Happy reading ❤
Mendapat kesempatan kedua adalah salah satu kebahagiaan tersendiri bagi Mika. Setelah sempat patah hati karena hampir kehilangan kesempatan meraih mimpi, Mika kembali menemukan semangat hidupnya. Pagi-pagi sekali dia bangun dengan senyum secerah mungkin dengan harapan harinya bisa berjalan dengan baik. Setelah mencuci muka, Mika membanguni sang Ayah agar berlatih bersama di lapangan belakang. Selesai latihan Mika mempersiapkan diri berangkat ke sekolah. Tidak lupa mengukir senyum merekah di bibirnya.
Mika menghabiskan seluruh jam pelajaran di kelas dengan bahagia. Jika biasanya di pelajaran Kimia, Mika suka bersungut-sungut, maka untuk hari ini dia menyelesaikan catatan reaksi anoda dan dan katoda dengan riang gembira. Helen sampai terheran-heran dari bangkunya saat mengamati gerak-gerik Mika lebih bergairah dari hari sebelumnya.
“Gengs, gue duluan ya. Mau seleksi, doakan yang terbaik buat gue.”
Mika melirik Darel lalu menoleh sekilas kepada Via kemudian Andre. Helen langsung heboh dari tempat duduknya. Dia mengepalkan kedua tangan lalu mengucapkan semangat dalam bahasa Korea.
“Semangat Mika gue,” jawab Via.
Andre mengeluarkan lolipop dari dalam lacinya. “Nih gue colong punya adek gue. Lo harus semangat. Kalo lo lolos seleksi gue colong lolipop satu truk lagi deh.”
“Makasih, Andre tukang colong.”
Darel mengulurkan tangan untuk menepuk pundak Mika beberapa kali. Tidak ketinggalan senyum sepuluh senti miliknya. “Semoga berhasil ya, Mik. Sorry nggak bisa ngenter. Gue ada janji sama Mami.”
“Oke, gue berangkat ya.”
Mika melambai-lambaikan tangannya bak atlet yang hendak bertempur di arena, sampai-sampai Mika menabrak pintu. Setelah mengusap kepalanya yang sedikit cenat-cenut, Mika berjalan menuju stadion mini milik SMA Brawijaya. Saat berpapasan dengan siswa lain, Mika tidak lupa memamerkan senyumnya. Sampai lengkungan di bibirnya mendadak pudar saat melewati warung Pak Lek. Andai ada jalan lain dari kelas ke stadion, Mika mungkin tidak akan pernah lagi lewat dari warung Pak Lek.
Carel awalnya hanya duduk di atas jok motornya. Tapi saat menyadari orang yang dia tunggu sudah mendekat, Carel buru-buru berdiri dan mendekati Mika. Sayangnya, cewek itu langsung mempercepat langkahnya. Jelas sekali dia ingin menghindari Carel.
“Mika, tunggu bentar!”
Mika tidak memperdulikan Carel yang sedang mengekorinya dari belakang. Semakin Carel mendekat maka Mika akan semakin cepat. Jika perlu Mika akan berlari. Tapi niatnya tidak tersampaikan karena Carel sudah menarik tasnya. Mika sudah siap terjerembab ke tanah dan mencium trotoar jika saja Carel tidak menahan tangannya.
“Hati-hati.”
Mika mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Melihat Carel saja membuat jantungnya merinding disko apalagi saat ini cowok itu memegang lengannya sangat erat seolah-olah dia takut Mika hilang dari permukaan Bumi.
“Lepasin tangan gue.” Mika menghempaskan tangan Carel sekasar mungkin.
“Mik, gue mau ngomong.”
Mika mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak sanggup jika harinya menjadi buruk hanya karena melihat tatapan memohon dari cowok yang pernah ditaksirnya. Bukan hanya pernah, tapi masih sepertinya.
“Lo bilang anggap gue nggak pernah kenal elo. Kenapa lo mauu ngomong sama gue. Urusan kita udah selesai, Rel.”
“Gue mau minta maaf.”
Mika berdecak. Dia masih enggan bertatapan dengan Carel. “Kemarin juga lo udah minta maaf. Nyatanya lo juga nyakitin gue dengan sikap lo yang kasar. Jadi kalo lo minta maaf biar besok lo bisa buat salah lagi, lebih baik nggak usah.”
Carel memejamkan matanya untuk beberapa detik. Dia mengatur detak jantungnya yang entah kenapa mendadak tidak terkondisikan semenjak Mika berubah menjadi seorang cewek yang lebih berani. Tidak mungkin kan Carel terbawa perasaan pada cewek yang sudah dia tolah mentah-mentah? Carel menggelengkan kepalanya, dia tidak mau lagi disakiti oleh kaum hawa. Tapi untuk sekali ini saja, Carel berusaha menurunkan egonya untuk bicara pada Mika. Carel tidak ingin dibayangi oleh perasaan tidak nyaman karena sudah berbuat kasar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Fiksi RemajaMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...