Happy reading ❤
Jam pelajaran olahraga adalah jam pelajaran kesukaan para kaum lelaki. Berbeda dengan kaum perempuan, mereka lebih suka pelajaran yang tidak perlu berurusan dengan teriknya siang. Kelas Mika mendapat roster olahraga jam dua belas siang. Jam dimana matahari lagi panas-panasnya.
Setelah Juki-ketua kelas, selesai memimpin pemanasan, semua anggotanya disuruh lari keliling lapangan sepakbola tiga kali. Bisa bayangkan lelahnya keliling lapangan selebar itu sambil bercucuran keringat? Memangnya dikira Lionel Messy?
Di saat semua murid cewek sibuk uring-urigan, Mika malah berlari sekencang-kencangnya. Gayanya persis seperti orang sedang berusaha lari dari kenyataan. Dia menatap fokus ke depan, tangannya terkepal di depan dada, dan rambut ekor kudanya bergerak ke kiri-kanan. Via dan Helen sampai ngos-ngosan mengejarnya.
“Mik, Mika!” pangiil Helen. “Tungguin kita dong! Woi mantannya Sehun!”
Mika mengurangi kecepatannya. Dia menoleh sejenak pada Hhelen dan Via. Kedua gadis itu sudah berdiri sambil memegangi perut. “Apaan?”
“Pelanin napa larinya, elo sih enak atlet udah biasa lah kita, taunya goreng tempe ama ngulek sambal,” omel Via sambil mengusap punggung Helen karena cewek itu mulai keringat dingin sementara teman mereka yang lain masih berlari.
Mika berhenti lalu mereka bertiga pindah ke pinggir lapangan agar tidak mengganggu jalur lari. “Lo berdua ngapain pake acara ngejar gue. Pelan-pelan aja kan bisa sih.”
Helen membersihkan keringarnya memakai lengan seragam olahraga. Kebiasaan cewek itu tidak membawa tisu saat olahraga. “Sambil lari, yuk. Tapi pelan biar Juki nggak ngomel.”
Mika dan Via menurut. Mereka bertiga berlali di barisan paling belakang. Mika kembali teringat maksud Helen dan Via sibuk mengejarnya. Biasanya juga mereka akan membiarkan Mika berlari sekencang-kencangnya. “Tadi mau ngomong apa?”
“Penasaran aja sama lo. Dari tadi Muka lo kayak ketakutan gitu. Ada masalah?” tanya Helen. Mika memang beruntung punya sahabat seperti Hlen, Via, dan Andre. Via yang keibuan, Helen yang lemot tapi perngertian, dan Andre yang mulutnya nitizen banget tapi nggak pernah bisa nolak permintaan kawan.
“Gue takut Pak Kum bakal marah sama gue, secara kemarin gue ngaku-ngaku jadi aslab di depan anak IPA 11.”
Via mengusap punggung Mika. “Tenang aja lah, Pak Kum nggak marah kok.”
“Gimana kalo gue dapat E? Atau gue bakal dikasih tugas berat? Atau disuruh kebersihan lab selama sebulan penuh?”
Via lagi-lagi tersenyum menenangkan si super parnoan itu. Mika itu gayanya sok keren padahal aslinya penakut. Setelah kejadian Mika melakukan aksinya, dia tidak berani berpapasan dengan Pak Kum bahkan dia sampai memimpikan Pak Kum.
“Santai aja kali, Mik.”
“Pokoknya gue takut, sumpah gue nggak bisa tenang.”
Helen memutar bola mata. “Emang siapa yang nyuruh elo ngelakuin hal bodoh kayak kemaren. Tanggung resikonya. Emang benar deh kata orang, cinta itu gila. Makanya temen gue rada gila sekarang.”
Via terbahak sedangkan Mika hanya mendengus. Ucapan Helen memang ada benarnya. Lari keliling lapangan sudah selesai. Pak Roy-guru olahraga mereka masih ada rapat di ruang OSIS. Kata Juki, sembari menunggu kedatangan Pak Roy, semua murid bisa istirahat dulu.
Via, Mika dan Helen langsung mengambil tempat duduk di bawah pohon cemara. Memang tidak terlalu adem, karena daun pohon cemara tumbuh ke atas bukan ke samping. Tapi lumayanlah untuk tempat berteduh. Mika mengipas-ngipas ketiaknya dengan potongan kardus yang dia rampas dari Juki. Helen dan Via sibuk menggosipi salah satu cewek kelas mereka yang sibuk tebar pesona ke murid cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Teen FictionMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...