30. A Kiss For Comfort

1.5K 217 56
                                    

Tinggalkan jejak di kolom komentar ya ;)



☜☆☞

Beberapa menit dalam tidurnya, Jennie terbangun dan menemukan selimut menutupi tubuhnya. Keingintahuan menguasai dirinya saat ia bertanya-tanya siapa yang mungkin melakukannya, tetapi ketika kesadarannya kembali, wajahnya memucat —Jeon adalah satu-satunya orang di rumah.

Pipinya memerah saat menyadari bahwa dia hanya memakai bra. Jeon pasti telah melihatnya!

Dengan kaku, Jennie beranjak dari tempat tidur dan mengenakan kemeja sebelum berlalu ke kamar mandi.

Saat tangannya menyentuh gagang pintu, ia berhenti ketika mendengar sebuah suara di luar.

Rasa penasarannya muncul dan Jennie mendapati dirinya menuruni tangga, berhati-hati agar tidak mengganggu orang dibawah.

Nafas nya tertahan ketika telinganya mengenali suara itu. Untuk sesaat, Jennie tidak bisa bergerak karena keterkejutan melumpuhkannya, tetapi saat ia mendengarkan dengan saksama, rasa kebas berpindah dari kaki ke jantungnya.

Kembali mendekat dengan hati-hati, ketakutan terburuknya terkonfirmasi ketika melihat Ayahnya sedang berbicara dengan Jeon.

Jennie mendengarkan percakapan mereka....yang mana, percakapan itu membawa kembali ingatan buruk bertahun-tahun yang lalu.

Beberapa hal yang ia dengar sangat mengejutkannya karena Jennie tidak tahu bahwa Ibunya adalah orang yang mencegahnya untuk mendapatkan pekerjaan.

Jennie sempat merasa aneh pada saat itu, ketika setiap perusahaan yang ia datangi menolaknya. Dia tidak begitu mengerti apa yang terjadi saat itu, tetapi semuanya telah terjawab sekarang.

Bibirnya bergetar ketika mendengarkan lebih jauh isi percakapan. Tubuhnya gemetar dan matanya berair.

"Jennie." seru Heechul, melihat dari balik bahu Jeon ke arahnya.

Melalui air matanya yang kabur, Jennie bisa melihat kepanikan dalam wajah Jeon ketika pria itu tanpa ragu berlari ke arahnya.

Jeon menelan ludah, benci melihat air mata itu yang kembali mengalir. Dia telah melihat air mata itu terlalu banyak selama beberapa hari terakhir dan itu meningkatkan keinginannya untuk melindungi Jennie.

Jika dia bisa mengambil setengah dari rasa sakitnya, maka Jeon akan melakukannya.

Setelah berdiri di depan wanita itu, Jeon segera menarik Jennie ke dalam pelukannya seperti yang ia lakukan pada malam sebelumnya.

Jeon merasakan getaran isak tangis di dadanya dan dia memeluknya lebih erat –ingin membawanya pergi.

"Jennie," Heechul kembali bersuara dan tubuh Jeon menegang, nadinya berdenyut marah.

Masih memeluk Jennie, Jeon berbalik, ia menatap Heechul seperti akan membunuhnya detik itu juga.

"Keluar!" geramnya diantara gigi yang terkatup rapat, tapi Heechul tak bergeming. Pria paruh baya itu tampak sangat bertekad untuk bisa berbicara dengan putrinya.

Heechul tidak pernah bermaksud untuk membuat Jennie lebih sakit daripada yang sudah dialaminya, tetapi ia hanya ingin mengatakan beberapa kata —yang bisa jadi menjadi kalimat terakhirnya.

Heechul tidak peduli jika Jennie tidak akan memaafkannya, atau mengusirnya nanti. Sekarang, dia hanya ingin berbicara dengan putri semata wayangnya.

Melihat keraguan dalam mata Heechul, Jeon menjadi semakin marah. Keadaan ini seperti deja vu baginya karena belum lama ini, ia mengalami keadaan yang serupa —saat seorang wanita gila menorobos rumahnya, dan membuatnya hampir kehilangan Jennie dan bayinya.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang