PART 11~ PLIN-PLAN

73 25 3
                                    

Happy reading ❤

Setiap orang pasti punya mimpi yang ingin dicapai. Untuk anak SMA, mungkin ada yang ingin punya prestasi gemilang, organisasi yang banyak, pacar keren, dan ada harapan-harapan lainnya. Salah satunya mungkin punya followers jutaan. Begitu juga dengan Mika. Dia juga punya hal yang sangat ingin dia raih pada usia remaja. Mika ingin juara bulutangkis SMA se-provinsi. Mika ingin membuktikan latihannya selama ini tidak sia-sia. Dia juga ingin membanggakan sang Ayah yang sangat menaruh harap padanya.

Tahun lalu, Mika juga ikut ajang bulutuangkis tahunan itu, tapi gugur sebelum sampai ke final. Jadi tahun ini Mika ingin meraih medali emas. Kata Mika, dia ingin masuk koran lokal karena prestasinya. Meskipun folus latihan bulutangkis, Mika tidak pernah mengesampingkan pelajaran. Memang tidak masuk tiga besar tapi nilainya masuk kategori baik.

Selain bulutangkis, kini Mika punya harapan lain. Mika ingin punya pacar sesuai wish list yang terpampang di sticky note-nya. Kriteria tersebut mendekati ke sosok Carel. Berdasarkan penelitian Mika terhadap respon detak jantungnya ke Carel, Mika menarik kesimpulan Carel adalah cinta pertamanya.

“Kak Cika gue latihan ya. Jangan lupa beli terigu ke Indomaret aja.” Mika meletakkan letak tas raketnya di bagian depan motor.

Setelah memastikan semua aman, Mika memakai jaket army polos berwarna hijau lumut. Jaket itu hadiah dari Ayah saat Mika menang perlombaan bulutangkis tingkat kelurahan. Di bagian depan, ada ukiran nama Mika.

“Cerewat banget lo kayak mak lampir.” Cika bersandar di pintu mengamati sang adik.

Mika memayunkan bibirnya sambil menyibak rambut panjangnya ke belakang. “Mana ada mak lampir semanis gue. Ngadi-ngadi lo.”

“Manisan juga gue daripada elo. Eh, semalem gue ke kamar lo. Nggak sengaja ngintip sticky note elo.” Cika terkikik melihat wajah Mika cemberut. “Itu kriteria ke sebelas Carel ya? Siapa sih? Kepo nih gue.”

Pipi Mika bersemu merah. Setiap ada yang menyinggung nama Carel, rasanya Mika jadi salah tingkah sendiri. “Ada deh pokoknya keren. Lebih keren daripada cowok lo yang pelit itu.”

Cika memutar bolamata. Dia paling tidak suka Mika mengatai pacarnya pelit. Tapi sejak insiden Mika pernah bertemu pacar Cika di salah satu restoran cepat saji dan cowok itu tidak menawarkan apa-apa pada Mika walau hanya sekedar basa-basi, Mika jadi mengajai cowok itu pelit.

“Dia pelitnya Cuma sama lo, karena lo nyebelin.”

“Bacot. Malam Minggu lalu dia datang ke rumah nggak bawa oleh-oleh. Jangan-jangan bensinnya elo yang bayarin?” tuduh Mika.

Cika melempar sapu ke arah Mika tapi cewek berambut panjang itu langsung mengelak. Jadinya sapu itu hanya mendarat di pot kaktus Bunda. “Pokoknya pacar gue nggak pelit. Titik. Nggak pake koma.”

“Serah elo dah, gue pamit. Bye.” Tidak lupa Mika memakai headset merah muda kesayangannya.

Mika memacu motornya dengan kecepatan sedang karena di depan gang banyak anak-anak bermain. Sesekali Mika tersenyum pada anak yang memanggil namanya. Mika cukup terkenal di gang itu. Namanya juga anak Pak RT 003. Tapi bukan karena itu saja, Mika sering mentraktrir bocah-bocah kecil itu. Kalau Mika sedang tidak sibuk, dia juga mengajak anak gang bermain kelereng di halaman rumah.

“Kak, Mika,” sapa Aca-bocah kecil yang paling sering ke rumah Mika.

“Dadahh adik-adiknya Mika, kakak latihan dulu ya biar menang terus terkenal,” ujar Mika sambil melakukan cium jauh.

Mika keluar dari gang tapi tetap saja dia tidak menambah kecepatan motornya. Latihan masih ada setengah jam lagi, jadi tidak terlalu buru-buru. Jarak rumah ke gedung latihan tidak terlalu jauh. Mika mengamati setaip kegiatan orang-orang di pinggir jalan. Penjual koran menjajakan korannya. Pedagang asongan menawarkan permen dan tisu. Bahkan ada juga anak di bawah umur bernyanyi kesana-kemari, bukan untuk mencari alamat  palsu tapi untuk mengais rejeki.

Sejenak meluangkan waktu untuk melihat pengamen kecil itu, mengundang haru di hati Mika. Dia tak henti-hentinya mengucap syukur karena bisa hidup berkecukupan. Memang bukan berasal dari keluarga tajir melintir yang tinggal sebut kemauan langung terkabul, tapi Mika tidak pernah merasa kekurangan. Ayah dan Bunda selalu melimpahinya kasing sayang. Begitu juga dengan Cika, meskipun cerewet, kakaknya itu selalu peduli padanya.

“Eh,” gumam Mika tanpa sadar.

Dia melirik ke samping. Motor hitam yang melaju di jalur sebelah tidak asing bagi Mika. Motor itu sering terparkir di susut parkiran. Suaranya juga benar-benar persis milik salah satu anak SMA Brawijaya. Mika mengurangi kecepatan motornya dan menoleh ke belakang. Mika kenal helm pengendaranya. Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja Mika melihat Carel menenteng helm itu ke lantai dua. Mika sedang duduk di bawah pohon cemara setelah selesai lari keliling lapangan sepak bola.

“Itu Carel! Gue ikutin ah.”

Mika mencari belokan lalu mengikuti jalur Carel. “Tapi gimana latihan gue? Pak Tar bakalan marah nggak ya?”

Mila mendongak mencari keberadaan Carel di antara mobil dan motor lain. Mika tersenyum lampu merah datang di waktu yang tepat. Carel dan dirinya hanya dipisahkan satu mobil.

“Udah deh, gue ikutin Carel bentar,” ujar Mika pada dirinya sendiri.

Lampu merah berganti menjadi kuning. Beberapa detik kemudian berubah lagi menjadi hijau. Carel mulai melaju. Dengan gesit, Mika memacu motornya tanpa diketahui olah Carel. Mika mengikuti kamanapun Carel pergi. Carel putar balik di belokan depan gang rumah Mika. Dia mengikuti jalur yang sebelumnya Mika jalani saat ingin ke gedung latihan.

“Ih, kok dia malah muter sih?” tanya Mika. Dia menoleh ke kiri dan kanan memastikan keadaan lalu ikut belok.

Mika semakin bingung ketika semakin lama Carel membawanya menuju sekolah. Mereka sudah berada di kawasan SMA Brawijaya tepatnya di depan warung fotocopy Kak Ana. Sekarang Mika mengerti kemana tujuan Carel, cowok itu berhenti tepat di depan warung Pak Lek. Mika berhenti di bawah pohon rindang-warung Pak Lek agar keberadaannya tidak diketahui.

Carel membuka helm, meskipun samar-samar karena pandangan Mika terhalang orang lalu lalang, dia dapat melihat wajah cowok itu sedang muram. Mika memang jarang melihat Carel tersenyum tapi kali ini, Mika serius, Wajah Carel seperti sedang marah.

Di teras warung, Andra sedang selonjoran sambil bermain gitar. Cowok itu bangkit dari kursi rotan setelah menyadari kehadiran Carel. Mereka berdua masuk. Mika tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi dia benar-benar penasaran. Menurut Mika, Carel sedang tidak baik-baik saja.

“Gue ikutin nggak ya? Latihan sepuluh menit lagi nih.” Sesekali Mika melirik ke arah warung. Cowok yang bernama Fadly baru saja masuk membuat Mika semakin ingin tahu. “Kepo parah gue. Intip bentar aja deh.”

Mika melepas headset dari telinga tapi tetap membiarkan benda itu tergantung di lehernya. Dia memasukkan sarung tangan ke dalam tas. Helmnya digantungkan di spion. Mika mengendap-endap ke warung Pak Lek. Tidak ada orang di teras. Bagian depan warung Pak Lek memang agak tertutup, hanya ada satu pintu yang dibuka. Mungkin disengaja karena warung itu markasnya anak-anak tukang bolos. Mika sudah berdiri di samping pintu lalu menintip ke dalam.

Beberapa cowok yang Mika kenal duduk sambil menikmati soto. Pak Lek menyeduh kopi sedangkan istrinya merebus mie instant. Dua orang penghuni meja belakang sedang merokok. Mika mengangguk, pantas saja warungnya begitu tertutup. Mika menemukan keberadaan Carel di pojokan warung. Cowok itu didampingi Andra dan Fadly sedang membahas sesuatu yang serius. Mika sempat tersenyum ketika di meja Carel tidak ada rokok seperti dua orang tadi. Cuma ada tiga mangkuk bakso, segelas air putih, secangkir kopi, dan cup berisi jus mangga.

“Woi.”

Mika merasakan sebuah tepukan di bahunya. Mika berbalik dan alangkah terkejutnya dia mendapati dua anggota Conidin. Mampus gue, batin Mika.

“Lo nguntit?” tanya Boy.

Mika tersenyum kikuk. “Aduh..itu…apa ya..itunya..nganu..anu…apa sih?”

Aldo mengarahkan telunjuknya tepat di antara kedua mata Mika. “Anu siapa sih?”

“Ikut gue!” Boy mencengkram lengan Mika lalu Aldo melakukan hal yang sama pada lengan kiri cewek itu. Merera berdua menyeret Mika ke suatu tempat.
***

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang