Happy reading ❤
Mika asyik menggambar di belakang buku catatan Kimianya. Jangan pikir gambaran Mika indah dan mengandung nilai estetika tinggi. Goresan wajah itu sebenarnya terinspirasi dari wajah Carel, sayangnya Mika tidak bisa mengeksekusi dengan baik. Jadinya gambar wajah itu lebih mirip tokoh utama di film The Planet od Apes, alias monyet. Eh di mimpi kera, sekarang monyet. Kenapa selalu primata sih, Mika?
Mika gregetan sendiri di bangkunya. Bahkan tadi malam dia tidak bisa tidur. Bayangan wajah Carel selalu mengganggunya. Bukan mengganggu dalam artian buruk, Mika malah senyum-senyum sendiri.
“Woi istri Sehun kenapa lo?” Helen menyenggol siku Mika sehingga cewek itu tersadar lalu terkekeh sendiri.
“Gue bukan siapa-siapanya Sehun. Gue udahan sama Sehun. Eh, lo kenal nggak sama Carel?”
“Carel anak pak RT gue?”
Mika memutar bola mata. “Anak sekolah kita, pea.”
Helen tampak memikirkan sesuatu. “Carel temennya Boy anak Conidin?”
“Obat batuk? Lo ada-ada…”
Ucapan Mika terpotong karena ketua kelas mereka tiba-tiba berdiri di depan kelas. Seharusnya sekarang adalah mata pelajaran Pak Sutejo. Sudah setengah jam murid XI IPA 2 menunggu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan beliau. Sepertinya ketua kelas pelontos itu ingin mengutarakan kabar bahagia.
“Teman-teman yang gue sayangi dan cintai,” ucap ketua kelas sambil memandang semua anggotanya. “Selamat pagi untuk kita semua.”
“Yaelah lama deh. Intinya aja, dong,” hardik Wulan dari bangku belakang.
Jupri si ketua kelas terkekeh lalu melanjutkan pengumuman. “Pak Sutejo lagi diutus sama Pak Kepsek ke Bogor. Jadi kita semua disuruh menggambar tabel unsur periodik. Sekian.”
Sebagian besar penghuni kelas langsung melaksanakan amanat Jupri. Namanya juga IPA 2, sebagian besar penghuninya pasti murid terpelajar. Mika menghela nafas. Dia paling benci dengan senyawa kimia dan segala jajarannya. Bukan apa-apa tapi memang otak Mika kurang peka pada mata pelajaran itu. Semua yang diucapkan Pak Sutejo selama pelajaran berlangsung, hilang dan sirna begitu saja.
“Len, gambarin punya gue ya.” Mika mendekatkan bukunya pada Helen membuat sahabatnya yang dikenal sebagai biang gosip itu menggaruk-garuk kepala.
Mika memutar bangku menghadan Andre dan Via. Kedua manusia itu sedang serius tapi Mika tidak peduli. “Istirahat lo mau ke lab?”
Andre mengangguk tanpa menatap Mika. “Kenapa?”
“Raket gue di lab lo, ntar ambilin ya. Pulang sekolah gue latihan.”
Masih lima belas menit sejak Jupri memberi pengumuman, kini cowok itu sudah berdiri lagi di depan kelas. “Ada info ter up to date nih, barusan Pak Udin nge-chat gue. Beliau mau ke kelas. Buat yang pindah tempat duduk, tolong balik ke bangku aslinya. Makasih.”
Pak Udin adalah guru Fisika sekaligus wali kelas mereka. Pak Udin mengatur tempat duduk agar murid cewek duduk dengan murid cowok. Bukan maksudnya untuk mencomblangi tapi agar keributan kelas bisa berkurang. Padahal sama saja, penduduk kelas hanya duduk beraturan di jam pelajaran Pak Udin saja. Contohya Helen dan Mika. Sebangku Mika adalah Joe, tapi karena Joe kecelakaan motor dan harus istirahat di rumah dua bulan, Helen numpang di bangkunya.
“Gue pindah ya.” Helen membereskan barang-barangnya lalu pindah ke habitat aslinya di meja pojok kiri dari pintu. Itulah alasannya Helen pindah ke bangku Joe, Helen malas duduk di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Novela JuvenilMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...