Happy reading ❤
Mika menengadah menatap langit lalu refleks sebuah dengusan kesal meluncur begitu saja. Sudah tidak terhitung berapa kali Mika menghela nafas berat sepanjang hari ini. Dimulai dari berangkat sekolah tanpa sarapan, mendapat pengakuan kebencian dari gebetan, ditegur Pak Tara, dan sekarang Mika harus berdiri di depan stadion seorang diri. Semua teman-temannya seudah pulang terlebih dahulu saat dia diberi wejangan oleh Pak Tara. Tidak mungkin juga Mika nebeng bersama guru tampan itu. Beliau pasti menjemput pujaan hatinya.
Apes banget anak bontot Bunda
Mika tidak membawa motor. Sedangkan saat memesan ojek online, semua pengemudi sedang sibuk. Selain karena jam pulang kerja kantor, mendung juga sedang mengancam, sehingga semua orang sesegera mungkin kembali ke rumah masing-masing. Mau tidak mau Mika harus berjalan beberapa meter ke depan gerbang sekolah agar bisa menemukan angkutan umum.Mika menyusuri trotoar pelan sambil menendang kerikil kecil yang tidak sengaja ia temukan di jalan. Dia tidak peduli lagi kalau hari akan hujan. Biar saja hujan mengguyur bumi saat ini. Basah pun Mika tidak peduli. Hatinya kacau sekarang. Andai saat ini hujan, Mika akan menangis agar air matanya jatuh bersama tetesan hujan. Biarkan alam saja yang tahu Mika sedang tidak baik-baik saja.
“Mika!”
Suara seseorang menyadarkan Mika bahwa sekarang dia sudah berada di depan warung Pak Lek. Mika menoleh menemukan Andra memegangi cup jus mangga. Cowok itu baru saja membeli jus di warung sebelah sekolah. Beberapa kali Mika menemukan Andra membeli jus mangga. Pilihan yang cocok untuk cowok manis-manis-asem seperti Andra.
“Mikropon, lo dari mana?” Andra sudah ada di hadapan Mika.
Mika mengerjab. Setelah menghela nafas dia mencoba memaksakan seulas senyum. “Abis latihan.”
Andra mengulurkan cup jus miliknya yang disambut tatapan bingung dari Mika. “Ini buat lo aja deh. Lo lemes banget tuh. Nggak tega gue. Kayak anak kurang giji. Ntar lo kena busung lapar lagi.”
Mika menggeleng. Lalu mengusap matanya. Tanpa diminta setetes air mata jatuh begitu saja. Mika merasa sedihnya tidak tertahan lagi.
Andra mengangkat wajah Mika. Mata cewek itu merah. Andra paham betul Mika sedang menangis. Gadis itu juga muram dengan lingkaran hitam mengelilingi matanya. “Lo nangis? Kenapa?”
“Gue capek aja habis latihan. PMS juga sih. Udah ya gue balik.”
Andra tidak mengizinkan Mika berlalu begitu saja. Ada perasaan tidak tega melihat cewek yang biasanya riang mendadak kacau seperti sekarang. Dengan cepat Andra menahan tahan Mika. “Lo gue anterin!”
“NDRA!!!”
Andra dan Mika menoleh. Aldo berjalan cengengesan mendekati mereka. Di belakang Aldo yang lebih mirip cacing kepanasan, Carel menyusul dengan headset merah muda yang selalu ia kenakan semenjak Mika memberinya. Cowok itu mengendarai motor gedenya selambat mungkin agar bisa mengimbangi langkah Aldo.
“Lo ngapain pegang-pegang si mikropon?” tanya Aldo. Manusia yang tingkat kewarasannya masih diragukan Pasukan Conidin.
Andra melepaskan tangan Mika. “Gue bingung aja nih cewek burem banget. Takut dia bunuh diri terus siapa dong yang ngerjain PR kita?”
Mika terkekeh. Meskipun kesal, Mika tidak dapan menahan senyum, mengingat beberapa menit lalu wajah Andra begitu panik saat Mika menitikkan air mata. Namun saat matanya tak sengaja bertemu dengan Carel, Mika langsung menunduk. Carel menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan.
“Lo kenape, neng?” tanya Aldo sambil menyuapkan sepotong pepaya. Sepertinya cowok itu selalu punya persediaan pepaya yang menurutnya kaya akan vitamin C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Teen FictionMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...