36. EPILOGUE

1.7K 184 24
                                    

Dua insan itu saling melemparkan badan mereka keatas kasur dengan nafas terengah-engah. Jika beberapa jam sebelumnya kamar itu dipenuhi suara desahan dari keduanya, maka lain halnya sekarang, dimana mereka saling melontarkan tawa bahagia satu sama lain.

"Wow, itu luar biasa," Jennie menghela napas, menatap langit-langit sambil mencoba mengatur napas.

Jeon terkekeh. "Lebih baik dari yang pertama, bukan?" tanyanya, masih terpesona dengan perasaan yang dialaminya beberapa saat yang lalu.

"Tentu saja," Jennie tiba-tiba tersedak. Yang pertama tidak ada lawannya dengan kenikmatan yang baru saja mereka bagi.

Bercinta dalam keadaan mabuk bukan lah hal yang bagus, karena mereka tidak dapat merasakan apapun. Lain hal nya dengan sekarang, mereka melakukan penyatuan tubuh dengan cinta dan penuh gairah.

Kembali mendekat, Jeon meraih kepala Jennie dan kembali menyatukan bibir mereka dalam ciuman lembut.

Jeon melepaskan pagutannya dan mengubah arah mulutnya pada dada telanjang Jennie, "Kita...." mencium kedua payudaranya lembut. "Bisa....." pindah ke leher sang wanita, "Melakukan ronde lainnya," berakhir dengan ciuman lembut pada bibir Jennie.

"Jeon, anak-anak akan segera bangun dan...." pria itu membungkamnya dengan sebuah ciuman, membuat Jennie melupakan apa yang akan ia katakan sebelumnya.

"Mom! Dad!" teriak Eunha dari luar.

Teriakan itu sukses membuat Jennie dan Jeon membeku dalam keadaan bibir masih menyatu.

Jennie tersenyum saat mendengar Eunha memanggilnya dengan sebutan Mom. Ia kembali ingat saat bagaimana si kecil Eunha memintanya untuk berbicara secara pribadi.

"Jennie, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?" dia bertanya ketika mereka hanya berdua –jauh dari yang lainnya.

Eunha tampak sangat malu dan Jennie menjadi sedikit khawatir karenanya.

"Tentu," jawabnya cepat.

Sangat terlihat gelisah, anak itu memainkan jari-jarinya diatas pangkuan dengan kepala menunduk. "Suatu hari nanti Baby Daniel akan memanggilmu Mommy, bukan?," dia berhenti sambil menghela nafas. "Jika kau mengatakan tidak, aku akan baik-baik saja dengan itu."

"Sayang, adapa?" tanya Jennie, sudah merasakan kemana arah percakapan mereka. Sejenak Jennie mengabaikan teriakan senang hatinya dan memilih untuk membuat Eunha mengatakannya sendiri padanya.

"Bisakah kau menjadi Ibuku juga?"

Jennie tertawa, tiba-tiba berlinang air mata. "Sayang, kau tidak perlu bertanya –aku sudah mengambil peran itu sejak lama."

Eunha mendongakkan kepalanya dan tersenyum gemas pada Jennie. "Jadi aku bisa memanggilmu Mommy?"

Air matanya mengalir sebelum menarik Eunha ke dalam pelukannya. "Tentu saja!"

"Sayang!," seru Jeon, membuat Jennie tersadar dari lamunannya.

"Cepat ganti baju. Jika kita tidak keluar, Eunha akan datang ke sini dan melihat segalanya. Sayang, aku tidak punya air suci untuk dimasukkan ke matanya ketika dia melihat kita seperti ini," serunya di sela-sela tawa. .

Jennie tersenyum. "Oh, maaf, aku belum terbiasa dengan panggilan 'mommy."

Jeon tersenyum dan memberikan ciuman cepat di bibirnya. "Come on, mommy."

"Jeon stop it!" teriak Jennie, mendorong Jeon menjauh dari tubuhnya.

Mereka berdua segera berpakaian dan pergi ke ruang tamu tempat Eunha dan Daniel berada. Mereka berdua masih mengenakan piyama tidurnya dan duduk manis di sofa.

Bound By A Child  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang