30. Pasar Malam

27.6K 2.1K 30
                                    

Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak

•••

"Kafka aku seneng banget deh," ujar Syafa tersenyum.

"Seneng kenapa?" tanya Kafka menggenggam lembut tangan Syafa.

"Ya aku seneng walaupun aku nggak bisa liat, aku bisa ngerasain cinta yang besar dari kamu. Kamu selalu ngerawat aku, jagain aku dan kamu juga nepatin janji kamu buat jadi mata aku melihat dunia," ucap Syafa membuat Kafka tersenyum.

"Aku juga seneng karna walaupun aku bukan orang baik tapi tuhan kasih istri yang baik dan sabar kaya kamu," kata Kafka mengusap punggung tangan Syafa dengan ibu jarinya.

"Kalo selama ini aku buat salah sama kamu aku minta maaf," lanjut Kafka.

"Selama ini kamu selalu baik sama aku, kamu cuma sedikit marah karna aku buat salah," tutur Syafa tersenyum namun senyum Syafa luntur ketika tiba-tiba tangannya diremas kuat oleh Kafka.

"Kamu kenapa?" tanya Syafa

"E-enggak nggak papa," jawab Kafka dengan nafas tak teratur.

"Nafas kamu tersenggal-senggal gitu, kamu kenapa?" Syafa mulai khawatir karna nada bicara Kafka tak seperti biasanya.

"Kafka," panggil Syafa meraba-raba dan tangannya menyentuh tangan Kafka yang sedang memegangi dadanya.

"Kamu nggak papa kan? Jawab Kafka, jangan buat aku khawatir," ujar Syafa membuat Kafka melepas tangannya dari dadanya.

"Enggak sayang aku baik-baik aja," ucap Kafka mengusap lembut pipi Syafa.

"Kamu mau nggak ke pasar malem?" tawar Kafka mengalihkan kekhawatiran Syafa.

Syafa tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya.

"Aku mau," kata Syafa dengan senang.

"Yaudah ayo mumpung masih jam delapan kan nggak kemaleman," ujar Kafka membantu Syafa bersiap.

Beberapa menit mereka bersiap akhirnya selesai dan siap berangkat ke pasar malam.

"Kamu mau naik apa nanti?" tanya Kafka masih fokus menyetir.

"Terserah kamu, aku suka semuanya," jawab Syafa dengan antusias membuat Kafka terkekeh.

"Jangan meringis terus nanti kering giginya," kata Kafka mencubit pipi Syafa.

"Ish! Mana ada, kan bisa dibasahin lagi."

"Mau aku bantu basahin nggak?" goda Kafka.

"Nggak mau." Syafa menggelengkan kepalanya dengan bersedekap dada membuat Kafka geleng-geleng kepala.

Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di pasar malam. Kafka membuka seat beltnya dan keluar membantu Syafa turun dari mobil.

Kafka menyerahkan tongkat milik Syafa dan menuntunnya masuk ke dalam pasar malam yang sangat ramai.

"Kafka kedengarannya rame banget yah!" ujar Syafa antusias.

"Iya banyak anak kecil lari-larian dan juga pedagang. Kamu mau beli sesuatu dulu apa masuk ke dalem buat permainan," kata Kafka merangkul bahu Syafa.

"Apa ada harum manis? Coklat? Es krim? Gulali? Loli.."

"Itu manis semua," sela Kafka menghentikan langkahnya membuat Syafa mengerucutkan bibirnya.

"Aku mau," rengek Syafa.

"Jangan semua satu aja," ucap Kafka.

"Kok satu, dua yah," mohon Syafa.

I'm Not A Good Boy || Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang