PART 1- MIKA

303 65 124
                                    

Happy reading ❤

“Ayah, Bunda, Kak Cika. Aku nyasar.”

Malam bertambah larut. Tidak ada bintang. Hanya ada rembulan menemani seorang gadis berambut panjang. Bukan. Jangan salah sangka dulu! Dia adalah seorang gadis manis bukan kuntilanak.

Cewek itu menggigil saat kulit kecoklatannya tersentuh angin. Kakinya sudah lelah mengelilingi hutan tapi tidak kunjung menemukan jalan keluar.

Mika nama gadis itu. Kini, dia duduk di bawah sebuah pohon besar. Pikirannya mulai berkeliaran membayangkan hal-hal aneh. Bagaimana kalau sebentar lagi ada serigala lewat? Atau seekor singa kelaparan akan menerkamnya. Mika bergidik. Dia bahkan merinding sekarang. Sekelebat bayangan makhluk halus tersenyum mengganggu pikirannya.

“Aduh, gimana ini nasib gue? Kenapa gue bisa nyasar di hutan sendirian? Gimana kalo gue diterkam macan? Mana gue masih jomblo lagi.”

Mika mulai maracau. Siapa yang akan menolongnya. Beberapa jam yang lalu dia masih bersama Andre, Helen, dan Via. Mika tidak tahu kapan dia kehilangan jejak.
Ini semua karena guru biloginya menyuruh untuk mencari sampel praktikum berupa jamur merang berwarna merah muda.

“Bunda, tolongin Mika. Udah malam, Mika rindu rumah. Ayah, jemput Mika naik motor. Di sini seram. Mika laper. Nggak ada jualan nasi goreng ya di hutan?”

Air mata mulai mengalir di pipi Mika. Seram adalah satu-satunya hal yang terlintas di pikirannya untuk menggambarkan hutan itu. Apa yang harus ia lakukan agar bisa pulang sekarang. Mika tidak dapat menahan rasa sesak di dadanya. Cairan bening itu terus mengalir dan semakin deras. Dia memeluk dirinya sendiri.

“Bunda? Tolongin Mika. Mika janji pulang dari hutan ini bakalan lebih rajin nyiram kaktus di halaman. Mika janji deh, nggak akan berkelahi sama Kak Cika lagi.”

“Mika?”

Mika tersentak. Baru saja ada yang memanggil namanya. Barusan itu bukan halusinasi. Mika yakin suara itu nyata. Mika berdiri mencari tanda-tanda keberadaan manusia.

“Mika?”

Mika mendongak. Suaranya bersal dari atas pohon. Tidak ada siapa-siapa di atas sana. Mika memicingkan matanya. Ada yang bergerak di balik dedaunan.

“Siapa di atas? Tolongin gue dong. Kalo lo cewek gue jadiin sahabat. Kalo cowok gue jadiin pacar deh. Mumpung gue jomblo lho.”

Seekor kera kecil turun dari pohon. Kera itu mendekat. “Mika, aku akan menunjukkan jalan keluar. Tapi kamu harus menepati janjimu.”

Mika memegang pelipisnya. Kepalanya pusing. Kera di hadapannya bisa bicara. Mika pasti sudah gila sekarang. “Sumpah, gue udah nggak waras.”

“Kalau kamu ingin pulang, kamu harus lewat jalan besar menuju sungai. Di tepi sungai ada perahu, kamu bisa pakai menyebrang. Kamu akan bertemu dengan katak. Dia akan menunjukkan jalan pulang ke rumahmu.”

Mika semakin yakin kegilaannya semakin parah. Keluar dari hutan, Mika akan buat janji dengan psikiater. “Lo sebenarnya siapa?”

Kera itu melompat ke dahan pohon di samping Mika sehingga posisi mereka sejajar. “Mika, panggil saja aku Monkey. Aku sudah menolongmu maka tepati janjimu. Aku harus menjadi kekasihmu.”

Mika menggeleng. “Gue nggak mungkin pacaran sama kera. Lo nggak tau gue itu juara badminton sekecamatan?”

“Jika kamu menolak maka kamu akan terkutuk menjadi kera sepertiku,” pinta si kera kecil dengan lantang.

“Jangan dong. Gu…gue nggak mau jadi kera. Cantik gini mau dikutuk. Ntar malu dong ayah gue.  Ayah kan ketua RT teladan se-Jabodetabek. Yaudah deh, gue harus apa?”

“Kamu harus cium tanganku.” Monkey mengulurkan tangan kecilnya.

Mika sangat takut pada ancaman kera itu. Tidak mungkin dia merelakan kulit mulusnya ditumbuhi bulu kera. Bisa sia-sia dia menabung membeli handbody promo di Indomaret. Mika menjabat tangan Monket. Dengan berat hati dia mendekatkan punggung tangan si kera ke pipinya.

Tiba-tiba gumpalan asap menutupi tubuh Monkey. Mika menjauh. Seorang cowok muncul menggantikan si kera. Rupanya tampan sampai Mika terpesona.

“Aku adalah pangeran yang dikutuk. Mulai sekarang aku akan menjagamu, Mika.”

Mika terdiam. Tidak ada yang keluar dari bibirnya.  Walaupun kesemsem, jiwa Mika masih syok atas apa yang telah dilihatnya.

BANG! BANG! BANG! PPANGYA PPANGYA PPANGYA”

Tunggu dulu. Suara aneh apa lagi yang didengar Mika. Itu adalah suara Bigbang. Sejak kapan Bigbang main di hutan?

BANG! BANG! BANG! PPANGYA PPANGYA PPANGYA”

Suara Bigbang muncul lagi. Kepala Mika sakit. Pohon-pohon terasa berputar. Pelan-pelan si pangeran tampan menjauh. Mika ingin menarik tangan pangeran tapi tidak bisa. Semuanya  buram lalu mendadak gelap.

“Woi, bangun lo!!!”

Sebuah tendangan mendarat di bokong Mika yang sedang tertidur pulas. Dia tidak bergeming.

“Astaga kebo banget, sih. BANGUN  MIKA!!!”

Mika bangun sambil mengucek matanya. Pandangannya masih buram sedangkan pikirannya masih mengingat kejadian di hutan. Sekarang dia ada di kamarnya yang didominasi warna kuning.

Bukan karena penggemar Spongebob Squarepants tapi karena Mika fans berat pemain bulutangkis berjuluk The Minions, Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi Gideon. Mika pernah baca artikel, mereka dijuluki Minions karena sering menang saat tanding pakai baju kuning. Makanya Mika minta ayah mengecat kamarnya kuning cerah secerah senyum pacar orang.

Tidak tanggung-tanggung, Mika juga memasang poto idolanya berukuran 24 inch di samping rak pialanya. Mika punya banyak piala dari perlombaan bulutangkis. Mulai dari kejuaraan tingkat kelurahan sampai tingkat kecamatan semuanya dipajang Mika.

“Kak Cika rempong banget sih. Ini masih jam empat pagi lho.”

Cika melempar bantal ke kepala Mika. “Rempong apaan? Noh alarm lo ribut banget. Orang satu kompleks masih tidur tau. Untung udah gue matiin. Mau sekalian itu HP gue cemplungin ke WC? Biar nggak bisa dering lagi, hah?”

Mika terkekeh. Hari ini dia benar-benar tidak mendengar alarm yang sengaja dia set jam empat agar masih sempat latihan badminton dengan ayahnya. Mungkin karena terlalu asyik kesasar di hutan. Apalagi ketemu pangeran tampan.

“Lo ganggu gue aja, Kak. Padahal gue baru jadian sama pangeran. Lo bakal punya adik ipar dari kerajaan.”

“Kebanyakan halu lo. Tuh liat sticky note pink lo. Apaan tuh isinya nggak mutu banget. Perlu dicabut biar nggak halu. Kebawa mimpi kan.” Cika mengomel sambil membanting pintu kamar Mika.

Setelah Cika pergi, Mika melangkah ke meja belajarnya. Ada banyak sticky note tertempel di mading buatannya sendiri. Note itu berisi rumus-rumus Fisika, Matematika, dan Kimia kecuali note pink yang dimaksud Cika. Isinya kriteria kandidat calon pacar yang ditulis penuh dengan cinta. Alay banget sih gue.

SEBELAS KRITERIA PACAR MIKA XAVIERA ANAK PAK RT 003

1. Keren
Nggak buat malu kalo gue post di IG. Gue juga nggak jelek-jelek amat kan?
2. Nggak pelit
Kalo makan bakso bukan gue yang bayarin. Lumayan dong makan gretong/gratis.
3. Punya kendaraan
Gue nggak kepanasan bawa motor sendiri/angkot/nyeker kalo gue latihan.
4. Taat lalu lintas
Nggak lucu kan pas jalan berdua ditilang polisi.
5. Makhluk sosial
Kalo doi anti soaial ntar dia nggak mau jadi pacar gue.
6. Single
Say NO to pelakor!!!
7. Setia
Tikungan tajam sih. Bahaya.
8. Cool
Lucu kan punya pacar rempong kayak emak2 kompleks plus tebar pesona.
9. Wangi
Masa iya sih pacar bau kambing?
10. Jujur
Biar langgeng dong.
11. …………………
Masih mikir.

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang