17. Getting Ready

1.3K 231 20
                                    

Jeon menyaksikan dengan tidak percaya saat Jennie bergegas masuk ke kamar mandi. Dia sangat marah saat ini sehingga ia mendukung mati rasa di tubuhnya karena ia tidak ingin mengambil resiko melakukan atau mengatakan sesuatu yang akan memperburuk situasi. Wanita itu sangat keras kepala, sampai–sampai ia merasa tidak bisa percaya.

Jeon tidak tahu harus berkata apa lagi yang mungkin akan membuat Jennie berubah pikiran. Hell! Dia tidak bisa memikirkan apapun untuk mengubah pikiran terkutuk wanita itu. Astaga, Jeon mungkin akan menjadi orang gila sebelum bayinya lahir.

Dengan deringan melengking ponselnya, Jeon mendesis dan berjalan cepat dari kamar Jennie menuju kamarnya. Dia mengangkat alisnya sebelum menjawab, ID sang penelepon cukup membuatnya terkejut.

"Halo?" jawabnya dengan dingin, tidak ingin menunjukkan tanda-tanda kejengkelannya terhadap Jennie.

"Halo Jeon. Apa kabar?" 

"Aku baik-baik saja."

"Aku menelepon hanya untuk memberitahumu bahwa orang tuaku mengadakan pesta makan malam akhir pekan ini. Kau diundang, bersama...." Lisa terdiam, ingin Jeon berpikir bahwa kata-kata yang akan dia ucapkan selanjutnya, akan sangat menyakitinya, tapi itu adalah bagian dari rencananya yang sangat licik.

"Jennie," dia menyelesaikan dengan nada putus asa, tersenyum licik.

Jeon mengambil waktu sejenak untuk memproses informasi yang baru saja ia dengar dan ketika ia mengerti, Jeon berucap, "Kami tidak akan datang, maaf."

"Jeon, banyak pebisnis yang akan menghadiri pesta ini dan selain masalah pribadi, aku pikir ini akan baik untuk pertumbuhan bisnismu," ucap Lisa meyakinkan.

Jeon tahu bahwa itu sedikit benar, tetapi dia juga merasakan ada sesuatu yang tidak benar. Manoban terkenal dengan pesta makan malam mereka dan itu sama sekali tidak aneh baginya, tapi.....

"Jennie tidak harus datang," ucapnya. Dan jika apa yang ada dipikirannya  benar..... jika Lisa sedang merencanakan balas dendam setelah mereka berpisah, maka Jeon tidak bisa mengambil risiko apa pun, terutama di pesta makan malam orangtuanya.

Lisa telah mengikrarkan janji untuk memastikan penderitaannya, dan Jeon tahu dia adalah wanita yang teguh. Oleh karena itu, dia tidak ingin mengambil resiko berbahaya untuk Jennie dan calon anaknya.

"Kau akan membutuhkan pendamping, Jeon." ucapnya, dan Jeon tersentak, tahu itu benar adanya. Tapi tetap saja..... "Dengar, aku tahu segalanya telah berakhir di antara kita dengan cara yang sangat pahit, tapi itu sampai aku benar-benar mendapat kesempatan untuk benar-benar memikirkan semuanya. Dan mungkin itu yang terbaik." ucapnya.

"Dan aku mungkin masih sedikit terluka karenanya, tapi aku juga menyadari bahwa kau adalah orang yang baik karena mengutamakan tanggung jawabmu. Aku sangat menghargai itu, Jeon." serunya, mengambil tindakan yang berbeda untuk meyakinkan pria itu.

Jeon merenungkan kata-katanya dan berdiri disana dengan keraguan. Mungkin dia berpikir terlalu jauh ke depan tentang semua masalah ini, pikirnya.

"Aku akan mengabarimu nanti." ucap Jeon jujur. Dia tidak sedang dalam mode pengambilan keputusan. Dia masih berusaha menemukan cara untuk menghentikan Jennie bekerja.

"Baiklah, Jeon. Sampai jumpa lagi nanti" ucap Lisa, dan Jeon hampir terlonjak setelah menyadari wanita itu masih berbicara di telepon.

"Ya, tentu," ucapnya sebelum memutuskan panggilan.

Jeon menghela nafas berat, memutar-mutar ponsel di tangan, sambil menggigit bibir bawahnya berpikir.

Kemudian senyuman muncul di wajahnya dan ia segera menghubungi nomor Taehyung.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang