PART 15~ TUGAS

76 26 27
                                    

Happy reading ❤

Mika memtar-mutar raket sambil menengadah ke langit. Lagi-lagi langit ibukota mendung. Mungkinkan semesta tahu, salah satu penduduknya yang manis sedang bergundah hati?

Selepas keluar dari warung Pak Lek dan menyerahkan diri secara sukarela, perasaan Mika diserang rasa cemas yang berlebih. Berbagai ketakutan mulai menyeruak menyerang dirinya yang sok berani. Bagaimana jika dia tidak bisa mebagi waktu antara belajar, latihan, dan menuruti perintah Conidin? Haruskah ada yang terabaikan karena rasa takut yang berlebih terhadap kelima cowok itu akan melakukan ancaman?

“Mika, lo dipanggil Pak Tara.” Salah satu anggota ekskul bulutangkis bersandar di pintu utama stadion.

Mika mengangguk lalu bersama temannya itu dia menghampiri Pak Tara ke tribun penonton. Wajah pria muda itu tidak secerah biasanya. Pak Tara terkenal sebagai guru muda yang ceria, ramah, dan dekat dengan semua anak didiknya. Pak Tara juga diutus kepala sekolah menjadi pelatih khusus tim butulangkis tunggal puteri sekolah. Tapi hari ini sepertinya mood pak guru muda itu sdang tidak baik.
Mika duduk di samping Pak Tara.

Teman Mika sudah berlalu. Tinggal mereka berdua duduk dalam diam sambil mengamati ke tengah lapangan. Melalui ekor matanya, Mika takut-taku melirik Pak Tara. Panggilan ini pasti berhubungan dengan kebolosan Mika beberapa hari lalu. Padahal Pak Tara sebelumnya sudah memberi teguran.

“Mika,” panggil Pak Tara.

Mika menoleh. “Ada apa, Pak?”

Pak Tara melipat tangan di depan dada. Pandangannya terarah luruh menembus manik mata Mika. “Sebenarnya bapak kecewa atas kebolosan kamu kemarin.”

Mika mengangguk pelan tanpa dapat menyembunyikan raut penyesalan. Kebodohan kecil yang dia lakukan tanpa sadar telah menjerumuskannya ke dalam lubang hitam. “Maaf Pak.”

“Bapak harap itu tidak terulang ke depannya. Kamu tahu berapa perwakilan yang diutus ke ajang piala provinsi?”

Mika kembali mengangguk. Jelas dia tahu berapa perwakilan yang akan diberangkatkan ke stadion Istora. Hanya dua orang per sektor. Satu orang dari siswi Brawijaya sudah mengantongi tiket tanpa harus seleksi sekolah. Cewek itu merupakan senior Mika. Dia mendapat medali emas tahun lalu dan otomatis sekolah memuluskan jalannya untuk kembali membanggakan sektor tunggal puteri. Sedangkan Mika masih punya empat saingan lagi. Salah satunya adalah Sari yang berapa minggu belakangan semakin tampil gemilang.

“Bapak melihat potensi besar dalam diri kamu, tapi potensi itu harus dibarengi dengan kedisiplinan. Kamu sudah melanggarnya sekali. Kamu tahu, bolos itu bisa keterusan kalau dari diri kamu sendiri belum bulat untuk mengejar target kamu.”

“Iya, Pak. Mika janji akan memperbaiki diri,” balas Mika.

Pak Tara menepuk pundak Mika seperti yang selalu dia lakukan saat membimbing setiap atletnya. Beliau bukan pelatih kejam yang memaksakan suatu aturan. Sebisa mungkin beliau akan mendekatkan diri pada anak didiknya agar tidak ada yang merasa terbebani sata lithan. “Kamu ada masalah?”

Mika menggeleng. Tidak mungkin dia cerita tertimpa maslah karena cinta. Bisa malu dia di hadapan pak guru itu. “Pak, Mika mohon jangan laporin ke Ayah soal ini ya.”

Pak  Tara terkekeh. “Kalau takut untuk  apa bolos. Bapak tidak tahu kamu kemana saat itu karena kamu tidak mau cerita. Bapak menghargai privasi kamu. Untuk kali ini bapak tidak ngadu. Asal kamu janji tidak akan mengulangnya.”

Mika mengacungkan kedua jempolnya. Setidaknya dia sudah bisa tersenyum lega saat ini. “Makasih Pak Tara ganteng.”
***

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Semua penghuni IPA 2 langsung heboh bak penggemar EXO saat tahu idolanya akan manggung di Indonesia. Sebagian besar murid langsung berhamburan keluar kelas. Anggota piket secepat mungkin menyambar sapu agar bisa pulang cepat.

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang