13. Her Plan

1.4K 247 13
                                    

Jennie senang saat ia tidak mendapat argumen dari Jeon; lagipula, pria itu bukanlah bosnya. Jika dia berencana mendikte setiap gerakan yang akan ia lakukan, maka Jennie juga mempunyai ratusan kalimat debatan yang akan datang.

Ketika wanita itu memasuki cafe, matanya memindai area itu secara menyeluruh untuk mencari Jisoo, dan menemukannya di sudut kiri cafe sedang meminum sesuatu.

Jennie menghela nafas sebelum berjalan ke arah temannya, tahu bahwa dia akan membutuhkan keberanian untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Hai," sapa Jennie ketika ia tiba di meja, langsung duduk.

"Butuh waktu cukup lama bagimu untuk sampai kesini." Jisoo menggerutu, meletakkan secangkir cokelat panasnya di atas meja.

Jennie memutar matanya. "Jangan mengada-ngada,"

Jisoo tidak menjawabnya, malah ia menjentikkan jarinya pada Jennie. "Apa yang ingin kau jelaskan?"

"Tidak ada."

"Aku hanya akan mengulanginya satu kali. Apa yang ingin kau jelaskan padaku?" tanyanya lebih tegas, jelas tidak menyukai jawaban yang diberikan Jennie.

Jennie menghela napas. "Baiklah."

Wanita berambut blonde berjalan ke meja mereka, dengan senyuman di wajahnya. "Apa yang ingin kalian pesan para wanita cantik?"

Jisoo memasang senyum palsu di wajahnya, sambil menatap wanita itu, sedangkan Jennie menahan tawa. "Kami ingin donat, sepotong kue keju, dan susu kocok." Ucap Jennie, wanita itu mengangguk kecil setelah menuliskannya di buku catatan kecil, setelahnya pergi.

Jisoo memutar matanya tepat setelah pelayan tersebut pergi. "Astaga, aku benci wanita jalang itu." serunya dengan jijik.

"Kenapa?" Jennie bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Aku hanya tidak suka wajahnya dan ditambah lagi dia adalah wanita yang merusak hubunganku." Jelas Jisoo penuh kebencian, dan Jennie hanya menggelengkan kepalanya.

"Ngomong-ngomong, ada apa? Kenapa kau tidak ada di apartemenmu?" Tanya Jisoo, lengan terlipat di atas meja sementara ia dengan penuh perhatian menatap sahabatnya.

Jennie berdehem, menjilat bibirnya. "Aku um......." dia terdiam, merasa seperti anak kecil yang harus menjelaskan perbuatan buruk kepada orang tua.

"Aku pindah kerumah Jeon." ucapnya pelan, setelah diam selama beberapa detik.

"K—kau melakukan apa?" Jisoo mendesis. Suaranya tidak keras dan itu membuat Jennie takut. Suaranya sangat rendah, tapi mengandung racun.

"Aku yakin kau mendengarku, Chu." ucap Jennnie dengan berani, menegakkan postur tubuhnya.

"Dan aku menunggumu untuk memberitahuku bahwa ini hanyalah lelucon."

"Ini bukan lelucon."

"Kau pindah bersamanya? Kerumahnya?" Tanya Jisoo, mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan agar lebih untuk memukul sahabatnya –mungkin saja nanti.

"Aku harus melakukannya. Dia mengancamku dan aku tidak punya pilihan lain dalam masalah ini." jelas Jennie.

"Mengancammu?"

Jennie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jangan membahas itu lagi. Aku akan tinggal disana, sampai dia yakin bahwa aku baik-baik saja. Dan aku akan baik-baik saja"

"Kau—" ucapannya terpotong saat seorang pelayan datang dengan pesanan mereka di atas nampan.

"Terima kasih." ucap mereka serempak sebelum pelayan pergi.

"Kau tidak bisa begitu saja tinggal dengan pria yang bertunangan." Jisoo melanjutkan dengan sedih.

"Tidakkah menurutmu aku merasa bersalah tentang itu, Chu? Tapi aku tidak berdaya saat ini."

"Lebih baik kau tahu apa yang kau lakukan, Jane? Karena orang-orang seperti mereka dengan mudah menggunakan uang untuk menghancurkan orang-orang seperti kita." Jisoo memperingatkan, dan Jennie menggigit donat diihadapannya tanpa semangat, tahu bahwa apa yang Jisoo katakan benar.

♥♥♥

Hani Calloway menjatuhkan tasnya di atas meja begitu ia mendengar telepon berdering di dapur.

"Sayang, kau pulang?" suaminya, Heechul Calloway menyapanya sambil menuruni tangga.

"Apa kau tidak mendengar telepon berdering?" Hani mendengus frustrasi, mendesah saat dering telepon itu berhenti.

"Aku turun untuk menjawabnya." ucap pria paruh baya itu padanya saat ia berjalan mendekat.

Heechul menciumnya dengan lembut di bibir dan bergerak menuju lemari es.

"Sudah makan?" tanya Hani pada suaminya.

"Bagaimana jika kita makan malam diluar hari ini?"

"Oh, itu—" telepon rumah mereka kembali berdering, dan tanpa ragu, Hani menjawabnya.

"Kediaman Calloway." sapanya begitu panggilan tersambung.

"Halo Hani," terdengar suara riang. "Ini Lisa."

"Oh, Lisa. Halo sayang. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, tersenyum karena kejutan yang menyenangkan.

"Aku tidak terlalu sehat. Aku menelepon karena aku baru tahu kau mempunyai seorang anak perempuan."

Senyuman di wajah Hani luntur dengan perlahan. "A—itu masalah yang aku tinggalkan di masa lalu, sayang."

Lisa tahu itu, dan hanya itu yang ia butuhkan untuk menyalakan api. "Oh, apakah kau ingat tunanganku Jeon Alinsky?" tanyanya, mengubah topik.

"Tentu saja, kapan pernikahannya?" tanya Hani kegirangan.

"Kami belum memastikan tanggalnya." dia berbohong. "Tapi kami sedang merencanakan pesta pertunangan, kami ingin kau dan Heechul datang."

"Oh, Heechul dan aku harus memesan penerbangan ke New York, tapi kami pasti akan sampai di sana. Kapan acaranya?"

"Aku akan mengirimimu detailnya." ucap Lisa.

"Baiklah." ucapnya sebelum memutusk panggilan.

Lisa menyeringai di ujung telepon. Rencananya berhasil dengan sempurna. Setelah mendapat informasi menarik tentang Jennie Calloway, dia terkejut sekaligus senang ketika mengetahui bahwa teman keluarganya yang sangat baik –Hani Calloway adalah ibu dari Jennie Calloway.

Lisa bertanya-tanya mengapa Jennie terlihat begitu miskin sedangkan orang tuanya adalah keluarga bisnis yang sangat kaya di California. Apapun alasannya, dia berencana untuk mencari tahu, karena ketika seseorang kembali bertemu setelah sekian lama —rahasia pasti akan terbongkar seiring lamanya percakapan, bukan?

Segera, dia akan memberi Jennie Calloway kejutan dalam hidupnya dan Jeon... dia juga akan menyesal. Lisa tersenyum, perlahan memutarkan kursi yang sedang ia duduki dengan kegembiraan.

Permainan balas dendam selalu menjadi permainan yang sangat menarik, dan dia —Lisa yakin dia akan menang.




___tbc.

So, Lisa sedang merencanakan sesuatu?

Ada yang bisa nebak rencana neng Lilis?

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang