Happy reading ❤
Pernah merasakan kalau besar gaya gravitasi di hari Minggu lebih dari 9,8 m/s pangkat dua?
Sebenarnya hari apapun besar gaya tarik bumi akan tetap seperti yang sudah ditetapkan di buku Fisika. Hanya Mika saja yang merasa lebih. Tubuhnya masih teronggok di kasur. Meskipun sudah dipaksa bangun oleh Bunda tetap saja tubuh ramping itu sulit sekali terangkat dari empuknya kasur. Pasalnya sudah seminggu Mika tidak bisa tidur pukul sembilan dan bangun pukul lima pagi. Padahal menurut ahli kesehatan, seseorang harus tidur delapan jam per hari.
Harapan tidur sesuai anjuran ahli medis pupus karena mengemban tugas mulia dari Pasukan Conidin. Menyalin PR rangkap lima setiap harinya. Meskipun sudah lelah sepulang latihan mau tak mau Mika harus berlapang dada mengerjakan tugasnya.
Untuk kesekalian kalinya Cika masuk ke kamarnya, tapi kali ini kakaknya itu membawa senjata andalannya untuk membangunkan jelmaan kerbau betina itu.
Tangkai sapu mendarat di bokong Mika. Mika menggerutu sambil mengusap bokong yang kurang aduhai itu.Cika gemas karena Mika tak kunjung membuka mata. Hal lain yang membuat Cika semakin geram, Mika bahkan tidur bersama buku-buku yang berserak. Cika kembali menyodok punggung Mika dengan tangkai sapu. Kalau sampai gadis itu belum bangun, maka giliran kepalanya yang akan mendapan hadiah tangkai sapu.
“Bagun!” sergah Cika.
Mika menggosok bekas sodokan Cika. Setengah tidak rela Mika bangun sambil mengusap bibir, lalu hidung, dan kemudian mata. “Huffttt, lo sirik banget ya ngeliat sodara sendiri nyantai bentar.”
Cika semakin naik darah melihat kelakuan tidak tahu diri Mika. Begitu santainya bibir mungil itu berucap “nyantai sebentar” padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan. Anak ayam tetangga bahkan sudah sibuk mencari sesuap nasi sejak subuh. Sebuah bantal guling mendarat di kepala Mika.
“Aduh, kok lo tega banget nimpuk gue? Ntar kalo gue ngetop, lo nggak gue akuin sebagai kakak.”
“Idih kalo lo ngetop gue bakal buat viral kalo elo jorok banget kalo bangun tidur,” Cika bergigik sambil pura-pura ingin muntah.
Mika kembali menggosok hidung hingga Cika semakin jijik. “Yang penting cantik.”
“Serah deh. Lo mau ngembangin teori gravitasi ya? Nih buku lo sampe ikutan tidur di kasur.”
Mika berdiri lalu merapikan buku-buku itu sebelum Cika sadar siapa pemilik buku itu. “Ngapain sih bangunin gue? Lo keluar deh, gue mau lanjut bobok.”
Cika berdecak. “Disuruh Bunda nganterin nastar ama bolu gulung.”
Mika menatap Cika penuh selidik. Seingatnya tugas menghantar orderan hari Minggu adalah pekerjaan Cika. Mika harusnya menemani Bunda ke pasar atau bermain bulutangkis dengan ayah di belakang rumah. "Bukannya harusnya elo?”
Cika cengengesan karena tidak berhasil mengibuli Mika. “Iya sih tapi gue mau jalan nih. Gue anterin elo deh. Ntar baliknya elo sendiri. Gue mau bawa motor lo. Punya gue dipake ayah sama bunda ke kondangan.”
“Males gue. Kalo elo mau jalan sih terserah. Tapi lo kudu tanggung jawab dong.”
Cika menarik bibirnya selebar tol Jakarta-Bandung berharap senyumnya meluluhkan hati Mika. “Kayaknya tabungan elo belum cukup deh buat beli tiket Indonesia Open. Gue pengen nambahin sih kalo lo nggak keberatan.”
Mata Mika terbelalak mendengar tawaran menarik Cika. Mika sangat ingin menonton ajang bulutangkis bergengsi itu. Dapat tempat duduk nyaman sambil memberi dukungan langsung pada pemain Indonesia. Apalagi bisa melihat idolanya bertanding di depan mata. Bahkan tiga tahun terakhir dia tidak pernah absen. Sayangnya, tahun ini Mika masih ragu karena pundi-pundi rupiahnya belum mencukupi. Tidak munkin minta ke ayah karena beliau juga sedang menabung agar bisa mengganti mobil butut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Teen FictionMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...