Happy reading ❤
Darel dan Carel adalah dua orang dengan kepribadian yang berbeda. Carel orang yang ditaksir Mika tapi super tega dan pemaksa. Darel sahabat Mika tapi melebihi pacar, selalu siap sedia dan sigap. Andai orang pertama yang ditemui Mika adalah Darel mungkin perasaannya akan berlabuh pada cowok menyebalkan dengan segudang kebaikan itu. Sayangnya perasaan malah membawanya berlayar mengarungi perasaan Carel yang dingin hampir membeku.
Mika menangkupkan wajahnya ke permukaan meja. Pikirannya sibuk mencari cara gar bisa terbebas dari Carel. Mika ingin menjalani lembaran baru tanpa ada bayang-bayang Carel dan Pasukan Conidin. Mika tidak ingin lagi ikut campur mengerjakan PR kelima cowok itu. Mika ingin fokus pada tujuannya. Carel tidak akan mampu menghalanginya untuk mengejar mimpinya.
“Woi neng? Ngapain lo? Ngehaluin Sehun? Bukannya lo udah putus sama Mas Sehun?”
Helen menimpuk kepala Mika dengan buku pejaran Kimia sehingga Mika harus mendongak. Helen malah terkekeh dengan wajah tidak bersalah sama sekali.
“Enggak jualan sempak lo len?”
Helen langsung mayun lalu mendaratkan bokongnya di bangku Darel. Cowok itu sedang membeli jajanan ke kantin bersama Andre dan Via. “Gue jualan celana bukan sempak. Tolong deh bedain celana sama celana dalam.”
“Gue mau dong jadi model endorse elo, Len. Kan lumayan tuh gue dapet celana sempak gretong.”
“Ishh celana ya. Ce-le-na nggak pake sem-pak.”
Mika cekikikan mencolek pipi Helen. “Lo nggak pake sempak?”
“Tai lo, Mik. Untung sahabat gue kalo enggak udah gue masukin ke empang.”
Mika terbahak lalu beranjak dari bangkunya. Dia meninggalkan Helen sendiri tanpa menjawab kebingungan temannya itu. Mika sudah bertekat untuk maju. Dia tidak mau terpuruk lagi. Berani atau tidak urusan belakan yang penting nekad.
Mika menyusuri koridor kelas sebelas sampai akhirnya dia berada pada kelas paling ujung. Dia sudah di depan kelas XI IPA 11. Beberapa pasang mata menatap Mika dengan raut tidak suka. Penghuni kelas ujung itu tidak terbiasa dikunjungi tamu tak diundang dari kelas terpelajar.
Mika juga mendapat siulan dari beberapa cowok yang duduk di depan kelas. Mika menanggapi kelakuan mereka dengan senyum tipis. Mika tidak mau kelihatan sombong, karena kata Bunda, harus ramah supaya kecantikannya terpancar. Sayangnya aura kecantikan Mika tidak terpancar kepada Carel.Mika menghirup oksigen sebelum kakinya benar-benar melangkah masuk. Udara di dalam kelas ujung itu beda dari kelasnya sendiri. Suasananya agak panas dan menegangkan. Di pojok kelas ada lima orang sedang berunding. Mika langsung menghampiri mereka.
“Gue mau ngomong.”
Andra mengalihkan perhatiannya dari cup jus mangga. “Penting?”
“Banget.”
Boy mengangguk. Dia memberi instruksi kepada siswa yang ada di dalam kelas agar meninggalkan mereka di dalam ruangan. Entah pelet apa yang ada pada Boy sehingga semua menurut kepadanya. Di dalam kelas tinggal mereka berenam. Yang membuat Mika nyaris kicep, pintu sudah tertutup.
Aldo menarik kursi kosong lalu mendudukkan Mika sesuka hatinya. Baru beberapa detik Mika duduk, Aldo memasukkan potongan pepaya ke dalam mulut Mika. “Nih pepaya kaya akan vitamin C. Cocok buat yang cintanya ditolak kayak elo.”
Mika mengunyah pepaya Aldo. Sesekali dia melirik Carel. Cowok itu bersandar di dinding. memejamkan mata sambil memakai headset pink yang pernah dia rampas dari Mika. Masih ada perasaan aneh di hati Mika saat menyadari Carel memakai barang pemberiannya.
Gimana mau move on coba?
“Mau ngomong apa sih? Udah ikhlas jadi cewek keempat gue?”
Pertanyaan tidak bermutu fadly membuat Mika memutar bola mata. “Gue mau ngomong kalo gue nggak mau lagi ngerjain tugas lo semua.”
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Semua diam. Suasana kelas semakin mencekam.
“Lo serius?” Boy memastikan.
“Iya.”
Aldo memasukkan dua potong pepaya sekaligus ke dalam mulutnya. “Beneran gue butuh asupan vitamin C nih. Cocok buat yang syok kayak gini.”
Cup jus mangga Andra sampai jatuh ke lantai. Beberapa kali dia tampak mengerjabkan matanya. “Lah ntar siapa dong yang ngerjain tugas gue?”
“Lo nggak boleh gitu dong. Nggak asik lo, Mik,” timpal Boy.
Fadly menggaruk-garuk tengkuknya. “Lo nggak takut dikerjain Carel lagi?”
“Gue emang parnoan. Gue takut lo semua ngerjain gue, ngelakuin hal aneh. Gue juga taku lo semua kan orang berada, lo bisa sesuka hati nyiksa gue. Tapi itu dulu. Gue hampir kehilangan mimpi gue kerena nurutin kemauan lo semua.”
Mika menarik nafas sebentar.
“Gue mungkin cewek bodoh karena salah satu alasan gue nerima perintah lo semua kerana gue suka Carel. Lo boleh ngetawain gue. Gue pengen deket dia makanya gue relain tenaga gue buat begadang. Sumpah gue bego. Tapi cukup bodohnya gue buat hari kemarin. Besok gue seleksi, gue mau memang. Tolong jangan ganggu gue lagi biar gue bisa main dengan lapang dada.”
“Kalo kita nggak bisa gimana?” tanya Boy.
Emosi Mika mulai mendidih ketika mendengar pertanyaan Boy. Cowok itu malah sedang cengengesan tanpa peduli Mika sedang marah.
“Lo mungkin punya masalah sama diri lo atau keluarga makanya lo pada caper di sekolah. Lo marah di rumah tapi lo lampiasin di sekolah. Lo malas belajar, lo buat keributan biar seolah-olah lo keliatan keren. Tapi lo nggak tau gue yang jadi korban.”
Mika menatap wajah Paukan Conidin satu per satu. Cowok itu masih diam di posisi masing-masing. Otak mereka mulai menerjemahkan kata-kata Mika. Memang ada benarnya. Carel punya masalah dengan Darel. Boy selalu disepelekan sang ayah. Andra harus bekerja keras dan dituntut bisa belajar ke luar negeri. Fadly playboy yang kelihatan tak ada beban malah yang paling parah. Dia sering dihajar sang kakak kalau tidak bisa belajar denagn baik. Dan Aldo, dia juga punya masalah sendiri. Kenakalan yang mereka lakukan seperti bolos, pemicu keributan, kadang ikutan tawuran sebagai tim hore-hore, dan menindas junior. Semua itu hanya kamuflase agar mereka kelihatan tidak lemah meski sebenarnya mereka rapuh.
“Gue mau berhenti,” ulang Mika lagi.
Boy menghela nafas. “Lo jahat, Mik.”
“Lo semua yang jahat,” balas Mika.
Aldo dan Andra saling pandang lalu antena mereka saling mengirim kode. Andra terkekeh sendiri. “Atau ini ada sangkutannya ke penolakan Carel? Lo patah hati plus gagal move on?”
“Gue emang patah hati tapi bukan berti itu alasan gue jadi lemah. Gue emang penakut tapi gue nggak mau menjadikan itu alasan gue jadi nggak maju.”
Mika berdeham lalu manatap Carel. Cowok itu masih cuek. Telinganya ditutup dengan headset. Dia memang sengaja tidak mendengarkan ocehan Mika. Mika juga sadar Carel melakukannya agar Mika semakin jelas melihat bahwa Carel benar-benar tidak ingin diganggu. Mika geram lalu mendekat. Tangannya mencopot salah satu head set cowok itu. Carel terbangun lalu terkejut Mika begitu dekat dengannya.
Kok gue jadi jantungan gini? tanya Carel dalam hati.
Mika menahan debaran jantungnya yang sudah mirip seperti dendang kondangan tetangganya. Dia menunjuk dada Carel.
“Lo boleh nolak gue. Tapi jangan sok kegantengan. Nggak usah maksa gue negrjain tugas sialan lo itu. Kalo lo berani ngerjain gue lagi pake ulat empang, semua rahasia lo akan gue sebarin.”
Mika berbisik tepat di telinga Carel sehingga cowok itu mencium aroma buah dari seragam Mika.
Kenapa gue jadi gugup sih? batin Carel.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Fiksi RemajaMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...