24. Abortion?

1.3K 233 37
                                    

🎄 Merry Christmas Everyone 🎄


♡♡♡

"Pendarahan adalah hal normal dalam masa kehamilan, tapi saya akan melakukan USG untuk memastikan bahwa tidak ada hal yang serius." ucap dokter.

Wajah Jeon memerah khawatir saat ia berdiri disana mencoba memproses kata-kata yang dikatakan dokter kepada mereka. Tubuhnya masih belum pulih dari keterkejutan melihat Jennie seperti itu —pendarahan.

Ayah satu anak itu bahkan mengemudi dengan kecepatan peluru, mengambil semua kesempatan yang ia bisa untuk membawa Jennie ke rumah sakit.

Tangisan Jennie, ditambah dengan Eunha yang hampir membuatnya gila. Jeon ingin menghentikan kendaraan yang bergerak dan menghibur mereka, tetapi ia tahu tidak bisa.

Sekarang, memperhatikan Jennie yang masih menangis, entah mengapa membuat Jeon kesulitan menahan air matanya sendiri. Dia takut akan terjadi hal buruk pada Jennie dan juga bayinya. 

Jeon menelan ludah, mencoba melawan beban air mata yang membekas di tenggorokannya. Satu lengan terlipat erat di dadanya saat ia menekan tinju ke mulutnya dengan cemas.

Ponselnya berbunnyi dan Jeon hampir terkejut mendengarnya. Menggaruk kepala yang tidak gatal, Jeon merenungkan apakah ia harus menerima panggilan atau tidak tetapi ketika melihat bahwa itu adalah Yuqi ia segera menjawab.

Keluar dari ruangan untuk mengangkat telepon, Jeon berdehem. "Halo?" jawabnya terdengar lemah. Jeon telah menghubungi Yuqi sebelumnya untuk meminta wanita itu menjaga Eunha sementara dirinya merawat Jennie. 

"Aku sudah sampai. Dimana Eunha?" tanyanya.

"Aku akan keluar dan berbicara denganmu." ucap Jeon, memutus panggilan.

Berpaling untuk melihat ke arah Jennie yang sedang bersiap-siap untuk pemeriksaan, Jeon dengan cepat minta izin untuk meninggalkan ruangan.

Dia menemukan Yuqi di lorong rumah sakit. "Yuqi!" panggilnya. "Aku meninggalkan Eunha dengan salah satu perawat di depan. Dia pasti masih menangis. Tolong tenangkan dia." pintanya, sedih karena tidak bisa menenangkan putrinya sendiri.

Yuqi mengangguk dan meletakkan tangannya di bahu Jeon dengan rasa simpatik. "Bagaimana dengan Jennie?"

Jeon menghela napas berat. "Dia sedang bersiap-siap untuk USG untuk melihat keadaa bayinya. Aku.....aku," dia terdiam, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Jeon menutup matanya sebentar untuk menenangkan diri sementara Yuqi memijat bahu pria itu.

"Semuanya akan baik-baik saja, Jeon. Kau harus memiliki kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik."

"Terima kasih. Lebih baik segera temui Eunha dan katakan bahwa Ayahnya mencintainya." ucap Jeon dengan suara bergetar, dan Yuqi mengangguk dengan senyum sedih.

Setelah Yuqi meninggalkannya, Jeon menyandarkan kepalanya ke dinding, telapak tangan di permukaan wajahnya saat ia memejamkan mata dengan erat.

Sambil mendesah berat, Jeon dengan cepat melangkah ke ruangan dimana ia menemukan dokter sedang meletakkan gel di perut Jennie yang tampak sudah sedikit membulat.

Pria itu menelan ludah gugup dan mendekat. Jennie telah berhenti menangis tetapi guratan air mata masih terlihat di wajah cantiknya. Jeon berdiri di sampingnya, sangat ingin menghibur wanita itu, tapi tidak tahu persis bagaimana caranya. Jeon tidak memiliki pengalaman terhadap jenis emosi yang ia rasakan. Sangat baru baginya pada tahap ini dan dia tidak tahu harus bagaimana.

"Ini bisa menjadi masalah yang sangat kecil, jadi jangan terlalu keras pada diri Anda sendiri,"
Dokter tersenyum pada Jeon, melihat betapa tegangnya pria itu.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang