9. Perkara Dada

42.9K 3.3K 212
                                    

Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak

•••

"Gimana perkembangan lo Boss katanya mau buat dia nggak betah sama lo," ujar Keno sembari memakan baksonya.

"Yaelah pasti Kafka udah jatuh cinta sama Syafa," celetuk Yuri santai tak menghiraukan tatapan tajam dari Kafka.

"Eum.. Boss gimana malam pertamanya?" tanya Keno menaik turunkan alisnya menggoda.

"Nggak ada," jawab Kafka cuek.

"Nggak asik lo!"

"Iya nih, tapi seenggaknya lo udah liat dalemnya kan," bisik Nahar menatap Kafka.

"Bisa diem nggak lo pada!" tukas Kafka menatap tajam mereka semua.

Suasana kantin yang tadinya sepi tiba-tiba penuh bisikan dan seruan dari seluruh siswa yang memusatkan perhatiannya pada satu titik.

"Itu Syafa kan," ujar Glen yang melihat seorang gadis mengenakan seragam panjang dan berkerudung berjalan menunduk.

Semuanya menoleh tak terkecuali dengan Kafka.

"Dia sekolah disini ternyata," ucap Nahar menatap Syafa.

"Syafa!" panggil Yuri membuat Syafa mendongakkan kepalanya mencari siapa yang memanggilnya.

Yuri melambai-lambaikan tangannya membuat Syafa tersenyum lalu berjalan menghampiri Yuri.

"Sini," ujar Yuri menyuruh Syafa duduk.

"Eum.. Nggak usah Yuri aku kesini cuma mau ketemu Al," ucap Syafa tersenyum membuat semua orang menatapnya kecuali Kafka.

"Al siapa?" tanya Glen.

"Eum.."

Syafa menatap sekeliling seperti mencari seseorang tapi ia tak menemukannya.

"Udah lo duduk aja sini," ujar Yuri menarik tangan Syafa untuk duduk disebelah Kafka.

Sedari tadi Kafka hanya diam tak berniat menatap Syafa yang merasa canggung berada diantara mereka.

"Lo sekolah disini?" tanya Yuri.

"Iya," jawab Syafa.

"Kok gue nggak pernah liat lo?" Kini Glen yang bertanya.

"A-aku aku.."

"Dia pindahan," ucap Kafka menyela.

"Syayang," panggil Keno membuat Kafka menatapnya tajam.

"Ma-maksud gue Syafa," ujar Keno cengengesan tak jelas.

"Lo mau makan apa? Mau gue pesenin makanan, tenang Abang Keno yang bayarin," tutur Keno tersenyum membuat Nahar memukulnya.

"Tumbenan amat lo," cibir Nahar.

"Giliran liat yang bening aja gercep," timpal Yuri mencibir Keno.

"Yaampun Yuri sayang jangan cemburu gitu dong, cinta Abang cuma buat Yuri seorang," ujar Keno dramatis membuat Yuri memutar bola matanya malas.

"Males amat."

"Syafa mau apa?" tawar Keno tak menghiraukan tatapan dari Kafka.

"Gausah makasih, aku lagi puasa," ucap Syafa tersenyum singkat.

"Subhanallah! Lo solimi banget!"

"Sholehah goblok!" sarkas Glen menonyor kepala Keno.

"Iya itu maksud gue," ujar Keno mengusap pelan kepalanya.

"Lo serius," lanjut Keno dibalas anggukan oleh Syafa.

"Andai lo belum jadi istri orang, udah gue kawinin," celetuk Keno membuat Kafka menatapnya tajam.

"Ngapa lo boss! Katanya lo nggak cinta, buat gue aja lah," goda Keno membuat Kafka geram.

Brak!!!

Kafka menggebrak meja membuat semua orang terlonjak kaget. Lalu menatap Syafa yang sudah menunduk takut.

"Ikut gue," ucap Kafka tajam menarik paksa tangan Syafa.

Kafka membawa Syafa keluar dari kantin, semua itu tak luput dari pandangan seluruh isi kantin yang menatap takut pada Kafka yang sedang marah.

"Bego lo!" sentak Yuri memukul Keno.

"Si anjing sakit woy!" pekik Keno mengusap perutnya.

"Lo bikin masalah aja tau nggak!" sarkas Nahar menatap Keno malas.

"Lah salah gue apa? Kalo Kafka nggak suka santai aja dong, kok keliatan kaya cemburu gitu," ujar Keno membuat Nahar, Glen dan Yuri menatapnya.

"Apa lo!" ketus Keno.

"Jangan-jangan Kafka suka sama Syafa," terka Yuri.

"Gausah so tau!" tukas Nahar, Glen dan Keno serempak lalu meninggalkan Yuri yang melongo.

"Setan lo pada!!" teriak Yuri lalu berjalan menyusul mereka tak menghiraukan tatapan dari siswa-siswi.

***

Sedangkan Kafka masih menarik tangan Syafa menuju ke gudang sekolah. Ia membuka kasar pintu gudang membawa Syafa masuk dan mengunci pintunya.

"Ka-Kafka kenapa dikunci?" tanya Syafa menatap takut.

Kafka tak menghiraukan ucapan Syafa lalu berjalan mendekat membuat Syafa mundur ke belakang.

"A-apa aku buat salah?" ujar Syafa menatap Kafka dengan gugup.

"Kafka," panggil Syafa lirih.

"Diem!" ucap Kafka tajam mengurung Syafa ditembok membuat Syafa takut.

"Aku minta maaf kalo aku punya salah," cicit Syafa menunduk tak berani menatap Kafka.

"Siapa Al?" tanya Kafka membuat Syafa mendongak menatapnya.

"Di-dia.."

"Siapa?" tanya Kafka penuh penekanan.

"Kafka dia cuma.."

"Pacar lo?" ujar Kafka tersenyum miring membuat Syafa membelalakkan matanya.

"Bu-bukan," ucap Syafa menggelengkan kepalanya kuat.

"Terus?"

"Te-temen," lirih Syafa.

Kafka menatap sebentar lalu bergerak menjauh membuat Syafa lega.

"Kafka aku.."

Ucapan Syafa terhenti kala Kafka menatapnya lekat dengan bersedekap dada.

"Ke-kenapa?" tanya Syafa tak nyaman ditatap seperti itu oleh Kafka.

"Lanjut," ujar Kafka membuat Syafa bingung.

"Hah?"

"Lanjutin lo mau ngomong apa."

"Eum.. Itu.. I-ini krudungnya," ujar Syafa menunjuk kerudungnya.

Kafka masih diam menunggu Syafa melanjutkan ucapannya.

"Kafka ini terlalu pendek dan nggak longgar, jadi buat da-dada aku menonjol," lirih Syafa menunduk.

Sebenarnya Syafa sangat malu mengatakan ini pada Kafka walau dia suaminya. Sedangkan Kafka terkekeh pelan mendengarnya membuat Syafa mendongak menatapnya.

"Karna punya lo gede," ucap Kafka sukses membuat Syafa sangat malu dan menunduk kembali.

Rasanya Syafa pengen nangis aja-batin Syafa.

•••

Fyi, Kafka sebenernya mesum loh wkwk

I'm Not A Good Boy || Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang