32. What ur name?

1.1K 197 32
                                    

*Tinggalkan jejak ya kaka*


☜☆☞

Jeon terkejut saat mendapati dirinya membeku atas pertanyaan yang diajukan Taehyung.

Sahabatnya itu berdiri sambil mengamatinya. Merasa mendapat jawaban dari diam nya Jeon, Taehyung menarik napas dalam-dalam, tak ingin mendengar lebih lanjut.

"Aku—"

"Aku lapar," potong Taehyung, tak ingin mendengar jawaban pria itu.

Jeon mengerutkan kening karena perubahan temannya yang tiba-tiba tetapi kemudian ia berdehem, berpikir bahwa diam lebih baik, bagaimanapun juga, dia tidak yakin dengan perasaannua.

"Jadi, kita makan malam apa?" tanya Taehyung, memutuskan untuk mengubah topik.

Jeon menghela nafas. "Tae, aku ingin kau datang hari ini untuk alasan tertentu."

"Apa?"

"Aku harus memberitahumu alasan Jennie tidak bisa lagi bekerja" jelas Jeon, membuat Taehyung mengerutkan kening tak mengerti.

☜☆☞

Duduk dengan ragu, Heechul merenungkan apakah dia harus menelepon istrinya atau tidak. Di tengah semua yang terjadi, ia masih menganggap istrinya sebagai keluarga dan meski dinding cinta mereka semakin menipis, namun tidak sepenuhnya hilang.

Dia tersenyum, memikirkan betapa dirinya merasa jauh lebih baik sekarang setelah menebus kesalahannya pada putrinya.

Heechul memang masih harus menebus banyak hal, tetapi setidaknya sekarang ia berada dekat dengan putrinya. Pria itu menginginkan kedamaian, menginginkan pengampunan dan menginginkan cinta. Dia menginginkan keluarganya kembali, bahkan dengan sedikit waktu yang ia miliki.

Setelah menimbang-nimbang, Heechul memutuskan untuk menghubungi istrinya. Dia cemas juga gugup karena tahu apa yang akan wanita itu tanyakan.

"Halo?" jawabnya pada dering pertama.

Heechul menghela napas. "Hani, kita perlu bicara."

"Kau pergi untuk mengunjunginya meskipun aku secara khusus mengatakan padamu bahwa kau tidak boleh pergi." serunya, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kau tahu, sudah terlambat untuk menjadi pemberontak di usiamu sekarang. Berhentilah bermain-main dan pulang."

"Hani, aku tidak menelepon untuk bertengkar denganmu," Heechul menghela napas berat, menggosok pelipisnya.

"Lalu untuk apa kau meneleponku, suamiku yang tua?" dia mendesis getir.

"Aku ingin bicara denganmu,"

"Dan apa yang kita lakukan sekarang? Bermain catur?"

"Maksudku secara langsung. Datanglah kesini agar kita bisa menyelesaikan semua masalah."

Hani tertawa mengejek. "Aku harap kau mendengar betapa konyolnya dirimu saat ini,"

"Ini penting, Hani."

"Begitu pula bisnis yang aku jalankan di sini. Mengapa kau tidak pulang saja dan kita akan bicara disini?" sarannya dengan kasar.

"Aku akhirnya mencoba memperbaiki keadaan dengan putriku. Dimana hatimu Hani?" suara Heechul bahkan hampir seperti bisikan, mendekati pembelaan.

"Apa kau tahu apa yang kau lakukan Heechul? Kau merusak pernikahan kita.... keluarga kita!" teriaknya. "Kau menghancurkan keluarga ini bertahun-tahun yang lalu!"

Heechul menggigit bibirnya, menahan semua emosi yang ingin keluar. "Hani.... aku tidak punya banyak waktu tersisa. Aku hanya ingin keluargaku kembali. Aku hanya—"

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang