14. The Call

1.3K 242 16
                                    

Setelah berbicara dengan Jisoo, Jennie kembali ke rumah Jeon. Begitu dia akan membuka pintu, ponselnya berdering. Tanpa pikir panjang ia menjawab panggilan itu.

"Halo, Nona Calloway, ini Kim Taehyung." ucap suara diseberang, dan Jennie merasa jantungnya tiba-tiba berdebar tanpa sebab.

"H-halo," jawabnya tergagap, sama sekali tidak mengharapkan panggilan dari pria itu.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Taehyung setelah beberapa saat.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya." balas Jennie, sedikit menjauh dari pintu dan melangkah ke area yang lebih pribadi; Kebun.

"Tidak masalah...." Taehyung terdiam. "Aku menelepon hanya untuk mengkonfirmasi kehadiranmu pada hari Senin." ucap Taehyung, sedikit berharap mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

Tanpa ragu, Jennie menjawab Ya! dengan sedikit teriakan dan segera berdehem setelah menyadari perilakunya. "Ya, aku pasti akan datang." jawabnya lagi dengan nada yang lebih tenang.

Taehyung terkekeh mendapatkan respon seperti itu. "Oke, bagus. Jam kantor akan dimulai pukul delapan."

Jennie tersenyum. "Baiklah. Terima kasih!"

"Sampai jumpa lagi," ucap Taehyung sebelum menutup telepon.

Begitu dia mulai bekerja, Jennie berencana akan segera keluar dari rumah ini, dan kembali ke kehidupan pribadinya.

♥♥♥

Setelah mendengar sebuah mobil memasuki perkarangannya, Jeon dengan cepat bergerak ke arah jendela, ingin tahu siapa yang datang. Dia berharap itu adalah Jennie dan ternyata itu benar.

Jeon menyaksikan saat Jennie dengan kaku bergerak menuju pintu masuk, dan dia berdiri di sana, menunggu pintu terbuka sehingga ia bisa memberikan ceramah malam pada wanita itu karena ia pulang terlambat.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Jeon merasa sulit untuk percaya bahwa Jennie akan keluar begitu lama, mengingat wanita itu pergi sekitar pukul 7.

Kenapa keluar sampai larut malam, apa dia lupa bahwa dia sedang hamil?!

Menunggu, Jeon menyadari bahwa pintu utama tak kunjung terbuka, tetapi ia melihat Jennie yang melangkah menuju kebun kecil di beranda rumahnya dengan ponsel di telinganya.

Keingintahuan menguasai dirinya, seperti biasa dan karenanya Jeon mendapati dirinya memasuki ruangan lain, tempat dimana ia akan bisa melihat dan mungkin mendengar apa yang sedang terjadi.

Jeon memperhatikan dengan seksama dan meskipun Jennie berbicara dengan sedikit berbisik, pria itu berhasil mendengar beberapa kata ketika kegembiraan menguasai diri Jennie, menyebabkannya sedikit berteriak.

"Ya!" dia mendengar Jennie menjerit. "Ya, aku pasti akan datang." dan Jeon bisa melihat bahwa Jennie kembali mencoba untuk berbicara lebih lembut, tapi ia masih bisa mendengar kegembiraan dalam suaranya.

Jeon bertanya-tanya kemana wanita itu akan datang, dengan siapa wanita itu berbicara, dan kenapa ia terlihat sangat bahagia.

Beberapa detik setelahnya Jeon pindah ke pintu utama, ketika ia melihat bahwa panggilan telepon telah berakhir. Dia berdiri disana dengan tangan terlipat, menunggu pintu terbuka.

Jennie tersentak ketika ia membuka pintu dan menemukan Jeon berdiri disana, lengan disilangkan seperti dia adalah seorang ayah yang sedang marah karena anaknya pulang larut malam.

Mendengus, Jennie melangkah melewatinya, menyangkal satu hal yang dia tahu paling diinginkan oleh Jeon... jawaban. Dia bergerak menuju tangga, tetapi berhenti ketika Jeon membuka suara.

"Apa kau tidak akan mengatakan apapun?" dia menuntut dari belakang dan Jennie tidak bisa menahan senyum. Dia tahu pertanyaan itu akan datang.

Jennie berbalik menghadapnya, setelah berhasil mengeluarkan ekspresi tegas. "Sudah kubilang aku akan keluar. Apa lagi yang ingin kau ketahui?"

"Aku ingin tahu kenapa kau pulang sangat larut."

Jennie melongo ke arahnya. Pria itu benar-benar luar biasa. "Jika kau berencana untuk selalu berdebat disaat aku keluar, lebih baik kau membiarkanku pulang, Jeon." serunya dengan sugestif.

Jeon mendengus. "Dalam mimpimu."

"Kalau begitu jangan tanya aku tentang kemana aku akan pergi." Jennie tersenyum kaku, tanpa ekspresi sebelum melangkah ke kamarnya.

"Tunggu!"

Berbalik, Jennie menjawab dengan sarkas. "Apa?"

"Dengan siapa kau menelepon?" tanyanya terus terang dan Jennie menghela napas tak percaya, sebelum memutar matanya.

"Are you serious, Jeon?" tanyanya tak percaya, lalu melangkah ke kamarnya, marah pada Jeon karena sangat ingin tahu.

Begitu ia mencapai kamarnya, Jennie duduk di tempat tidur dan menelepon Jisoo.

"Ada apa?" Jisoo bertanya begitu ia menjawab.

Jennie tersenyum "Aku mendapat pekerjaan itu!" jeritnya.

"Aku tahu itu. Kau sudah memberitahuku, Jane." ucapnya perlahan, seolah ia sedang berbicara dengan orang yang lambat secara mental.

Jennie terkikik. "Ya, tapi kupikir......kau tahu, setelah Taehyung mengetahui bahwa aku mengandung anak Jeon, mungkin dia akan kehilangan minat atau semacamnya."

"Sudah kubilang, kau tidak perlu khawatir tentang masalah pribadi itu." Jisoo menghela napas. "Pria itu bukan bajingan seperti Jeon Alinsky."

"Ya, sekarang aku tahu. Aku akan meneleponmu lagi nanti, oke? Aku sangat mengantuk." dia tiba-tiba menguap.

"Baiklah, bye." seru Jisoo sebelum memutuskan panggilan.

Jennie menghela napas dan menjatuhkan diri di tempat tidur, menutup matanya ketika permukaan tempat tidur yang empuk bersentuhan dengan tubuh lelahnya. Pikirannya melayang ke kehidupannya beberapa bulan lalu. Dalam pekerjaan yang hanya dibayar cukup untuk membayar tagihan dan membeli makanan; dengan seorang pria yang memiliki IQ ikan...... tidak ada pelanggaran untuk nemo dimaksudkan.

Dia tidak tahu apakah hidupnya sekarang lebih baik dari sebelumnya. Dia sekarang akan berada dalam pekerjaan yang baik, secara finansial, tetapi dia tidak senang dengan situasi kehidupannya.

Ponselnya kembali berdering, dengan malas ia melepaskan erangan, mengangkat teleponnya dengan alis berkerut ketika menatap ID penelepon Unknown.

Dengan ragu, Jennie menjawab. "Halo?"

Ada keheningan singkat di seberang telepon sebelum penelepon itu membuka suara dan membuat Jennie membeku. "Jane, ini ayahmu, Heechul."




___tbc.

___tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang