4. Kesepakatan

35.1K 3.1K 133
                                    

Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak

Maju mati atau mundur menahan malu
~ Gadeska ~

•••

"Gimana Kafka? Apa dia cantik dan manis?" tanya Hafidz duduk di samping Kafka yang sedang menyesap rokoknya.

"Lumayan," jawab Kafka acuh.

"Bisa kamu matikan rokoknya," ucap Hafidz dan Kafka mematikan rokoknya beralih menatap Ayahnya.

"Apa kamu siap menikah?" tanya Hafidz dibalas anggukan oleh Kafka.

"Baiklah besok kamu menikah," ucap Hafidz membuat Kafka menaikkan sebelah alisnya.

"Apa nggak ada persiapan?" tanya Kafka membuat Hafidz terkekeh.

"Sudah Papah dan Mamah siapkan jauh-jauh hari," ucap Hafidz tersenyum.

"Seyakin itu kalo Kafka mau," ujar Kafka membuang wajahnya.

"Yakin, buktinya sekarang kamu mau," tutur Hafidz membuat Kafka mendengus kesal dan berdiri.

"Kafka pergi, Pah," pamit Kafka.

"Kemana?" tanya Hafidz.

"Basecamp," jawab Kafka lalu melenggang pergi membuat Hafidz geleng-geleng kepala.

Apa sifatku sedingin itu sampai menurun pada Putraku-batin Hafidz.

***

Kafka sudah sampai di basecamp saat beberapa menit yang lalu Nahar menghubunginya untuk berkumpul terkecuali Yuri karna ada hal penting yang harus mereka bahas terkait dengan Yuri.

"Dateng juga, Boss!" seru Keno saat Kafka memasuki basecamp yang sudah ramai oleh anak Gadeska.

"Sorry telat," ujar Kafka mendudukkan dirinya dikursi.

"Santai aja kali," ucap Glen.

"Ada hal penting apa?" tanya Kafka menatap Nahar.

"Kenapa Yuri nggak ikut, Bang?" tanya Dafi pada Nahar

"Andeska minta kesepakatan," ucap Nahar serius menatap mereka.

"Gue dihadang Andeska kemaren, mereka nggak ngapa-ngapain gue tapi mereka minta kesepakatan," terang Nahar menatap Kafka dan beralih ke yang lain.

"Dia minta satu anak Gadeska dikorbanin, Andeska minta satu anggota kita buat mereka balas dendam dengan kejadian satu tahun lalu," lanjut Nahar tenang membuat Kafka dan yang lain mengeraskan rahangnya.

"Dan lo tau siapa yang mereka pengenin," ujar Nahar memejamkan matanya meredam emosi.

"Yuri."

Satu kata itu lolos membuat Kafka berdiri dan membanting kursi yang ia duduki. Diikuti yang lain berdiri menenangkan Kafka sedangkan mereka juga harus meredam emosinya.

"Bangsat!" geram Kafka.

"Tenang, Kaf," ujar Glen menenangkan.

"Maksud lo Yuri diserahin itu apa!! Digilir!!" teriak Kafka menatap Nahar.

"Ini semua salah paham!! Bukan kita yang ngelakuin itu!!" timpal Kevin tak terima.

"Lo tau Har, ini semua bukan kita yang ngelakuin kita cuma dijebak," ucap Tivan.

"Gue tau," ujar Nahar tenang lalu menatap Kafka.

"Kita samperin Andeska," lanjut Nahar.

"Enggak, sekarang bukan saat yang tepat. Gue akan kabarin buat serang mereka kalo mereka macem-macem," ucap Kafka duduk dilantai dengan dada naik turun menahan amarah.

Kafka memejamkan matanya mendongak membuat yang lain heran dengan sikap Kafka

"Lo kenap.."

"Besok gue nikah," ucap Kafka sukses membuat semua yang disana terkejut.

"Maksud lo apa?" tanya Nahar.

"Gue dijodohin sama Bokap, dia anak dari sahabatnya yang udah meninggal."

"Lo terima?" tanya Glen menaikkan sebelah alisnya dibalas gumaman oleh Kafka.

"Gue nggak bisa nolak orang tua gue, gue udah buat mereka kecewa setidaknya dengan ini gue bisa buat mereka seneng," tutur Kafka dengan tenang.

"Gue yakin Boss lo pasti bisa jadi suami yang bertanggung jawab, lagian enak lah bos nikah lo bisa ngelakuin yang iya-iya sama istri lo kapan aja, bebas," ujar Keno menyengir merangkul bahu Kafka yang menatapnya tajam sedangkan yang lain mendengus kesal.

"Itu sih mau lo!" sarkas Glen memukul Keno.

"Yang gue omongin bener kan," ujar Keno membela diri.

"Terserah!!" Kompak mereka semua kecuali Kafka dan Nahar yang geleng-geleng kepala.

"Lo udah ketemu ceweknya? Gimana dia?" tanya Nahar menatap Kafka.

"Dia berhijab," jawab Kafka menyelipkan rokoknya membuat semua orang disana terpekik.

"Seriusan Bang berhijab!" pekik Robi tak percaya dibalas anggukan Kafka sembari menghembuskan asap rokok.

"Gue udah temui dia dan.." ujar Kafka menggantungnya ucapannya dan tersenyum miring.

"Sempet cium pipi dia," lanjut Kafka membuat semua orang menganga tak percaya.

"Belum apa-apa udah nyosor aja lo Bang," cibir Gerry terkekeh.

"Gercep banget lo," ujar Nahar.

"Santai, gue cuma mau main-main aja," ucap Kafka santai kembali menyesap rokoknya.

"Serius?" ujar Nahar diangguki Kafka.

"Gue akan buat dia nggak betah sama gue dan mau uji seberapa sabar dan setianya dia sama gue."

"Kalian liat ini kan," ujar Kafka membuka jaket dan kaosnya terpampang lah tato Kafka.

"Gue perlihatin ini ke dia," lanjut Kafka membuat semua orang tercengang.

"Pasti dia terpesona!" seru Keno membuat Kafka terkekeh lalu kembali memakai kaos dan jaketnya.

"Lo nikah besok?" tanya Glen diangguki Kafka.

"Serius lo cuma mau main-main?" tanya Nahar dan Kafka mengangguk sebagai jawaban.

"Malem pertama nanti gimana?" ujar Nahar menaik turunkan alisnya diikuti yang lain menatap Kafka dengan menggoda.

"Gue nggak akan sentuh dia," ucap Kafka membuat Nahar tersenyum miring.

"Yakin?"

"Yakin, nggak menarik," balas Kafka acuh.

"Suatu saat lo pasti cinta sama dia dan lo nggak mungkin kan nikah berkali-kali," ucap Nahar.

"Gue nikah sekali dan gue nggak akan luluh," ucap Kafka dengan yakin.

"Sekolah lo gimana?" tanya Glen membuat Kafka menatapnya.

"Nggak akan ada yang tau gue nikah, karna yang dateng cuma keluarga sama anak Gadeska. Jangan sampe anak Andeska tau gue udah nikah dan punya istri, karna mereka pasti bakal incar dia. Walaupun gue nggak cinta sama dia, tetep dia tanggung jawab gue," ucap Kafka diangguki semuanya.

"Walaupun lo nggak cinta tapi kalo lo tinggal satu rumah lo bisa aja cinta sama dia dan lo itu suaminya, lo berhak minta istri lo buat memenuhi kewajibannya," ucap Glen dengan bijak.

"Pengalaman banget lo kayanya," ujar Kafka membuat Glen berdecak pelan.

"Awas Boss penasaran sama dalemnya," ujar Keno tersenyum genit.

"Nggak penting."

"Gue pulang, jangan lupa besok kalian semua dateng dan Yuri biar gue yang undang. Gue nggak mau di pernikahan gue kalian semua nggak dateng," tutur Kafka diangguki yang lain.

"Bang," panggil Hafa membuat Kafka menoleh begitupun dengan semua orang.

"Kita bahas Andeska setelah urusan nikah gue selesai," ucap Kafka dibalas anggukan Hafa dan lainnya.

•••

I'm Not A Good Boy || Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang