Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak•••
"Besok kamu beneran ulang tahun?" tanya Syafa.
"Kenapa emangnya?" tanya Kafka balik masih menyisiri rambut Syafa.
Aku kasih kado apa buat Kafka-batin Syafa.
Syafa menghembuskan nafasnya pelan membuat Kafka menghentikan menyisiri rambutnya lalu membalikkan tubuhnya menatap Syafa.
"Kenapa, hmm?" tanya Kafka menatap Syafa yang sudah berkaca-kaca.
"Harusnya aku kasih kejutan buat kamu atau kasih kado, kue dan bikin kamu seneng," ujar Syafa terisak.
"Aku nggak bisa diandelin, aku cuma bisa nyusahin," lanjut Syafa menunduk.
Kafka menyentuh dagu Syafa untuk mendongak menatapnya.
"Inget kata dokter ini cuma sementara, ada kemungkinan kamu bisa liat lagi," ucap Kafka menghapus jejak air mata dipipi Syafa.
"Kamu nggak nyusahin sayang, aku bener-bener bahagia punya kamu. Lagian aku juga nggak perlu pesta atau kejutan mewah, cukup doain aku biar bisa jadi suami yang lebih baik buat kamu," lanjut Kafka tersenyum.
"Tapi kan aku juga mau kasih kamu kejutan," kata Syafa membuat Kafka terkekeh.
"Namanya kejutan ya jangan bilang bilang," ujar Kafka geleng-geleng kepala sedangkan Syafa mengerucutkan bibirnya.
Kafka membawa Syafa ketepi tempat tidur dan mendudukkan Syafa dipahanya.
"Kamu mau aku seneng kan?" ujar Kafka menatap Syafa yang menganggukkan kepalanya lucu.
"Jangan pernah sedih lagi aku nggak suka liatnya," tutur Kafka mengusap lembut pipi Syafa.
"Aku pengen bisa liat kamu yang lagi senyum," lirih Syafa.
Kafka mengambil tangan Syafa dan mengarahkan kewajahnya.
"Kamu bisa rasain," ucap Kafka tersenyum dan Syafa meraba wajah Kafka.
"Suatu saat kamu pasti bisa liat lagi," lanjut Kafka membuat Syafa tersenyum lalu memeluknya erat.
"Jangan erat-erat aku sesak nafas," kata Kafka terkekeh mengusap lembut punggung Syafa.
"Nggak papa," ujar Syafa malah mengeratkan pelukannya.
"Emang kamu mau kasih nafas buatan?" goda Kafka membuat Syafa mengangguk.
"Mau," kata Syafa terkekeh.
Cup
Syafa mencium sekilas leher Kafka dan kembali memeluknya sedangkan Kafka terdiam menghentikan usapannya.
"Nakal," cibir Kafka.
"Enggak," sahut Syafa menggelengkan kepalanya.
"Tidur," kata Kafka menepuk-nepuk paha Syafa.
"Nggak mau ah, belum ngantuk," ujar Syafa.
"Yaudah gadang aja," bisik Kafka sambil mengusap-usap paha Syafa.
"Ish! Tangannya nakal," ujar Syafa memukul tangan Kafka membuatnya terkekeh.
"Besok Mamah sama Papah kesini," kata Kafka melepas pelukannya dan menatap Syafa.
"Mau rayain ulang tahun kamu?"
"Enggak, mereka mau cek kamu udah hamil belum," tutur Kafka membuat Syafa terkejut.
"Ha-hamil?" beo Syafa.
"Iya."
"Tapi kan aku nggak hamil," ucap Syafa membuat Kafka berpikir sejenak.
"Kamu haidnya lancar nggak? Bulan ini udah apa belum?" tanya Kafka.
"Nggak tau aku lupa, coba kamu liatin dikalender biasanya aku buletin tanggalnya," ucap Syafa berdiri lalu Kafka berjalan untuk melihat kalender.
"Gimana?"
"Kamu udah telat satu minggu," ucap Kafka.
"Kamu ngerti kaya gituan?" ujar Syafa tak percaya.
"Tau lah nggak cuma bisa buat anak doang." Kafka menghampiri Syafa yang terkekeh.
"Ada kemungkinan kamu hamil," ucap Kafka menatap Syafa.
"Belum tentu Kafka, aku juga sering telat kok," kata Syafa tersenyum.
"Yaudah kita coba lagi."
"Coba apa?" tanya Syafa tak paham.
"Coba buatnya," bisik Kafka ditelinga Syafa membuatnya merona malu.
Kafka terkekeh melihat raut wajah Syafa lalu menggendong Syafa.
"Eh! Mau kemana?" tanya Syafa.
"Cuma mau mindahin aja," jawab Kafka membaringkan Syafa diranjang, lalu Kafka ikut membaringkan tubuhnya disebelah Syafa.
Kafka memeluk Syafa dari samping dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Syafa.
"Aku belum ngantuk," kata Syafa.
"Terus mau ngapain," ujar Kafka mendongakkan kepalanya menatap Syafa.
"Tidur," kata Syafa terkekeh sedangkan Kafka menatapnya datar.
"Nggak usah bikin kesel," ujar Kafka sedangkan Syafa menyengir.
"Yaudah tidur," ucap Syafa memeluk Kafka.
***
"Ken lo dimana?" tanya Yuri terisak diseberang telepon membuat Keno yang sedang tiduran langsung terduduk.
"Gue dirumah lo kenapa nangis," ujar Keno khawatir.
"Gue kerumah lo."
Tut! Tut!
Kenapa?-batin Keno.
Keno yang merasa khawatir pun turun dari ranjang dan beranjak keluar kamar. Kini ia sudah di depan rumahnya menunggu Yuri yang malam-malam begini berkunjung ke rumahnya. Tak lama Keno melihat seseorang yang berjalan ke arahnya.
"Yuri," gumam Keno melihat Yuri dari atas sampai bawah yang terlihat sangat kacau dan mata yang sembab.
"Lo kenapa?" tanya Keno mendekati Yuri.
Dengan tiba-tiba Yuri memeluk Keno erat dan terisak membuat Keno bingung.
"Lo kenapa cerita sama gue," ucap Keno mengusap lembut punggung Yuri.
"Ssstt.. Jangan nangis kita kedalem dulu," kata Keno melepas pelukannya dan membawa Yuri masuk ke dalam.
Setelah di dalam Keno mendudukan Yuri, namun saat hendak pergi mengambilkan minum Yuri malah berdiri dan kembali memeluk Keno.
"Gue mau mati aja," kata Yuri terisak membuat Keno terkejut.
"Apa yang lo omongin."
"Gue udah kotor, Ken," isak Yuri mengeratkan pelukannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...