Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak•••
Kafka menggeram kesal karna kegiatannya terganggu oleh seseorang yang sudah sangat Kafka kenali. Melihat wajah Kafka yang kesal Syafa malah terkekeh.
"Gue buat lo nggak bisa jalan," bisik Kafka menyeringai.
"Boss!"
Baru saja Kafka akan mencium bibir Syafa lagi-lagi teriakan dari luar kamarnya memaksa Kafka untuk bangkit dari tubuh Syafa dan melenggang pergi keluar kamar.
Kafka membuka pintu kamar dengan wajah kesal menatap seseorang di depannya yang tersenyum tanpa dosa.
"Boss titipan lo," ujar Keno menyerahkan kresek putih berisi obat demam yang Kafka minta pada Nahar.
"Gue nyuruh Nahar kenapa jadi lo!" tukas Kafka menatap tajam Keno lalu mengambil alih kresek ditangannya.
"Tuh Nahar ada, Glen juga, Yuri sama temennya Syafa." Keno menunjuk beberapa orang yang dengan santainya tiduran di ruang utama.
"Gue nyuruh pulang sekolah, terus ngapain lo semua kesini!" cetus Kafka.
"Gue mau numpang wifi, Kaf!" seru Glen diangguki Nahar yang menyengir.
"Mana Syafa gue mau liat," ujar Yuri menghampiri Kafka diikuti Laras di belakangnya dengan menunduk.
"Lagi istirahat gausah diganggu." Kafka hendak menutup kembali pintunya tapi ditahan Yuri.
"Gabisa gitu dong! Gue sama Laras mau liat kondisinya," kata Yuri membuat Kafka menatap Laras.
"Siapa yang ngebolehin lo bawa orang lain kesini," ucap Kafka dengan nada dinginnya.
Sedangkan Yuri tersenyum kikuk bingung harus menjawab apa.
"Emang lagi ngapain sih Syafa didalem," ujar Keno mengintip celah pintu.
"Gausah kepo," ujar Kafka menghalangi Keno.
"Kok Syafa bisa tinggal di apartemen lo terus satu kamar?" ujar Laras mendongak takut.
Yuri dan Keno terkejut lalu saling pandang sedangkan Kafka menatap mereka dengan tatapan yang tajam.
Mampus gue lupa-batin Yuri.
Keno yang ganteng nggak ikutan-batin Keno.
"Jelasin ke dia dan suruh tutup mulut!" sentak Kafka tajam menatap Yuri.
Brak!!!
Kafka menutup pintu dengan keras membuat semua orang disana terlonjak kaget.
"Astaghfirullah!" pekik Nahar dan Glen.
"Bego lu, No!" sentak Yuri memukul lengan Keno dengan keras.
"Akh! Sakit woy!" pekik Keno memegangi lengannya.
"Gara gara lo! Kenapa lo nggak ingetin gue!" kesal Yuri menatap Keno.
"Apaan si ribut-ribut," ujar Glen menyahut.
"Brisik lo! Ini semua gara gara lo!" sentak Yuri membuat Glen menganga.
Salah gue apa jubaedah-batin Glen.
"Kenapa sih lo?" timpal Nahar.
"Lo juga salah mending diem!" ketus Yuri menunjuk Nahar sedangkan Glen dan Keno menahan tawa melihat ekspresi cengo dari Nahar.
Mampus singa betinanya ngamuk-batin Keno terkikik geli.
"Ayo Ras duduk disana, Gue ceritain semuanya," kata Yuri menggandeng Laras menuju ruang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...