PART 6~ MISS KEPO

103 39 0
                                    

Happy reading ❤

Untung saja hari ini tidak terlalu melelahkan. Pak Tara--pelatih Mika memulangkan semua altetnya lebih awal karena alasan dirahasiakan. Pak Tara sok misterius saja. Mika sampai di rumah pukul setengah enam. Padahal biasanya dia pulang pukul tujuh malam. Mika langsung mandi. Setelah itu dia bergabung di meja makan. Makan malam bersama keluarga sambil bercerita kegiatan sepanjang hari. 

Makan bersama adalah kebiasaan keluarga Mika. Kata Ayah, hanya saat itu semua anggota keluarga semua di rumah. Kalau siang, Mika sekolah, Kak Cika kulia, Ayah kerja, dan Bunda juga sibuk membuat kue kering untuk dijual.

“Yah, Cika bakalan KKN minggu depan. Mungkin Cika bakalan lebih sering pulang malam.” Cika memulai pembicaraan.

“Nggak apa-apa tapi jangan kelamaan juga,” balas Ayah sambil menyendokkan tumis kangkung ke dalam mulutnya.

Mika meneguk air putih lalu berkata, “alesan aja tuh, paling juga pacaran.”

“Mika yang sopan dong sama kakak kamu,” balas Bunda.

“Bun, Mika itu beneran. Kak Cika sengaja pulang lama-lama biar nggak perlu bantuin Bunda nyiram kaktus.”

Cika bersiap melempar kepala Mika dengan garpu tapi niatnya tertahan takut Ayah memotong uang jajan karena membuat keributan di jam makan malam. “Fitnah lo, Mik.”

“Mik? Lo kira gue mikropon pelunas utang. Nggak sweet banget panggil ‘Mik’.”

Bunda berdeham menengahi perdebatan tidak penting antara Mika dan Cika. Keduanya langsung menunduk. Jika Bunda marah, bisi-bisa nyerocos terus sampai tengah malam. “Mika, udah jangan gangguin kakak kamu.”

Mika memutar bola mata saat Cika mendapat pembelaan dari Bunda. “Dasar anak kesayangan.”

“Gimana persiapan kamu buat lomba se-provinsi?” Kini tatatapan Ayah fokus ke Mika. Dulu, Ayah sempat punya cita-cita jadi atlet bulutangkis tapi Eyang tidak mengijinkan. Coba saja kalau Ayah jadi atlet, pasti satu angkatan sama Taufik Hidayat atau Lin Dan.

“Sejauh ini aman sih, Yah. Mudah-mudahan Mika terilih jadi perwakilan. Tahun lalu Mika ikut tapi stop di quarter final. Tahun ini Mika mau menang. Biar Mika masuk koran, Yah.”

“Amin,” ucap Ayah dan Bunda serentak.

Selesai makan, Mika langsung mengurung diri di kamar dengan alasan belajar. Ayah juga pesan kalau prestasi bulutangkis harus dibarengi prestasi akademik. Mika memang tidak masuk peringkat lima besar, tapi lumayanlah masuk sepuluh besar.
Mika merebahkan diri di kasur.

Alih-alih membuka buku, Mika malah meraih HP di nakas. Sudah beberapa hari sejah Mika berjumpa dengan Carel, tapi belum ada kesempatan stalking cowong itu. Malam ini adalah waktu yang tepat. Muka mengusap layar, hp-nya menunjukkan tampilan instagram. Mika mengetik nama Carel sesuai informasi yang idapatkan dari Kak Ana.

“ASTAGAAAA!!!!” teriak Mika.

Pintu kamar Mika terbuka. Cika berdiri di ambang pintu dengan wajah panik. Teriakan Mika berusan kedengaran sampai ke kamarnya. “Lo kenapa?”

Mika terkekeh sambil menunduk-nundukkan kepalanya. “Gue nggak kenapa-kenapa. Cieeee… perhatian sama gue.”

Cika mendengus. “Gue kira lo ketemu pangeran lagi terus lo dikutuk jadi kera sekalain.”

“Lo ngarep banget punya adek kera?”

Cika membanting pintu. Jika dihitung-hitung, sepertinya Cika sudah membanting pintu kamar Mika ratusan kali. Kalau pintu itu bisa bicara, mungkin Cika bisa dimaki setiap hari.

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang