PART 23~ TUAN PEMAKSA

59 21 10
                                    

Happy reading ❤

Mika bersyukur kondisinya cepat pulih sehingga dua hari kemudian setelah dia diinfus, dia sudah bisa keluar rumah sakit dengan badan yang lebih fit. Hari ini Mika sudah bisa kembali ke sekolah. Mika sudah rindu keluar rumah padahal Bunda bilang Mika masih bisa izin sekolah kalau memang dia belum kuat.

Baru saja Mika melangkahkan kaki ke dalam gerbang SMA Brawijaya, Mika berpapasan dengan Sari-salah satu kandidat perwakilan tunggal putri untuk piala provinsi. Gadis jangkung itu ingin menghampiri Mika tapi ternyata Mika lebih dulu menghindar. Mika memilih jalur dari belakang perpustakaan. Mika masih belum siap mendengar siapa yang dipilih Pak Tara untuk mewakili sekolah.

Kedatangan Mika langsung disambut meriah oleh Helen dan Via. Andre juga tak kalah heboh. Di meja Mika sudah ada sebungkus nasi goreng ayam dari rumah makan terkenal. Itu adalah ide Andre untuk menyenangkan Mika. Helen langsung mengeluarkan bungkusan dodol dari dalam tasnya. Kali ini dodol Helen original dari Garut, tidak seperti beberapa waktu yang lalu. Via tidak mau kalah. Dia membelikan Mika dua botol susu rasa coklat.

Mata Mika benar-benar berbinar. Beruntung rasanya punya sahabat seperti tiga orang itu. Tapi Mika merasa ada yang kurang. Dia melirik ke bangku Darel. Cowok itu belum datang padahal bel lima menit lagi. Darel biasanya datang lebih dulu dari pada Mika.

“Darel mana? Belum datang ya? Tumben.”

Helen mengangkat bahu. Dia duduk di bangku Darel. “Nggak tau tuh anak. Udah dua hari nggak sekolah. Katanya sih sakit.”

Kening Mika berkerut. Terakhir kali mereka bertemu di rumah sakit, Darel baik-baik saja. “Masa sih? Udah di jenguk belum?”

Via menggelengkan kepala. “Belum. Nggak ada yang tau alamatnya. Lagian Darelnya juga nggak mau dijenguk. Lo nggak buka grup ya?”

Mika geleng-geleng. Pasalanya sejak di rumah sakit Mika tidak pernah membuka HP. Dia masih belum siap melihat pemberitahuan pengumuman hasil seleksi bulutangkis. Mika sengaja mematikan HP.

“Lo kecewa banget nggak ada Darel. Kangen ya?” tanya Andre di sela-sela kesibukannya bermain game.

Mika cekikikan di mejanya. “Lumayan sih.”
Helen yang tadinya sedang membalas DM di toko celananya langsung antusias menghadap Mika. “Lo nggak baper sama Darel?”

Via mengangguk karena sebelumnya dia juga ingin bertanya demikian. “Iya, Mik. Lo nggak pernah ngerasa kalo Darel itu baik, manis, perhatian lagi sama elo.”

Mika menaikkan alis. Menurutnya Darel memang orang baik. Bukan hanya kepadanya saja, cowok itu selalu perhatian kepada siapapun. Kak Ana saja sudah sangat dekat dengan Darel. Setiap fotocopy Darel pasti cerita panjang lebar. Jadi Mika tidak pernah baper pada Darel. Dia tidak lebih dari seorang sahabat bagi Mika. Atau karena Mika sudah dibutakan oleh Carel, sehingga Mika tidak pernag menyadari bahwa Darel adalah orang yang selalu ada untuknya.

“Darel kan emang baik ke semua orang. Ramah lingkungan dianya.”

Helen mendengus. “Dasar nggak peka lo. Serah lo aja deh.”
***

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Mika langsung pamit pada teman-temannya. Mika tidak mau lama-lama di kelas. Sebelum Carel datang menemuinya, Mika harus sudah keluar dari kawasan sekolah. Tidak hanya menghindar dari Carel, Mika juga menghindar dari semua anggota bulutangkis. Seharusnya sebagai atlet sekolah Mika harus mampu menerima kekalahan, tapi sayangnya Mika masih berat hati.

Jika saja Mika kalah karena memang gugur di lapangan, Mika mungkin akan lapang dada mengakui kemenangan lawan. Tapi sekarang masalahnya Mika kalah bahkan sebelum masuk ke arena pertandingan. Mika belum siap kembali ke stadion, karena itu juga Mika tidak akan latihan hari ini. Mika ingin menikmati kesenderiannya. Merenungkan semua yang sudah dia lakukan dan berharap menemukan jalan untuk bangkit lagi. Mika harus berdamai dengan dirinya sendiri.

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang