannya, membuat perutnya mual. Kepalanya sudah menjerit dan dia bahkan belum meminum apapun sejak datang. Keraguan melayang di kepalanya saat ia merenungkan apakah ini hal yang benar atau tidak.

Gaun hitam ketat itu seperti ruang hampa, menyedot oksigen keluar dari tubuhnya, dan sepatu hak enam inci yang ia kenakan sudah membuatnya sakit punggung, tetapi ia tetap menjaga postur tubuhnya agar tetap lurus.

Jennie mengerang ketika seseorang lewat dan menampar pantatnya, lalu mengedipkan matanya. Jennie sama sekali tidak menikmati ini! Mungkin tetap di rumah sambil memainkan penis kekasihnya tidak terlalu buruk dibandingkan dengan apa yang ia alami sekarang.

Cara wanita itu berpakaian mungkin telah memberikan kesan yang salah kepada para pria tentang dirinya, karena komentar sinis, dan pandangan yang ia terima tidak sedikit pun membuatnya nyaman.

Memutuskan untuk mencoba dan menenangkan diri, Jennie meninggalkan area keramaian dan berlari ke kamar mandi. Melewati beberapa pria yang memberinya tatapan nakal, mata mereka bahkan hanya terpaku pada tubuhnya saat ia berjalan melewati mereka.

Mendesak melewati kerumunan kecil di depan pintu kamar mandi, Jennie menerobos masuk dan menghela napas lega ketika kebisingan dari klub mereda dan ketika ia menemukan tidak ada satu orangpun di kamar mandi.

Jennie menatap dirinya sendiri di cermin dan meringis melihat penampilannya. Ini sama sekali bukan dirinya; ini adalah orang yang sama sekali berbeda.

Rambut blondenya sekarang tampak cokelat karena banyaknya gel rambut dan semprotan yang ia berikan. Wajahnya dipenuhi dengan riasan, alisnya benar-benar dilukis sedemikian rupa, dengan warna gelap pekat yang tidak cocok dengan kulitnya.

Perona mata yang ia kenakan bahkan menutupi mata kucing miliknya. Seluruh wajahnya adalah bencana! Dia tampak seperti pelacur murahan yang siap menjual tubuhnya dengan harga murah!

Jennie menghela napas dan berjalan menuju pintu, memutuskan bahwa ia akan naik taksi dan pulang. Melangkah keluar dari kamar mandi dan tercekat saat ia menabrak sosok besar. Jennie dengan cepat melangkah mundur, dan hendak meminta maaf.

Pria itu ikut mundur sejauh lima kaki, postur tubuh pria itu membuatnya terlihat seperti kurcaci. Postur tubuhnya sangat bagus, mata hijaunya yang gelap menusuk dan tegas. Rambutnya berwarna hitamdan bergelombang, dengan garis rahang yang akan membuat pisau cukur tampak kusam. Pria ini keren!

"Uh...ma-maaf," Jennie tergagap, ingin memukul dirinya sendiri karena terdengar seperti orang idiot.

Pria itu tersenyum tipis, memamerkan lesung pipi di pipinya.

"Kurasa akulah yang seharusnya meminta maaf." katanya, suaranya sehalus beludru.

Jennie tersenyum, tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Sebagai permintaan maafku, bisakah aku membelikanmu segelas minuman?" Tanya pria itu.

Jennie berkedip pelan, bertanya-tanya apakah telinganya berfungsi dengan benar. Dia merasa sulit untuk percaya bahwa seorang yang seperti Clark Kent meminta Cruella untuk duduk bersama. Tapi sekali lagi, bahkan mungkin Cruella terlihat lebih baik darinya, pikirnya.

[Clark Kent : Superman]

[Cruella : Karakter dalam film Disney]

"Bagaimana?" Tanya pria itu lagi dengan ramah.

Kepala Jennie tersentak mendengar suaranya. Menggelengkan kepalanya, seolah mencoba menjernihkan pikiran. "Uh, ya.....tentu." balas Jennie dengan senyum kaku.

Kembali masuk ke dalam club, pria itu menarik kursi dan mempersilahkan Jennie untuk duduk.

"Terima kasih." Ujar Jennie. Wanita itu memperhatikan saat pria yang tak ia kenali itu juga mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Jadi, ingin minum apa?" tanyanya lembut, senyuman itu bahkan tak pernah lepas dari wajahnya.

Jennie merasa ragu untuk sesaat. Dia sebenarnya adalah tipe wanita yang tidak menyukai alkohol. Namun, ia tidak bisa mengambil risiko terlihat seperti orang bodoh sekarang, jadi ia menjawab. "Vodka."

Itu adalah minuman pertama yang terlintas di benaknya karena itu adalah minuman favorit temannya.

Pria itu mengerutkan kening, seolah terkejut dengan pilihan Jennie. "Pilihan bagus. Kurasa aku juga akan memesan itu." Mencondongkan tubuhnya ke arah bartender, pria itu memesan dua gelas vodka. Dalam beberapa detik minuman mereka disajikan.

"Terima kasih." ucap Jennie sekali lagi saat ia dengan ragu mengambil gelas dengan tangan gemetar. Jennie tersenyum kaku pada pria itu dan mulai mengangkat gelasnya, mengernyit dan menutup mata erat-erat ketika minuman itu mengenai lidahnya.

"Ugh!" erangnya, wajahnya masih terlihat jijik pada rasa minuman yang membuatnya terkejut.

Lantas pria itu terkekeh. "Kau akan terbiasa dengan rasanya setelah beberapa saat."

Rasanya sama buruknya dengan pembunuhan, tetapi Jennie memutuskan untuk menuruti nasihatnya.

"Mmm, kurasa aku tidak akan pernah terbiasa dengan ini." seru Jennie, tidak tahu mengapa ia merasa begitu patuh di hadapan pria itu.

Pria itu kembali memesan sesuatu sebelum kembali menertawakan reaksi Jennie setiap kali wanita itu mengambil tegukan.

Saat mereka berdua menjadi lebih tenang dan kesadaran yang hampir hilang dari diri Jennie, pria itu berbisik.

"Apa kau ingin keluar dari sini?" bisiknya, napasnya terasa hangat mengipasi kulit Jennie membuat wanita itu menggigil.

Jennie tersenyum. Tawarannya terdengar bagus. Sejauh ini ia merasa sedikit lega walaupun merasa sedikit nakal. Jennie masih cukup sadar untuk mengetahui apa yang akan terjadi meskipun sebagian dari dirinya sangat menentang ajakan itu.

Jennie mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia memiliki seorang kekasih dan jika ia berhubungan seks dengan orang asing itu berarti ia telah selingkuh, tetapi Jennie tidak menganggap Jaehyun sebagai kekasih selama beberapa minggu terakhir. Dia bahkan tidak tahu kapan terakhir kali mereka berhubungan seks.

Jennie menghela napas disertai dengan senyuman. "Kau tidak perlu bertanya untuk itu." serunya sambil tersenyum malu-malu.

Pria itu berdiri, meraih tangan Jennie dan menuntunnya keluar dari klub. Dalam waktu singkat, Jennie merasakan tubuhnya terangkat dan diletakkan di atas kasur empuk yang besar. Kemudian ia merasakan ciuman panas mengalir di sekujur tubuhnya. Rasanya sangat enak, membuatnya memejamkan mata, menikmatinya.

"Apa kau yakin tentang ini?" Tanya pria misterius itu ketika tubuhnya sudah berada di atas Jennie dan siap untuk mengambil risiko.

"Seperti pantai seperti pantai." Jennie tertawa, tahu bahwa efek vodka membuatnya berbicara omong kosong.

Pria itu terkekeh dan menundukkan kepala untuk mencapai leher jenjang Jennie, menggunakan lidahnya untuk mendapatkan kenikmatan. Lantas Jennie mengerang saat lidah pria itu mulai mendesaknya.

Dalam beberapa menit, semua pakaian mereka telah hilang, bersamaan dengan ciuman liar, tubuh saling terkunci, dan beberapa sperma yang mulai mencari rumahnya.





___tbc.

So, hi!

Another story about Mr. Jeon... Hope you guys like this!

Oke, tanpa basa basi cuss ke chapter selanjutnya yes!!!

Jangan lupa Vote dan Comment nya!

Next 👇

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang