3. Confrontations

1.5K 277 46
                                    

Mata bulat pria bermarga Jeon itu tertuju pada wanita yang berdiri di depannya, memperhatikan rambut panjangnya yang diikat dengan kuncir kuda. Matanya menelusuri jaket yang menggantung tak berbentuk di pundak wanita itu, dan berakhir hampir di pertengahan paha. Jeans yang dipakainya tampak seperti telah menjadi benda wasiat selama satu dekade, milik orang yang jauh lebih besar darinya. Dia cantik, tapi pakaiannya tidak cantik.

Sesuatu di belakang kepalanya berbunyi, mengingatkannya pada apa yang dikatakan wanita itu. Dia hamil, dan itu adalah bayinya?! Oh sungguh, dia ingin tertawa. Sungguh lelucon yang besar, mengingat dia belum pernah melihat wanita itu sebelumnya.

Bersandar di kursinya, Jeon menatap wanita itu dengan saksama. "Apa yang kau bicarakan, dan mengapa kau merasa perlu menggangguku dengan bualan sampah seperti itu?!"

Jennie menelan ludah. "Ini bukan lelucon. Aku mengatakan yang sebenarnya." katanya tegas.

Jeon bangkit dari kursinya dan bergerak mengelilingi meja, berhadapan langsung dengan Jennie. "Apakah Taehyung mengirimmu kesini untuk membuat lelucon ini?" dia bertanya dengan tegas.

"Aku tidak kenal siapapun dengan nama itu." Jennie berseru dengan frustrasi.

"Lalu bagaimana kau bisa mengaku hamil, padahal aku belum pernah melihatmu sebelumnya?" Jeon mendesis getir, matanya menatap tajam pada mata kucing itu.

Jennie tersentak. Pria itu tidak mengingatnya! Apakah dia terlihat begitu mengerikan di bar? Ataukah dia hanyalah seorang pria brengsek sehingga dia bahkan tidak ingat dengan wanita yang dia tiduri?

Ini hanya etika gila yang jauh lebih buruk. "Kita —uh. Kita bertemu di bar tiga bulan lalu,"

Jeon memelototi wanita itu; mencoba menemukan bagian dari ingatannya yang akan menghubungkannya dengan wanita ini..... tapi nihil.

Jeon sudah pergi ke banyak klub selama tiga bulan terakhir, tidur dengan banyak wanita, tapi yang ini sama sekali tidak ia kenali.

Jeon berhenti berpikir ketika dia ingat bahwa wanita ini mengatakan tiga bulan lalu. Dia hanya pernah mengunjungi satu bar dalam tiga bulan terakhir, dan dia hanya tidur dengan satu wanita pada saat itu —wanita yang ada di Koran bersamanya dan dengan riasan lusuh.

Jeon mengingat wajah wanita itu dengan jelas dan wanita itu bukanlah orang yang berdiri dihadapannya saat ini. Ya, dia tahu mereka tidak bertukar nama atau informasi pribadi lainnya, tapi wanita itu bagaikan kucing liar malam itu. Tapi yang ada dihadapannya sekarang adalah Cinderella.

"Begini, aku tidak tahu permainan apa yang kau mainkan dan aku tidak tertarik untuk itu. Jadi, kenapa kau tidak pergi saja sebelum aku menelepon keamanan."

Jennie mengusap pelipisnya saat ia merasakan sesuatu menusuk kepalanya. "Dengar, kita bertabrakan ketika aku keluar dari kamar mandi. Kemudian kita pergi ke bar dan memesan beberapa Vodka. Aku mengenakan gaun hitam pendek dengan riasan yang tebal." Jennie mencoba menjelaskan dengan nada yang lebih halus.

Dahi Jeon berkerut karena penjelasan itu, matanya melebar ketika kesadarannya menyingsing. "Kau?!" Jeon terdiam, "Kau wanita itu?"

Jennie menelan ludah dan mengangguk pelan.

Mata Jeon berpindah untuk menyensor ujung kepala sampai ujung kaki Jennie, berulang kali. Kemudian terdiam dan mengusap bagian belakang lehernya. Matanya masih menyoroti Jennie, mengamati wajah kecil itu. Tenggorokannya terasa kering saat potongan ingatan terus mengalir dalam kepalanya. Bibir wanita itu sama dengan bibir kecil berwarna merah muda dan lembut yang membuatnya merasa sangat nyaman saat berciuman.

Jeon menggelengkan kepalanya dengan kencang, mencoba menjernihkan pikiran kotornya, amarah sekarang berdenyut di sekujur tubuhnya.

"Jadi, jika kau adalah wanita yang sama, bagaimana kau bisa mengaku hamil denganku? Kita bahkan menggunakan pengaman."

Alis Jennie terangkat. "Kita tidak menggunakannya."

Jeon berbalik dan menggumamkan kutukan rendah. Tentu saja tidak! Dia hanya mengujinya. Dia hanya pernah melakukan hubungan seks tanpa kondom sekali dalam hidupnya, dia tidak menggunakannya dan wanita ini juga hamil!

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa kau tidak mengatakan kebohongan sekarang?" Jeon bertanya dengan skeptis. "Wajahku terpampang di majalah dengan wajahmu, bagaimana aku tahu bahwa kau tidak merencanakan semua ini untuk mendapatkan uang, atau kau memang melakukan ini untuk mendapatkan uang?"

"Apa?!" Jennie mendesis. "Aku hamil, dan aku tidak merencanakan semua ini untuk mendapatkan uang darimu. Aku bahkan kehilangan pekerjaan karena apa yang terjadi malam itu!"

Jeon mengabaikan setiap kata yang dilontarkan Jennie, bertekad menemukan jawaban yang ia cari secara mental.

"Bagaimana aku bisa tahu bahwa bayi dalam perutmu itu adalah milikku?!" tanya Jeon dengan serius.

"Karena ..." Jennie berhenti, menghela napas. "Kau satu-satunya pria yang tidur bersamaku saat itu dan aku tidak berbohong!"

Alis Jeon terangkat. "Jadi, kenapa kau ada disini?"

"Aku baru saja memberitahumu bahwa aku sedang mengandung anakmu." Balas Jennie, sangat bingung dengan jalan pikiran pria brengsek dihadapannya itu.

"Bukankah kau mengatakan bahwa ini tidak tentang uang?" Jeon bertanya dalam-dalam.

Jennie menghela napas. "Aku hanya memberitahumu ini karena kupikir itu hal yang benar untuk dilakukan, dan aku tidak bisa membesarkannya sendiri." Jennie mengaku dengan lembut.

Jeon mengamati wajah wanita itu dan tahu bahwa dia mengatakan yang sebenarnya. Setidaknya bagian itu. Dia masih tidak tahu apakah bayi yang dikandungnya adalah miliknya. Dia adalah seorang pebisnis yang kaya dan sukses di New York, dan wanita liar manapun akan mengambil kesempatan untuk menjebaknya.

Dia bagaimanapun, memilih untuk menjadi lebih bijaksana daripada terjebak. Dia sudah bertunangan dan juga sudah mempunyai seorang anak, dia tentu tidak menginginkan masalah yang akan merusak semua itu.

Jeon bersandar di mejanya dan melipat tangannya. Uang biasanya akan selalu berguna dalam kesempatan seperti ini. Uang bisa menyelesaikan segalanya.

Meraih sebuah kertas dari dalam laci meja kerjanya, Jeon meletakkan kertas itu diatas meja.

"Tulis berapa banyak uang yang kau inginkan dan berpura-puralah bahwa ini tidak pernah terjadi?"









___tbc.

Guys, gimana chapter ini?

hayoo, Jeon disini kok jadi Badboy sih?

🤧

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang