29. Reality

1.2K 221 42
                                    

Tinggalkan jejak di kolom komentar!
👣

☜☆☞

Jeon sedang duduk di ruang kerjanya, menyelesaikan beberapa pekerjaan sambil menunggu Taehyung. Ketika mendengar bel berbunyi, ia segera bangkit dari kursinya dan bergerak menuju pintu.

"Butuh waktu lama—" ucapannya terhenti ketika melihat bukan temannya yang berdiri di depan pintu, tetapi Heechul Calloway.

Jeon menggertakkan giginya, tangannya mencengkeram kenop pintu. "Apa yang kau lakukan disini, dan apa yang kau inginkan?"

"Aku datang untuk menemui Jennie," jawabnya tegas.

Jeon tertawa mengejek. "Kalian benar-benar tidak tahu malu, ya?" tanyanya dengan tidak percaya.

"Jeon, tolong. Aku disini bukan untuk membuat masalah,"

"Jennie tidak ingin melihatmu. Dia terlalu lelah untuk meladeni orang seperti kalian." ucapnya dengan gigi yang terkatup erat.

Heechul menghela napas, tahu bahwa perkataan Jeon benar, tetapi dia tetap ingin menebus kesalahannya sebelum terlambat.

"Kumohon. Aku hanya ingin berbicara dengan putriku," pintanya lembut dan Jeon mengangkat alis karena nada lembut dalam suara pria itu.

Jeon telah mengenal Calloway secara profesional dalam kehidupan bisnisnya selama beberapa waktu, dan selama bertahun-tahun dia tidak pernah menganggap Heechul Calloway sebagai pria yang lemah, tetapi sekarang dia tampak seperti akan segera menemui ajalnya. Wajahnya pucat dan matanya sayu dengan tubuh yang menurut Jeon tampak terlalu kurus.

Jeon bisa melihat keputusasaan di wajah lelaki tua itu saat matanya membuat permohonan padanya.

Dengan berat hati, Jeon bergeser ke sisi pintu, mengizinkannya masuk. Jeon tidak ingin merasa bersalah jika saja nanti pria di hadapannya ini benar-benar menemui ajalnya tanpa berhasil menemui putri satu-satunya. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang Ayah dan memiliki seorang putri.

"Bisakah kau memanggilkannya untukku?" ucap Heechul dengan suara gemetar.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jeon pergi untuk memanggil Jennie.

Pria itu berhenti di depan pintu kamar Jennie, sedikit penasaran dengan kesunyian yang ada di kamarnya. Pintunya tertutup tetapi dia tidak bisa mendengar suara atau gerakan apa pun.

Dengan rasa khawatir, Jeon segera mengetuk pintu dan menempatkan telinganya ke pintu untuk mendengar keadaan di dalam.

Ketika Jeon tidak mendengar apapun, kekhawatirannya makin membara dan jantungnya mulai berdetak tak karuan. Dia takut Jennie terbaring tak sadarkan diri di kamar atau berdarah atau apapun itu.

Tanpa rasa ragu lagi Jeon membuka pintu. Dia masuk dengan tergesa, dan seketika berhenti ketika matanya dimanjakan oleh seonggok daging yang terbaring di tempat tidur.

Jennie terlelap disana dengan rambut tergerai. Jeon mendekat dengan rasa penasaran, memperhatikan bahwa wanita itu tidak memakai atasan, satu-satunya kain yang menutupi tubuh atasnya adalah bra yang semakin menonjolkan payudaranya yang......

Sial!

Jeon menggelengkan kepalanya, memarahi dirinya sendiri karena sempat-sempatnya berpikiran kotor.

Tapi, pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat benjolan bayi kecilnya. Jeon tersenyum, sangat puas dengan kenyataan bahwa dia adalah orang tua dari kehidupan yang ada dalam tubuh Jennie.

Dia ingin menyentuhnya, sangat-sangat ingin menyentuhnya, tetapi yang ia lakukan hanyalah tersenyum, mengambil selimut dan menutupi tubuh wanita itu hingga leher.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang