Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak•••
Kini Kafka dan Syafa sudah berada di kamar mandi untuk mengganti rok Syafa yang terkena darah haid.
"Kamu nggak keluar," ujar Syafa.
"Kenapa keluar," balas Kafka mengunci pintu kamar mandi.
"Kamu kunci pintunya, kenapa dikunci?" tanya Syafa yang mendengar suara pintu dikunci.
"Biar nggak ada yang liat aku disini," ucap Kafka lalu membuka kresek hitam yang ia bawa.
"Aku bisa sendiri Kafka," kata Syafa meraba-raba.
"Udah nggak papa," ujar Kafka mengenggam tangan Syafa.
"Aku udah tempelin tinggal kamu pake, terus ini ada celana pendek sama rok buat kamu ganti." Kafka menyerahkannya pada Syafa.
"Ka-kamu serius," ujar Syafa meraba-raba pembalut yang sudah terpasang.
"Iya tadi aku sedikit lama, ambil dalaman buat kamu," bisik Kafka terkekeh.
"Ish! Aku malu banget," ujar Syafa.
"Udah suami istri jangan malu," kata Kafka gemas mencubit pipi Syafa.
"Sana ganti atau mau sekalian aku gantiin," goda Kafka membuat Syafa memukul pelan bahunya.
"Modus," cibir Syafa lalu meraba-raba dimana letak pintunya. Kafka membantu mengarahkan dan Syafa pun masuk ke dalam.
Beberapa menit Syafa keluar dengan rok kotor ditangannya.
"Sini di simpen dikresek," kata Kafka mengambil rok kotor milik Syafa dan memasukkannya ke dalam kresek.
"Ini basah abis kamu cuci?" tanya Kafka diangguki Syafa.
"Biar nggak terlalu bau," kata Syafa tersenyum kikuk. Kafka tersenyum mengusap singkat kepala Syafa.
"Kamu nggak bawa tongkatnya?" tanya Syafa.
"Nggak lah tadi kan kamu digendong susah bawanya," ucap Kafka dibalas cengiran oleh Syafa.
"Eum.. Kafka," panggil Syafa.
"Apa? Jangan bilang kamu mau ngelakuin yang iya-iya disini," tuduh Kafka membuat Syafa membelalakkan matanya.
"Enggak ih!" tukas Syafa mengerucutkan bibirnya.
"Nggak usah gitu bibirnya mau aku cium sampe jontor." Kafka terus menggoda Syafa membuatnya kesal
"Aku mau ngomong," kata Syafa.
"Yaudah ngomong."
"Kok kamu bisa tau pasangin itu," tutur Syafa.
"Itu apa?" tanya Kafka membuat Syafa mendengus kesal.
"Gausah so polos deh!" ketus Syafa
"Aku emang masih polos," kata Kafka mengalungkan kedua tangannya dileher Syafa.
"Kafka aku nanya," ujar Syafa
"Iya sayang." Kafka mengecup singkat pipi Syafa.
"Gausah cium-cium," ujar Syafa mengusap kasar pipi bekas cium dari Kafka.
"Masa si gaboleh," kata Kafka memeluk Syafa dengan erat.
"Kafka ayo keluar," ucap Syafa mencoba melepas pelukan dari Kafka.
Kafka pun melepas pelukannya dan menatap Syafa yang mencebikkan bibirnya kesal.
"Masih sakit nggak perutnya?" tanya Kafka mengusap perut Syafa.
"Udah enggak, soalnya tadi dipeluk kamu," kata Syafa menundukkan kepalanya membuat Kafka tertawa.
"Udah berani gombal ya sekarang," ujar Kafka bersedekap dada dan Syafa pun mendongakkan kepalanya.
"Itu bukan gombal tapi fakta," ucap Syafa menyengir sedangkan Kafka terkekeh.
"Bilang aja sakit diperutnya bakal ilang kalo dipeluk sama aku," tutur Kafka mencolek dagu Syafa.
"Nggak mau, itu mah trik modus kamu," ujar Syafa bersedekap dada.
"Modus sama istri mah nggak papa kali, sah aja. Kalo aku modusnya ke Yuri baru nggak boleh."
Ucapan Kafka membuat Syafa mendengus dengan mengerucutkan bibirnya. Kafka yang melihat raut wajah Syafa pun tersenyum geli.
"Eh! Ada yang cemburu," ujar Kafka.
"Dih mau banget dicemburuin," kata Syafa.
"Jadi begini Ibu Syafa kalo bibir Ibu sudah monyong lima senti itu tandanya Ibu sedang kesal. Dan saya membaca raut wajah Ibu sedang cemburu karna suami Ibu membicarakan perempuan lain," ucap Kafka memainkan bibir Syafa dengan ibu jarinya.
Sedangkan Syafa tertawa mendengar apa yang Kafka ucapkan.
"Wahh!! Terimakasih Bapak Kafka sudah memperhatikan saya sedetail itu. Bapak akan saya beri penghargaan dan bonus yang besar," balas Syafa meniru gaya bicara Kafka.
"Dengan senang hati saya terima," ucap Kafka lalu mereka tertawa bersama-sama.
•••
Part ini aku edit karna sebelumnya bahasa terlalu vulgar, terimakasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...