10. Kissmark

46.1K 3.4K 204
                                    

Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak

•••

Sudah setengah jam Kafka dan Syafa berada digudang hanya duduk berdiam diri. Kafka melarang Syafa untuk keluar malah ia menyuruhnya untuk membolos, awalnya Syafa menolak karna ini hari pertamanya sekolah tapi ia tidak bisa melawan Kafka.

"Kafka," panggil Syafa merasa bosan, sedangkan Kafka memainkan ponselnya tak menghiraukannya.

"Kafka ngapain kek, aku bosen disini terus," ujar Syafa lesu.

Kafka tersenyum smirk lalu mendongak menyimpan ponselnya disaku celana.

"Truth or dare," ujar Kafka menatap Syafa.

"Truth or dare?" ulang Syafa mengerutkan dahinya.

"Apa itu?" tanya Syafa sedangkan Kafka menatapnya tak percaya.

Oh shit! Hidup dijaman apa dia ini-batin Kafka menggerutu.

"Sebuah permainan, dimana yang kalah pilih truth yang berarti kebenaran atau dare yang artinya tantangan," terang Kafka dan Syafa pun mengangguk mengerti.

"Jadi kebenaran maksudnya jawab jujur," ujar Syafa dibalas anggukan oleh Kafka.

Kafka mendekat lalu duduk dilantai diikuti Syafa, sekarang mereka sudah duduk berhadapan lalu memulai permainan dengan suit terlebih dahulu, mereka suit dan Kafka yang kalah.

"Truth or dare?" tanya Syafa.

"Truth," jawab Kafka.

"Eum.. Jadi kalo Syafa tanya apa aja Kafka bakal jawab jujur," ujar Syafa dibalas gumaman oleh Kafka.

"Gausah pake lama!" ketus Kafka.

"I-iya eum.. Syafa mau nanya kenapa.."

Syafa menggantung ucapannya membuat Kafka berdecak kesal.

"Kenapa apa!" kesal Kafka.

"Kenapa Kafka nggak mau sentuh Syafa?" cicit Syafa menunduk.

Aduh nggak ada pertanyaan lain apa, ih Syafa malu-maluin-batin Syafa.

Kafka tersenyum smirk menatap Syafa dengan menumpukan telapak tangannya dilantai.

"Lo mau banget gue sentuh," ujar Kafka menaikkan sebelah alisnya.

"Bu-bukan bukan itu," ucap Syafa menggeleng kuat.

"Maksudnya eum.. Kafka normal kan." Syafa mendongak menatap raut wajah Kafka yang tak marah setelah Syafa mengatakan itu.

"Perlu bukti?" ucap Kafka memajukan wajahnya mendekat pada Syafa.

"Bukti apa?" tanya Syafa polos membuat Kafka menyeringai.

"Sentuh lo disini," ucap Kafka penuh penekanan tepat di depan wajah Syafa.

Syafa merutuki kebodohannya yang sudah bertanya hal seperti itu di sekolah. Sebenarnya Syafa hanya ingin mengetahui apa Kafka normal atau tidak, tapi itu malah menimbulkan masalah bagi Syafa.

"Eum.. Nggak usah a-aku percaya kok," ujar Syafa mendorong bahu Kafka pelan untuk menjauh darinya.

"Lanjut," ucap Kafka.

Mereka melanjutkan permainannya lagi dan kali ini Syafa yang kalah.

"Truth or dare?" tanya Kafka.

"Dare," jawab Syafa dengan tersenyum lebar.

Kafka menyeringai mendengar jawaban dare dari Syafa.

"Kissmark," ucap Kafka membuat Syafa mengernyitkan dahinya.

"Hah?" beo Syafa tak paham.

Kafka sudah menduga Syafa pasti tak mengetahuinya.

"Lo isep kuat-kuat sampe ngebekas merah," ucap Kafka menatap Syafa.

"Buat disini," lanjut Kafka menunjuk lehernya sendiri.

"Ta-tapi kan Kafka nggak mau disentuh.."

"Itu beda, lo yang sentuh bukan gue," tutur Kafka menyeringai.

Sebenernya Kafka itu maunya apa sih-batin Syafa.

"Tapi kan.."

"Ngebantah sama suami," ujar Kafka bersedekap dada membuat Syafa gelagapan.

"Lo pasti tau dosa seorang istri yang.."

"Iya-iya Syafa mau," potong Syafa cepat. Kafka menyunggingkan senyumnya lalu membuka kancing atas seragamnya.

Dua kancing terlepas lalu Kafka mendongak menatap Syafa yang menunduk.

"Sini," ujar Kafka lalu Syafa mendekat.

Syafa sudah berada di depan Kafka namun ia tak berani mendongakkan kepalanya.

"Mulai."

Sedikit demi sedikit Syafa mendongakkan kepalanya dan matanya langsung beradu dengan mata tajam Kafka. Syafa meneguk salivanya kasar menatap leher jenjang Kafka tepat di depannya.

"Nggak bisa diganti aja darenya," ujar Syafa meringis dibalas gelengan oleh Kafka.

Apa Kafka masuk angin? Tapi kan nggak usah diisep kuat-kuat sampe merah, Kafka ada-ada aja deh tinggal dikerok kan bisa-batin Syafa.

Kafka berdecak melihat Syafa yang diam saja memandangi lehernya.

"Bisa cepet nggak!" tukas Kafka membuat Syafa tersentak.

"I-iya ini mau."

Syafa mengarahkan tangannya menyentuh pundak Kafka, sedangkan Kafka sedikit mendongakkan kepalanya agar lebih mudah untuk Syafa.

Lalu Syafa mendekatkan wajahnya ke leher Kafka dan saat sudah hampir menyentuhnya.

"Eum.. Ka-kalo sakit bilang ya," bisik Syafa didekat telinga Kafka.

Kafka terkekeh pelan lalu mengangguk, dengan segera Syafa mendaratkan bibirnya dileher Kafka. Kafka sedikit mengerang merasakan bibir Syafa yang halus menyentuh lehernya.

Terus abis ini gimana ya?-batin Syafa.

Syafa terdiam sebentar lalu mulai menggerakkan bibirnya dengan kaku, ia mengikuti apa kata Kafka yang menyuruhnya menghisap kuat agar membekas merah.

Syafa menghisap kuat membuat Kafka mengerang dan mendesis bersamaan.

Shit! Gue bisa gila kalo kaya gini-batin Kafka mengumpat.

Tak lama Syafa melepas pautan bibirnya lalu menatap leher Kafka yang sangat merah matang. Syafa terkejut apa ia terlalu kuat menghisapnya? Bahkan tadi Syafa mendengar Kafka mengerang.

Bisa bisa aku dimarahin, ini merah banget-batin Syafa.

"A-apa sakit banget," ujar Syafa menatap Kafka yang memejamkan matanya.

"Kafka jawab dong, a-aku minta maaf deh kalo tadi terlalu kuat, pasti kamu kesakitan," lanjut Syafa merasa bersalah lalu Kafka membuka matanya.

"Kafka," panggil Syafa yang melihat Kafka hanya diam menatapnya.

"Lo belajar darimana?" tanya Kafka menaikkan sebelas alisnya.

"Belajar? Belajar apa?" beo Syafa tak paham lalu Kafka mendekatkan wajahnya membuat Syafa menahan nafas dengan jarak yang sangat dekat dengan Kafka.

"Kalo dua orang berhubungan suami istri mereka ngelakuin hal itu," bisik Kafka di depan wajah Syafa sedangkan Syafa membelalakkan matanya ia baru paham apa artinya itu.

"Ja-jadi tadi.."

Istri gue udah nggak polos lagi-batin Kafka senang.

•••

Ada apa sih sama Kafka?🤪
Katanya mau buat Syafa nggak betah🤔
Katanya nggak bakalan cinta🙄
Katanya nggak mau disentuh, tapi malah nyuruh Syafa buat kissmark🤦
Nggak ada ahlak emang, kan pikiran polos Syafa jadi ternodai 😂

I'm Not A Good Boy || Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang