Happy reading ❤
Darel berusaha mati-matian menahan emosi. Sepanjang hari dia mencoba bersabar di hadapan Mika. Bukan hanya hari ini tapi setiap hari sejak Carel selalu menyakiti cewek itu. Dalam perjalan dari rumah sakit menuju rumah, Darel terus saja menggumamkan makian pada Carel. Darel sudah tidak bisa lagi mendiamkan perbuatan adiknya itu. Kali ini Carel benar-benar keterlaluan.
Deru motornya mengagetkan Mang Kok yang sedang duduk di pos satpam. Darel mengabaikan tatapan heran Mang Kok. Tujuan utama Darel saat ini adalah mencari keberadaan Carel dan memberi sedikit pelajaran.
Bik Kim yang sedang merapikan peralatan makan tidak kalah terkejut ketika menyadari kedatangan Darel. Lain lagi dengan Carel. Dia tetap santai duduk di posisinya saat Darel datang dengan wajah penuh amarah. Carel juga tetap cuek ketika Darel memukul meja makan.
“Sialan lo, anjing,” maki Darel.
Raut wajah Carel tidak berubah. Tetap datar dan fokus menatap abangnya itu. Suasana ruang makan benar-benar menegangkan. Setidaknya itulah yang dirasakan Bik Kim ketika Carel dan Darel saling beradu tatapan dingin seolah ingin menerkam satu sama lain. Bik Kim hanya bisa merapalkan doa dalam hati agar orangtua mereka cepat pulang. Walau kemungkinannya sangat kecil.
Darel mengepalkan tangan lalu sebuah tinjuan cukup keras menghajar sudut bibir Carel. “Beraninya lo main kasar sama cewek, njir.”
Carel menyentuh bekas pukulan Darel. Cairan merah mulai menetes. “Lo berani mukul gue?”
Tinjuan Darel kembali mendarat di wajah tampan Carel. Saudaranya itu hanya meringis sambil tersenyum sinis sehingga Darel semakin kesal. “Lo jahat sama Mika. Lo nggak seharusnya ngehancurin mimpinya dia. Lo bangsat!”
“Gue cuma nyuruh dia negrjain PR. Salah?”
Rahang Darel mengeras. Kesabarannya sudah mencapai ubun-ubun. “Gara-gara elo dia sakit, Rel. Dia nggak jadi ikutan piala provinsi. Lo ngehancurin mimpi orang.”
Carel menggeram. Saat tangan Darel ingin menghajarnya, Carel melawan. Dia membalas pukulan Darel. “Gue neghancurin mimpinya? Jadi elo nggak ngarasa lo udah ngecancurin hidup gue?”
“Urusan lo sama gue jelas beda sama dia.” Kening Darel berkerut mengingat sesuatu. Dia teringat hari pertama dia sekolah teman pertamanya adalah Mika. Saat itu Mika menemaninya ke kantin dan Carel memergokinya. “Atau lo mau balas dendam ke gue melalui Mika?”
Carel berdecak. “Lo pikirin aja sendiri. Menurut gue anak Singapura kayak elo pasti tau.”
Darel geleng-geleng kepala menyadari betapa sempitnya pemikiran Carel. “Gue nggak nyangka lo tega.”
Carel menunjuk dada Darel sambil mendengus. “Lo lebih tega merebut apa yang harusnya menjadi kebahagiaan gue. Gue benci elo. Gue benci Mika. Gue benci semua.”
“Lo tau nggak Mika suka elo?” tanya Darel.
Carel mengedikkan bahu. “Gue nggak peduli.”
“Tapi kalo lo benci sama gue. Lampiasin ke gue bukan ke orang yang dekat sama gue. Mika itu cewek baik-baik. Lo nggak berhat nyakitin dia hanya karena dia suka sama elo.”
Carel mencebik. “Cukup urus urusan lo. Nggak usah ngatur hidup gue karena lo bukan siapa-siapa gue.”
***Boy tidak henti-hentinya mengomel karena PR kimia yang seharusnya diselesaikan Mika tidak sesuai dengan ekspektasi. Tugasnya itu sama sekali tidak terjawab. Bahkan setiap lembar bukunya yang dikembalikan Carel masih kosong dan tidak tersentuh. Aldo juga begitu. Dia ikut-ikutan mengoceh karena setelah beberapa minggu dipercaya Pak Rinto. Tapi hari ini Aldo kembali diberi peringatan akibat tidak selesai tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mika Vs Pasukan Conidin [TAMAT]
Roman pour AdolescentsMika si cewek parnoan punya impian jadi juara bulutangkis SMA se-provinsi dan punya pacar sesuai dengan kriteria di sticky note merah muda yang tertempel di dinding kamarnya. Takdir mempertemukan Mika dengan Carel. Mika kepo dan mulai menguntit Car...