Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejakYou look so sexy, honey
~Kafka Darendra Zain~•••
"Mah Kafka mau pulang ke apartemen," ucap Kafka membuat kedua orang tuanya menghentikan langkahnya.
Setelah acara usai Kafka dan Syafa segera pulang ke rumah orang tua Kafka, Runa dan Harun pun sudah pamit pulang.
"Kenapa?" tanya Karina.
"Kafka pengen mandiri aja," jawab Kafka membuat Hafidz menatapnya.
"Tapi.."
"Biarkan saja," potong Hafidz.
"Syafa," panggil Hafidz membuat Syafa mendongak.
"Apa kamu mau?" tanya Hafidz dibalas anggukan oleh Syafa.
"Yasudah kalian tinggal di apartemen, istirahatlah kalian pasti lelah," tutur Karina tersenyum menatap Kafka dan Syafa.
"Kafka pamit," ujar Kafka menyalami Hafidz dan Karina diikuti Syafa.
Tapi barangku kan masih di panti-batin Syafa.
Syafa yang hendak mengatakan itu diurungkan kala Kafka menggandengnya masuk menuju mobil. Hafidz dan Karina menyunggingkan senyumnya melihat mereka berdua.
Perjalanan menuju apartemen Kafka hanya dihiasi dengan keheningan tidak ada yang membuka suara. Beberapa menit akhirnya mereka sampai di apartemen Kafka. Biasanya apartemen Kafka dijadikan basecamp untuk anak Gadeska, tapi tidak semua hanya beberapa saja.
Kafka membuka pintu apartemennya dan berjalan meninggalkan Syafa. Lalu Syafa masuk ke dalam apartemen Kafka yang terlihat sangat bersih.
Syafa yang bingung harus melakukan apa akhirnya ia duduk di sofa, gaun yang ia kenakan sangat berat, rasanya Syafa sangat lelah dan menyenderkan tubuhnya lalu terlelap.
Setelah selesai membersihkan diri Kafka keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Berjalan mendekati lemari pakaian, Kafka memakai celana boxer dan baju putih lalu keluar kamar.
Kafka berhenti kala melihat Syafa tertidur pulas di sofa, berdecak pelan lalu menghampiri Syafa. Kafka berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Syafa.
"Bangun," ujar Kafka namun Syafa tetap tak bergeming.
Kafka menatap lekat Syafa yang masih terpejam tangannya terulur mengusap lembut pipi Syafa membuatnya sedikit menggeliat. Kafka tersenyum miring lalu mendekatkan wajahnya pada Syafa.
"Bangun sayang," bisik Kafka tepat di depan wajah Syafa.
Syafa mengerjap-ngerjap dan seketika membelalakkan matanya mendapati Kafka berada di depan wajahnya dengan jarak yang sangat dekat
Syafa dengan cepat menegakkan tubuhnya dan Kafka berdiri menatap acuh.
"Bersihin badan lo," ujar Kafka hendak pergi.
"Tunggu," ujar Syafa ikut berdiri membuat Kafka membalikkan tubuhnya menatap Syafa.
"A-aku nggak bawa baju," lirih Syafa menundukkan kepalanya.
"Terus?" Kafka menaikkan sebelah alisnya membuat Syafa mendongak menatapnya.
"Aku ganti pake apa?" tanya Syafa.
"Barang lo dimana?" tanya Kafka menatap Syafa.
"Masih dipanti, tadi aku mau ngomong tapi kamu langsung gandeng aku," tutur Syafa membuat Kafka berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...